Part 8

1067 Words
Sepulangnya Joshua dari mengantar Sena, ia tidak di hiraukan oleh Jennie yang saat ini membelakanginya, Jennie lebih memilih untuk menatap keluar jendela dari pada menyambut Joshua. Padahal saat itu Joshua datang dengan membawakan makanan kesukaannya.   " Kau masih marah padaku? Sampai kapan kau akan marah padaku? Apa kau tidak ingin melihatku di sini.? " Sahut Joshua tak membuat Jennie menoleh sama sekali.   " Baiklah aku pergi, kau urus dirimu sendiri. " Lontar Joshua seketika membuat Jennie menoleh dengan wajah kesalnya.   " Pergi saja sana, jangan kembali lagi, aku tidak membutuhkanmu.!! " Balas Jennie ketus.   " Kau ini keras kepala sekali, kau terlalu egois asal kau tahu itu. " sentak Joshua tak mau kalah.   Di saat mereka berdebat seperti itu, tiba-tiba Edith dan Eric datang dan membuat mereka menoleh ke arah keduanya dengan kompak, Joshua kaget ketika melihat Eric di sana dan dengan lantang menyuruhnya pergi.   " Kenapa kau mengusirnya.? " Sahut Jennie menatap Joshua serius.   " Karena kau pergi sama dia akhirnya kau sampai berada di rumah sakit, sebagai saudaramu aku harus membatasi siapa saja kau boleh bertemu. " Ungkap Joshua tegas.   " Keluar. "   " Aku bilang keluar, aku tidak ingin kau ada di sini.!!!" lanjut Jennie seketika membuat Joshua terkejut bukan main.   Tanpa mengatakan apa-apa lagi Joshua pun pergi dengan perasaan kesal, pintu tertutup cukup keras membuat Eric dan Edith terkejut mendengarnya. Sementara itu Jennie terlihat menunduk menyesali apa yang di katakan nya tapi sikap Joshua barusan benar-benar membuatnya kesal.                                                    ♕     Malam berganti sangat cepat dan sampai saat ini Joshua belum juga kembali sedangkan Edith sudah harus pulang karena neneknya juga sedang sakit di rumah, Jennie juga tidak bisa membiarkannya tetap tinggal sehingga ia pun mengizinkan Edith pulang ke rumah.   Setelah Edith pergi barulah Jennie meraih ponselnya dan mengecek apakah ada pesan dari Joshua atau tidak, kosong, dan hal itu membuat hatinya dongkol. Jennie meletakkan ponselnya di atas meja kemudian merebahkan tubuhnya sambil menghadap ke arah jendela, pikirannya pun melayang saat dirinya mengusir Joshua siang tadi.   Menunggu membuat Jennie mengantuk, ia pun terlelap dalam tidurnya. Beberapa menit kemudian pintu terkuak dan memunculkan sosok Joshua yang datang dengan wajah sendunya, ia menghampiri Jennie dengan sangat hati-hati,  kedua matanya menatap wajah Jennie yang sudah tidur dengan pulas, tangannya meraih kening Jennie memastikan apakah ia demam atau tidak.   Setelah merasa suhu tubuh Jennie baik-baik saja, ia pun menjatuhkan tubuhnya di sebelah Jennie sembari meraih tangan Jennie dengan lembut.   " Maafkan aku telah meninggalkan mu cukup lama, aku tahu kau pasti sangat marah padaku karena bersikap sangat egois seperti tadi, cepatlah sembuh, melihatmu terbaring di sini membuat hatiku sangat sakit melihatnya. " gumam Joshua dengan penuh kehangatan.   Joshua pun ikut tertidur di sebelah Jennie masih dengan memegang tangannya, rupanya Jennie belum tidur saat itu dan menunggu waktu yang tepat untuk membuka matanya, setelah beberapa menit kemudian ia memastikan apakah Joshua sudah tidur apa belum dengan mencoba menggerakkan tangannya yang di genggam oleh Joshua, aman, Joshua sudah tidur dan ia pun membuka mata sembari menoleh ke arah Joshua.   " Bagaimana mungkin aku bisa marah padamu, kita sudah bersama dalam waktu yang lama, aku juga minta maaf kalau sikapku membuatmu sakit hati, " benak Jennie memandang Joshua dengan sendu.                                                      ♕   Pagi keesokan harinya Joshua terbangun ketika ia menyadari tidak ada Jennie di atas tempat tidur, seketika ia panik dan mencari-cari sosok Jennie di sekitar kamar termasuk kamar kecil namun sayang Jennie tidak ada di mana pun. Joshua mulai keluar dan menengok ke arah kanan dan kiri koridor rumah sakit dan berlari mencari Jennie sambil memanggil-manggil namanya.   Langkah Joshua berhenti setelah mendapati Jennie yang tengah asik menikmati udara pagi di sebuah taman rumah sakit, Joshua tertegun melihatnya terutama saat rambut panjang Jennie tertiup oleh angin dan menampakkan sisi wajah nya yang mempesona.   Sejenak Joshua terdiam sambil menyaksikannya, dan setelah beberapa saat wajahnya mendadak berubah terutama ketika seorang pria datang menghampirinya. Tak tanggung-tanggung Joshua pun menghampiri Jennie dengan langkah yang tegas.   " Terima kasih. " Ucap Jennie setelah menerima sebuah hadiah dari pria itu.   Ekspresi dingin Joshua saat mendekat nampaknya membuat pria itu berlari meninggalkan mereka setelah sebelumnya pamit pada Jennie, kedua mata Joshua menangkap sebuah jepitan rambut yang ada di pegang oleh Jennie sambil tersenyum-senyum kecil.   " Siapa dia.? " Tanya Joshua penuh selidik.   " Entahlah, dia memberiku ini dan pergi setelah melihatmu. " jawab Jennie ringan.   " Oh iya, aku lapar, belikan aku makanan kesukaanku aku akan menunggumu di kamar. " Ucap Jennie sembari bejalan meninggalkan Joshua yang terlihat tercengang melihat sikap Jennie pagi ini.   Joshua bukan kaget di perintah oleh Jennie melainkan ia kaget dengan sikap Jennie yang tiba-tiba berubah,  seakan ia tak mengingat kemarin mereka sempat berseteru karena hal sepele.                                                     ♛     Setibanya Joshua kembali ke kamar Jennie dengan membawa makanan kesukaannya, ia langsung mendapati Jennie yang sedang sibuk membaca sebuah majalah, sadar akan kedatangan Joshua ia pun meletakkan majalah itu dan meminta makanannya seperti seorang anak kecil yang menyambut ibunya yang membawa makanan dari supermarket.   Joshua menyediakan makanan untuk Jennie dengan tatapan yang mengerling seperti ingin bicara namun masih ragu, dan setelah semua makanan tersaji di atas meja tiba saatnya untuk Jennie menyantap makanan tersebut.   " Jennie, soal kemarin, aku~"   " Tolong ambilkan air minum ku. " titah Jennie seakan tak membiarkan Joshua untuk melanjutkan kalimatnya.   Joshua hanya pasrah saat Jennie menyuruhnya mengambil air, setelah ia memberikan botol air Jennie, Joshua kembali duduk dengan kecanggungan yang membuatnya resah.   " Aku sudah memaafkan mu, aku juga minta maaf soal kemarin. " lanjut Jennie sukses membuat Joshua menoleh ke arahnya.   Senyuman kecil terhias di wajah Joshua, ia senang mendengar Jennie mengatakan hal tersebut, akhirnya hubungan yang sebelumnya hampir retak hanya karena masalah sepele kini dapat terselesaikan dengan cepat.   Setelah beberapa saat menikmati sarapan paginya, Joshua bergegas merapihkan bekas makanan mereka dan juga merapihkan tempat tidur Jennie selagi gadis itu berada di kamar mandi.   Joshua mendapat jepitan rambut yang di terima Jennie dari pria tadi, dengan sengaja Joshua memasukkan jepitan itu ke dalam tempat sampah beserta sisa-sisa makanan Jennie tanpa rasa bersalah sama sekali. Dan saat Jennie keluar dari kamar kecil, ia mencari jepitan tersebut karena merasa rambutnya sangat acak-acakan jika di biarkan terurai.   " Kau melihat jepitan yang ada di sini.? " Tanya Jennie sambil terus mencari.   " Aku tidak melihatnya. " Jawab Joshua berpura-pura.   " Aneh sekali, aku yakin menyimpannya di atas sini. "   " Biar aku yang beli, kau istirahat saja, aku akan kembali ke apartment untuk sekalian bersih-bersih. " sahut Joshua dan langsung di terima oleh Jennie.                                                     ♕        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD