Indra Dan Hendra

1121 Words
Clara menatap wajah Hendra dengan sangat serius dan menanti hal apa yang mungkin akan dikatakan oleh tunangannya itu. Hal itu membuat Hendra menunyunggikan senyum menahan rasa lucunya pada Clara. Meski kadang menyebalkan, tetapi Clara mampu membuat hati Hendra ikut luluh karena tingkah konyol dan manjanya itu. “Ayo cepat katakan!” desak Clara pada Hendra. “Belum saatnya. Suatu hari nanti pasti aku akan memberitahukan semuanya padamu, jika memang itu harus,” jawab Hendra dengan santai. Ia tak memikirkan lagi bagaimana perasaan Clara yang sudah kesal karena sikapnya. Setelah itu, Hendra beranjak dari ranjang dan menyambar sebuah handuk yang tergantung pada sebuah tiang gantung pakaian di ruangan itu. Hendra melilitkannya ke pinggang hingga menutupi bagian intimnya. Melihat hal itu Clara menjadi cemberut, karena itu tandanya Hendra sudah mengakhiri percintaan mereka dan akan segera menyuruhnya pergi dari ruangan itu. Dan benar saja, setelah selesai membersihkan diri dan mengenakan kembali seragamnya. Hendra menatap Clara dengan tatapan yang tak berdaya. “Baik lah. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu dan kemudian langsung pergi,” ucap Clara yang sudah paham dengan arti tatapan Hendra. “Aku akan menunggu di luar.” Hendra berkata dengan nada datar. Hendra meninggalkan Clara di ruangan itu dan kembali ke meja kerja. Menatap setumpuk dokumen yang ia sendiri tidak mengerti dengan isinya. Jordan, sang asisten kepercayaan Indra lah yang selama ini menegerjakan semua pekerjaan Hendra. Indra memang tidak bisa mempercayai Hendra dalam mengelola perusahaannya. Yang Hendra tahu hanya lah berfoya-foya menghamburkan uang perusahaan tanpa tahu bagaimana cara mendapatkannya dan mempertahankan kestabilan keuangan perusahaan. Setelah selesai, Clara langsung ke luar dari ruangan itu dan menemui Hendra. Ia tidak pernah melihat Hendra sibuk bekerja. Tentu saja karena Hendra bukan lah Indra seperti yang masih dipikirkan Clara. “Sayang, aku pergi dulu. Nanti malam aku akan datang ke apartemenmu, oke?” ucap Clara dan mengecup pipi Hendra dengan manja. “Baik lah. Hati-hati di jalan.” Hendra melepas kepergian Clara dengan sedikit meremas b****g wanita itu karena gemas. Saat Clara sudah pergi dari ruang kerjanya, Hendra langsung mengangkat gagang telepon dan memencet nomor untuk panggilan ke ruang kerja Jordan. Hendra meminta Jordan untuk segera datang ke ruangannya. Apa lagi yang akan ia katakan jika bukan meminta Jordan membereskan semua pekerjaan yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya saat ini. Hendra tidak mengerti bagaimana nasibnya dan nasib Indra bisa berbanding terbalik seperti ini. Indra memiliki kemewahan, kecerdasan, kekuasaan, dan juga wanita yang cantik di sisinya. Bahkan Indra bisa saja memiliki lebih dari satu wanita jika dia menginginkannya. Kehidupan yang serba berkecukpan itu lah yang tidak pernah dimiliki dan dirasakan oleh Hendra sehingga ia langsung saja memutuskan untuk menerima tawaran Indra saat itu. Tawaran untuk bertukar identitas. Hendra masih terus saja membayangkan betapa senang dan bahagianya kehidupan Indra semenjak ia lahir. Bahkan, Hendra berpikir kenapa bukan dia saja yang dipilih oleh paman dan bibinya itu saat masih bayi. Kenapa harus Indra dan membuatnya hidup dalam serba kekurangan dan bahkan nyaris menderita bersama ibu kandungnya. Hendra berniat untuk mengambil alih semua yang Indra miliki saat ini dan kemudian ia akan kembali pada Mira. Ia akan datang lagi sebagai Hendra yang kaya raya dan bisa memberikan apapun untuk istrinya itu. Ia juga sangat yakin, bahwa dengan semua kekayaan itu nantinya akan membuat keluarga Mira bisa menerima dirinya. Hendra juga berniat untuk balas dendam pada orang tua Mira