Part 17

1363 Words
Jennie berjalan cepat atau bisa di katakan setengah berlari menuju ruang desain, Rasanya ia sudah tak sabar menemui seseorang yang sudah menunggunya di sana. Karena langkahnya yang cepat itu ia berhasil tiba di sana dalam waktu yang sangat singkat, Saat hendak membuka pintu tiba-tiba saja langkahnya tertahan setelah mendengar suara seseorang di dalam sana.   Jennie dapat melihat Jaden dan seorang gadis yang sedang membicarakan sesuatu, Ia tak bisa mendengar suaranya dengan jelas namun dapat melihat wajah gadis itu tertawa ke arah Jaden meskipun Jaden tidak merespon sebagai mana mestinya.   " Jaden maaf aku terlambat. " Jennie terpaksa menerobos masuk dan berpura-pura baru tiba.   " Tidak apa-apa. " Jawab Jaden lirih .   " Dia siapa? " Tanya Jennie menunjuk gadis di sebelah Jaden.   " Dia teman kelasku, Kamu jangan khawatir dia akan segera pergi kok. " jawab Jaden mendatangkan wajah tak suka dari gadis itu.   " Baiklah aku akan segera pergi, Jangan lupa dengan janji mu. " Ucap gadis itu segera pergi, Saat melewati Jennie tatapannya seakan mengintimidasi namun Jennie ikut membalasnya dengan tatapan yang sama.   Setelah gadis itu pergi perasaan Jennie jadi tak karuan, Ia sangat penasaran dengan janji yang di maksudnya pada Jaden, Apa yang akan mereka lakukan di luar sana? Apakah gadis itu menyukai Jaden dan sebaliknya? Pikiran aneh mulai menumpuk sehingga membuat Jennie kurang fokus bahkan saat Jaden memanggil pun ia tak merespon nya.   " Jennie.!! " Teriak Jaden sukses membuat Jennie tersadar.   " Ah.., Apa? Kamu bilang apa tadi.? " Ucap Jennie menatap Jaden kaget.   " Sepertinya kau masih lelah, Sebaiknya istirahat lagi saja dari pada membuatmu kerepotan nantinya. " Sahut Jaden.   " Aku tidak lelah, Aku hanya memikirkan sesuatu.., Baiklah kita mulai saja, Aku akan menambahkan sesuatu pada Jasnya kemudian kau boleh mencobanya. " lanjut Jennie berusaha menyembunyikan pikirannya pada Jaden.                                                    ♕     Jaden melihat Jennie yang sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan jahitannya terbukti dari wajahnya yang nampak kelelahan, Jaden pun bangkit dari tempatnya dan menghampiri Jennie.   " Hey.., bagaimana kalau kita keluar sebentar.?" Ajak Jaden seketika membuat Jennie kembali segar.   " Ke mana.?" Tanya Jennie penasaran.   Jaden mulai meraih tangan Jennie yang membuatnya tiba-tiba fokus pada genggaman tangan Jaden yang kuat, seulas senyuman terlihat jelas di wajah Jennie bahkan wajahnya memerah lantaran menahan malu atas sikap spontan Jaden saat ini.   Setelah beberapa saat kemudian, mereka tiba di lantai atas gedung kesenian yang menyajikan keindahan kota New York, karena ini kali pertama untuk Jennie menginjakkan kaki di sana dan melihat keindahan yang belum pernah ia lihat membuat gadis itu merasa takjub dan beberapa kali berdecak kagum.   " Biasanya aku menghabiskan waktu di sini untuk menenangkan pikiranku, dan ini pertama kalinya aku mengajak seseorang bersama ku dan ku harap orang itu dapat menghilangkan rasa penat yang di rasanya." Lontar Jaden terdengar lembut.   " Dia sangat manis setelah beberapa hari mengenalnya, ku pikir sikap dinginnya akan tetap seperti itu. " Benak Jennie tersenyum kecil.   Jennie kembali melirik luasnya kota New York seperti apa yang di lakukan oleh Jaden saat ini, diam-diam dia melirik pria tinggi di sebelahnya yang tersenyum tenang memandang lurus ke depan.   " Begini saja aku bisa merasa bahagia berada di dekatnya. " Batin Jennie lagi.                                                  ♕   Akhir-akhir ini Joshua benar-benar di buat kesal dengan tingkah Jennie yang tidak pulang-pulang terlebih lagi mengetahui gadis itu bersama pria lain rasanya ingin menyembunyikan Jennie ke dalam sebuah kotak agar tidak bisa kemana-mana lagi, Jika seperti ini terus tak ada cara lain untuk Joshua menarik paksa saudarinya itu pulang ke rumah.   Sekalian berangkat kuliah, Joshua pun bergegas menuju kampus sebenarnya bukan karena tidak ada alasan Joshua ingin Jennie pulang, Tiga hari lagi mereka ulang tahun yang ke 24 dan biasanya mereka merayakannya bersama, Terlebih lagi kedua orang tua mereka akan datang untuk pertama kalinya semenjak mereka tinggal di New York.   Kini Joshua sudah pergi meninggalkan apartemen dengan motor sport nya, Saat di perjalanan menuju kampus tak sengaja ia mendengar suara teriakan minta tolong dari seseorang yang terdengar familiar, Joshua menghentikan motornya dan menengok kesana-kemari dan sekali lagi ia mendengar teriakan itu cukup jelas sehingga membuat Joshua turun dari motornya dan segera menuju sumber suara.   Dari gang kecil yang ia masuki suaranya sudah tidak begitu jelas, Tapi Joshua tak mau berhenti untuk memastikan rasa penasaran nya terhadap suara barusan. Secara tiba-tiba seseorang tersungkur di hadapan Joshua dan membuat pria itu sempat terkejut, Gadis di hadapannya meringis kesakitan dengan luka lebam hampir di sekujur tubuhnya, Saat gadis itu mendongak kedua mata Joshua melebar sempurna.   " Sena. "   " Joshua. "   Tangis Sena pecah ketika melihat Joshua muncul di hadapannya sehingga ia langsung bangkit dan memeluk pria itu, Joshua tak tahu apa yang sudah terjadi pada gadis itu namun yang pasti ia segera membawa Sena pergi dari tempat itu.   " Tunggu dulu!!! " Sahut seseorang sukses membuat Sena kembali ketakutan dengan bersembunyi di balik tubuh Joshua.   " Siapa dia? " Tanya Joshua pada Sena.   " Di-dia.. " Mendengar jawaban Sena yang terbata-bata membuat Joshua langsung paham akan identitas pria tersebut.   " Kembalikan gadis itu atau kau akan dapat balasannya." Lanjut pria itu.   " Kalau kau berani macam-macam aku akan melaporkan mu pada polisi. " Ancam Joshua namun tak membuat pria itu takut.   Kini pria yang bernama Samuel itu mendekati mereka dengan sebilah pisau tajam yang ia keluarkan, Joshua mulai hati-hati dengan berjalan mundur di ikuti oleh Sena saat itu, Samuel mencoba melangkah lebih dekat hingga akhirnya menghunuskan pisau itu ke arah Joshua namun dengan cepat Joshua menangkap pergelangan tangannya sehingga pisau itu berhasil meleset.   Dengan sekuat tenaga Joshua memelintir tangan Samuel agar pisau yang di pegang nya terlepas, Namun yang terjadi Samuel menendang Joshua hingga tersungkur ke tanah dan Samuel pun kembali menghampiri nya dengan tatapan menyeringai.   " Samuel stop, Jangan sakiti dia lagi. " Pinta Sena sangat memohon.   " Dia sudah berani macam-macam padaku, Aku tidak akan membiarkan dia pulang dalam keadaan baik-baik saja. " ucap Samuel.   Joshua kembali menyerang Samuel dengan memegang kakinya sehingga ia kehilangan keseimbangan di saat itu juga pisau yang di pegang nya terlepas sehingga Sena dengan cepat menjauhkan pisau itu dari Samuel. Samuel tak mau kalah ia pun mulai melawan sehingga aksi saling pukul terjadi, Sena mulai ketakutan dan berlari keluar gang mencari pertolongan.   Beberapa saat kemudian ia kembali dengan orang-orang yang di temui nya, Namun sayang saat Sena kembali Joshua sudah terkapar di tanah sementara Samuel menghilang entah kemana.   " Joshua.. Joshua..., Kau bisa mendengar ku? " Sahut Sena mencoba menyadarkannya.   Ada gunanya Sena yang kuliah di jurusan kedokteran sehingga ia bisa memeriksa keadaan Joshua saat itu, Denyut nadinya masih ada namun Joshua kehilangan kesadaran sehingga Sena meminta pada orang-orang tadi untuk segera menelpon ambulans.                                                 ♛       Akhirnya senyum kebahagiaan terpancar di wajah Jennie begitu Jas yang ia buat untuk proyek awal telah selesai ia buat. Ia menatap Jas berwarna biru muda itu dengan senyum merekah setelah itu memanggil Jaden untuk segera mencobanya. Jennie juga meminta pria itu untuk menata rambutnya karena ia ingin memotret Jas tersebut ketika di pakai oleh sang model.   " Kau tunggu di sini, Aku akan segera kembali. " Ucap Jaden bergegas menuju ruang ganti   Selagi Jaden mengganti pakaiannya, Jennie pun mulai beristirahat sejenak sambil meregangkan tubuhnya yang terasa penat, Ia melirik ponselnya yang dalam keadaan lowbat sehingga membuatnya segera men charger ponsel itu dalam keadaan nonaktif.   Jennie meraih kamera digitalnya dan menyetelnya dalam mode siap potret, Beberapa saat kemudian Jaden muncul di hadapannya ketika ia mendongak kedua manik matanya menangkap pria tampan yang ada di hadapannya dengan tatapan takjub, Ia sulit berkata-kata dan debar jantungnya berdetak sangat cepat seperti hampir meledak.   " Kau sangat cocok mengenakannya, Boleh sekarang aku memotret mu.? " Pinta Jennie dan di balas anggukan mantap dari Jaden   Jennie mulai mengarahkan Jaden ke spot yang Bagus untuk memulai pemotretan asal-asalan, Entah kenapa ia menjadi gugup saat ingin mengambil potret diri Jaden saat ini, Pria itu nampak kaku dan bingung harus berekspresi seperti apa.   " Santai saja, Kau tidak perlu terlalu tegang. " sahut Jennie   " Bukannya kau juga sedang gugup? Sejak tadi kau terlihat fokus. " Lontar Jaden yang bagai serangan balik untuknya   " Hahaha.. Baiklah kita mulai yah. "   Satu kali klik dan Jennie berhasil mendapatkan foto Jaden, Meskipun dalam keadaan gugup ia berhasil mendapat foto yang sempurna, Jennie memuji kepiawaian Jaden dalam berpose dan hasilnya persis seperti seorang model asli yang melakukan photoshoot.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD