Clara Yang Menggoda

1059 Words
Di kota Kalimantan, dalam sebuah perusahaan yang bergerak dalam pertambangan batu bara. Seorang pria sedang duduk dengan gelisah di kursi kebangsaannya setelah lawan debatnya menutup telepon secara sepihak. Pria itu adalah Hendra yang sebenarnya, dan sekarang dia sedang menyesali apa yang telah ia lakukan beberapa bulan lalu. Saat Indra memberikannya penawaran atas semua kemewahan dan fasilitas yang bisa ia pakai sesuka hatinya, dengan bertukar posisi sebagai syarat utamanya. Memang ia akui, bahwa semua yang ia lakukan adalah demi membuat Mira bahagia. Tapi, sungguh tak pernah Hendra sangka bahwa semua ini malah menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri. Hendra menyesal karena berpikir bahwa Indra tidak akan mungkin tertarik dengan istrinya yang sederhana dan jauh dari kata modis serta seksi. Hendra bahkan dengan polosnya berpikir, bahwa Indra tidak akan pernah bernafsu pada istrinya itu dan tidak akan berani menyentuh istri adiknya sendiri. Sebagai saudara kembar, tentu saja Indra akan tetap menghargai privasi Hendra meski pun mereka sudah terpisah puluhan tahun lamanya. Klek. Bunyi suara gagang pintu ruangan Hendra dan pintunya terbuka. Lalu tampak lah seorang gadis seksi dengan rok mini dan atasan yang menampilkan belahan d**a dalam ruang yang cukup lebar. Dia adalah Clara. Gadis cantik yang selama ini menjadi kekasih Indra dan saat ini juga tidak tahu bahwa yang selalu bersamanya dan bahkan mau bercinta dengannya itu adalah Hendra. Hal itu di karenakan Indra yang sebenarnya belum pernah bercinta sekali pun dengan Clara dan hanya menjadikan Clara sebagai pajangan atas statusnya saja. “Sayang … Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Clara manja saat menghampiri Hendra dan dengan santainya ia duduk di pangkuan Hendra. “Bukan apa-apa. Pergilah! Aku sedang tidak ingin diganggu!” Hendra berkata dengan nada rendah tetapi dengan intonasi yang terdengar kasar. “Sayang!” pekik Clara tak percaya bahwa baru saja kekasihnya itu mengusirnya pergi. Hendra yang masih harus terus berusaha dan berpura-pura menjadi Indra, sangat sadar dengan apa yang dikatakannya saat ini. Jika biasanya dia tidak akan tahan dengan kehadiran Clara dan mereka akan bercinta di dalam ruangan itu dengan suara desahan yang sudah pasti didengar oleh para karyawannya. Tetapi kali ini Hendra sepertinya sama sekali tidak berminat untuk melirik dan mencicipi tubuh Clara. “Apa? Aku benar-benar sedang pusing saat ini. Tolong tinggalkan aku sendiri, dan nanti saat aku sudah menyelesaikan masalahku, aku akan datang ke apartemenmu. Oke?” Hendra memberikan penawaran pada Clara, meski tidak merubah ekspresi cemberut di wajah gadis itu. “Aku sedang menginginkannya sekarang! Itu karena tadi aku dan teman-teman pergi menonton bioskop dan banyak sekali adegan yang membuatku tidak sabar ingin bertemu denganmu,” rengek Clara dengan menggesek-gesekkan pantatnya di paha Hendra, serta dengan gerakan cepat ia juga sudah mengalungkan tangannya di leher Hendra. “Sudah berapa kali aku katakan, berhenti lah menonton film seperti itu!” “Aku tidak tau kalau mereka akan menonton film seperti itu setelah menonton KKN di Desa Penari yang sedang viral itu.” “Lalu kau sekarang datang untuk memintaku memanjakanmu?” tanya Hendra dengan sengit tetepi kedua tangannya sudah meremas bongkahan p****t Clara yang sangat montok di balik rok ketat yang hanya membungkus bagian benda kenyal nan bohay itu saja. “Apa kau menolakku? Apa aku harus mencari pria lain di daftar obrolan sosial mediaku?” tanya Clara dengan sengaja membuat ekspresinya seimut mungkin dan tentu saja naluri Hendra sebagai lelaki tidak akan tahan lagi menolaknya. Dengan sekali tarikan saja, tubuh Clara suda jatuh dalam pangkuan Hendra dan tanpa aba-aba lagi keduanya saling b******u dan bergumal di meja kerja Hendra. Sebenarnya, sudah tiga bulan belakangan ini Hendra menikmati fasilitas dan hidup sebagai Indra. Namun, ia tidak pernah menjalankan pekerjaan dengan baik karena memang Hendra tidak tahu apa-apa mengenai perusahaan. Semua itu justru diurus dan diambil alih oleh Jordan. Salah satu orang kepercayaan Indra yang ia tugaskan untuk memantau dan melaporkan semua yang dilakukan oleh Hendra di sana. Setelah satu jam berlalu, Hendra dan Clara sudah dalam keadaan pakaian yang utuh lagi setelah tadi mereka sempat polos tanpa sehelai benang pun yang melekat pada tubuh mereka. Mereka sudah mendapatkan berkali-kali pencapain dan puncak kenikmatan. Clara terlihat sangat lelah sekali saat ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang ada di dalam kamar ruangan Hendra itu. Tentu saja ruangan boss akan dilengkapi dengan sebuah kamar dan toilet di dalamnya. “Sayang, kau selalu bisa memuaskanku.” Clara berkata dengan manja pada Hendra. “Kau tau kalau aku adalah lelaki perkasa bukan?” tanya Hendra pada Clara. “Tapi, ada satu hal yang selalu ingin aku tanyakan padamu. Tentu saja hal itu baru aku ketahui baru-baru ini,” ucap Clara penuh ke hati-hatian pada Hendra. “Apa? Katakan saja padaku!” titah Hendra yang masih berbaring di samping Clara dengan tubuh yang masih lemas. Clara tampak ragu sejenak saat Hendra mengatakan hal itu. Hal itu tak lain karena Clara masih merasa takut untuk menanyakan sesuatu yang sangat penting itu. Mengingat bagaimana sikap tunangannya selama ini, tentu saja membuat Clara harus benar-benar waspada dalam segala hal. Indra yang selama ini Clara kenal tidak pernah bersikap ramah dan manis padanya. indra selalu saja mengabaikan keberadaannya dan bahkan tidak pernah peduli pada kehadirannya. Namun, baru dua bulan belakangan ini Indra menjadi sangat agresif dan mau menganggap dirinya. Bahkan mereka sudah sering kali bercinta, yang bahkan menyentuh tangan Clara pun tak pernah Indra lakukan sebelumnya. Mendapati bahwa Indra sudah sangat berubah saat ini, tentu saja membuat Clara sangat senang dan merasa bahwa Indra sudah bisa menerima dirinya dan status pertunangan mereka. Meski sejujurnya, banyak hal janggal yang sering kali terjadi dan membuat Clara merasa bahwa Indra yang sekarang bertekuk lutut di bawah tubuh seksinya. “Apa arti dari tato yang ada di dadamu itu, Ndra?” tanya Clara dengan serius dan menatap mata Hendra dalam-dalam untuk mencari sebuah kejujuran di sana. Tenggorokan Hendra tercekat dan napasny seakan ingin berhenti berhembus saat mendengar pertanyaan itu dari bibir Clara. Bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting itu selama ini. Tato yang bertuliskan inisial namanya dan nama Mira, terpampang jelas dengan tinta yang tak bisa dihilangkan kecuali dengan sebuah laser canggih yang sedang trend saat ini. Hendra awalnya bingung akan mengatakan apa pada Clara, sebelum akhirnya sebuah jawaban muncul di dalam benaknya. “Apa kau sanggup mendengarkan arti dari semua itu? Apa kau tidak akan terluka dan kecewa setelah mengetahuinya nanti?” Hendra balik bertanya pada Clara dan justru saat ini Clara lah yang menjadi terdiam dan tak sanggup berkata-kata mendengar pertanyaan Hendra itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD