PERASAAN bersalah itu menyerangnya kembali, perasaan yang entah kapan akan berhenti. Namun sepertinya akan susah jika diam-diam merasa cuek dan bersikap masa bodo, tidak mungkiri bahwa Rezel tidak bisa melakukan itu. Bagaimana dirinya bisa tenang tentang perasaan ini? Sembari meneguk ludahnya dengan susah payah, Rezel menyeret kakinya. Napasnya berhembus tenang walaupun saat menghirupnya terasa begitu berat. Perlahan, sorot matanya semakin mengabur, air mata yang tertumpuk di pelupuk matanya tidak bisa dibendung lagi. Dalam satu kejapan mata saja, air mata tersebut akan luruh membasahi kedua pipinya. Rezel berusaha jongkok, seluruh saraf-saraf di seluruh tubuhnya terasa berbeda sekali dari sebelumnya, kali ini terasa sangat nyeri, susah untuk digerakkan. Tangan Rezel bergetar ketika ia