karena dulu mereka menolaknya karena ia hanya lah seorang berandalan yang tidak memiliki apa-apa saat akan melamar Mira. Mira bahkan harus menerima konsekuensi diusir dan dianggap bukan bagian dari keluarga mereka lagi karena tetap nekat menikah dengannya. “Selamat siang, Pak. Apa sudah ada pekerjaan yang menunggu?” tanya Jordan saat ia baru saja memasuki ruangan Hendra. Hal itu lantas membuyarkan lamunan Hendra tentang segala hal yang berhubungan dengan dirinya dan juga Indra. Hendra menatap Jordan dengan rasa kagum dan juga sedikit rasa iri. “Jordan, apa lulusanmu?” tanya Hendra mengabaikan pertanyaan Jordan tadi. “Saya adalah lulusan terbaik di Universitas tempat saya menimba ilmu dengan gelar S.M.” Jordan menjawab dengan lugas dan tepat. “Apa itu S.M?” tanya Hendra yang memang sungguh-sungguh tidak mengerti. “Sarjana Managemen, Pak.” “Oo … hebat sekali kau, Jordan. Aku saja hanya lulusan SMA. Beruntung sekali nasib saudara kembarku itu. Dia pasti punya gelar yang lebih tinggi.” “Pak Indra memiliki gelar Master juga, Pak. Beliau adalah lulusan terbaik di Universitas luar negri.” Jordan berkata dengan terus terang. Tentu saja percakapannya dengan Jordan itu membuat Hendra semakin iri pada Indra. Ia semakin bertekad untuk bisa merebut apa yang menjadi milik Indra saat ini. Hendra menyunggingkan senyumnya saat membayangkan bahwa ia berada di posisi Indra dan hidup bahagia bersama Mira nantinya. Memiliki anak yang lucu-lucu dan tentu saja ia tidak akan membiarkan Indra mendapatkan sedikit pun dari semua kebahagiaan itu. menurutnya, Indra sudah terlalu lama menikmati semua kemewahan dan kebahagiaan hidup sebagai orang kaya. Kini adalah gilirannya. “Ya sudah. Kerjakan semua berkas yang masuk ini. Membacanya saja membuat kepalaku pusing. Aku akan tidur dulu di dalam. Bangunkan aku jika sudah jam pulang kantor!” titah Hendra yang sudah merasa bahwa dirinya adalah boss besar yang sesungguhnya di perusahaan itu. “Baik, Pak.” Jordan menjawab patuh. Hendra meninggalkan meja kerja itu dan membiarkan Jordan menyelesaikan semua pekerjaan yang seharusnya adalah menjadi tugasnya. Untung saja Jordan adalah orang yang benar-benar bisa dipercaya oleh Indra sehingga perusahaan tidak akan terancam mengalami kerugian atau bahkan kebangkrutan. Jordan adalah pekerja yang sangat setiap kepada Indra dan itu sebabnya ia masih akan terus merahasiakan bahwa Indra sudah bertukar tempat dengan Hendra beberapa waktu ini. Ketika Hendra sudah larut dalam dengkurannya dan Jordan asik mengerjakan pekerjaan kantor, ponsel Jordan berdering dan ia melihat nama ‘Big Boss’ tertulis di layar ponsel itu. dengan segera, Jordan mengangkat panggilan yang tak lain adalah dari Indra itu. “Hallo, Boss. Apa kabar Anda di sana?” sapa dan tanya Jordan pada Indra. Indra tertawa renyah mendengar hal itu, karena ia sangat tahu bahwa Jordan memang sangat peduli dan khawatir dengan kehidupan barunya yang tidak semewah biasanya. “Aku baik-baik saja, Jordan. Apakah pria itu bekerja dengan baik?” tanya Indra pada Jordan. Siapa lagi yang ditanyakan kalau bukan Hendra. “Ya. Dia bekerja sangat baik dalam menyenangkan Nona Clara. Bahkan, baru saja mereka memadu kasih di ruangan ini,” jawab Jordan apa adanya. “Dasar! Ucapannya sama sekali tidak bisa dipegang. Mulai sekarang lebih hati-hati dan terus awasi dia! Aku tidak yakin bahwa dia sebodoh yang kita pikirkan,” titah Indra pada Jordan. “Siap, Boss,” jawab Jordan dan sambungan telepon langsung diputus oleh Indra karena ia hanya ingin mengetahui bagaimana perkembangan Hendra yang katanya akan kembali menukarkan segalanya asalkan ia tidak menyentuh Mira. Mengingat hal itu, Indra hanya bisa menyunggingkan sebuah senyum penuh misteri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD