Part 18

1063 Words
Pria itu membuka kedua matanya kemudian melirik kanan dan kiri dengan tatapan yang menerka-nerka dan segala pemikiran yang ada, Rasa sakit dari luka yang di dapatnya membuat Joshua langsung mengingat kejadian sebelumnya dan ia pun langsung menyadari kalau saat ini dirinya sedang terbaring di rumah sakit. Lucu rasanya mengingat dirinya yang kehilangan kesadaran, Ia tak mengira berkelahi dengan seseorang akan membuatnya sampai jatuh pingsan seperti ini.   Joshua mulai bangun dan berniat meninggalkan rumah sakit karena ia merasa luka yang di alaminya tidak cukup parah sehingga untuk apa berlama-lama di tempat itu. Baru saja ia ingin melepas infusnya seseorang datang dan menahan tangannya.   " Apa yang kau lakukan? " Tanya Sena menatap Joshua serius.   " Sudah jelas kan, Aku tidak ingin berada di sini. "   " Tidak boleh.!!! " Ucap Sena tegas.   Joshua menatap Sena dengan tajam dan satu persatu kenyataan yang di dapatnya tentang Sena kemarin-kemarin membuat Joshua kesal, Ia menangkis tangan Sena kemudian melepaskan infus itu dengan paksa. Joshua pun bergegas meninggalkan rumah sakit dan Sena seakan tak mau menyerah menahannya untuk tetap di rawat.   " Joshua... Joshua.. Tunggu dulu, Kalau kau tidak mau berhenti kita putus.!!! " Teriak Sena seketika menahan langkah Joshua.   Joshua terdiam sejenak dan ia baru saja ingat kalau dirinya dan Sena belum putus, Pengkhianatan kedua ini memang di anggap Joshua sebagai angin lalu yang di mana ia tidak ingin mempertahankan hubungannya lagi, Joshua kemudian berbalik mendekati Sena.   " Oke, Kalau begitu kita akhiri sampai di sini saja. " Gumam Joshua sukses membuat Sena terkejut.   " Apa katamu? " Sahut Sena tak terima.   " Bukannya sejak awal kau tidak serius kembali denganku? Ya sudah lebih baik kita akhiri saja sekarang. " Lanjut Joshua menatapnya tajam.   " Aku tidak mau.!!! " Tolak Sena ketus.   " Terserah. " Joshua kembali menoleh meninggalkan Sena dengan segala omong kosongnya.   " Joshua kau harus ingat, Aku tidak akan terima dengan semua ini, aku tidak mau kita putus. " Sahut Sena tak digubris oleh Joshua.   Setelah mengatakan kalimat putus barusan, Joshua merasa begitu lega sekaligus bahagia hingga melupakan rasa sakit pada wajah dan beberapa bagian tubuhnya, Tapi semua itu di tahan olehnya dan bergegas untuk pulang berharap Jennie akan merawatnya hingga ia sembuh.                                                      ♔       Masih di ruang desain, Jennie tampak sibuk dengan proyeknya sedangkan Jaden pergi ke kelasnya karena suatu urusan dan akan kembali nanti, Jennie mulai menatap foto-foto Jaden di layar laptopnya sambil tersenyum lebar, Setiap detail wajah Jaden terbilang sangat sempurna terlebih lagi ketika ia menatap dengan tajam kesannya sangat maskulin dan gagah berani.   " Sepertinya aku benar-benar sudah menyukainya. " Ucap Jennie sambil menyentuh layar laptopnya.   " Jennie, Ayo kita pergi sekarang. " Suara Jaden yang muncul secara tiba-tiba membuat Jennie tersentak kaget hingga spontan menutup layar laptopnya.   " Apa aku membuatmu terkejut? " Tanya Jaden ketika melihat ekspresi terkejut Jennie.   " Ti-tidak..., Kamu mau makan di mana?" Balas Jennie berusaha mengalihkan topik.   " Terserah kamu saja. " Balas Jaden kemudian.   Setelah menghabiskan waktu cukup lama di ruang Desain akhirnya Jennie dan Jaden meninggalkan tempat itu untuk segera makan malam, Sepanjang jalan Jennie merasa gelisah ia begitu ingin menyampaikan perasaannya pada Jaden saat ini, Setahunya Jaden bukanlah tipe pria yang dekat dengan banyak gadis dan Edith bahkan pernah bilang kalau kedekatannya dengan Jaden sangatlah berbeda, Jennie tidak ingin berharap banyak tapi saat ini emosinya sudah tidak stabil.   " Joshua. " Ucap Jennie membuat pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatapnya.   " Ada yang ingin ku beritahu padamu. " Lontar Jennie mulai gugup.   " Katakan. " Balas Jaden.   " Aku... Aku menyukaimu. "   Waktu seakan berhenti di sekitar mereka, Jennie yang menutup kedua matanya sambil menunduk malu sedangkan Jaden menatap Jennie dengan tatapan yang sulit di artikan. Baru saja Jaden ingin menjawabnya tiba-tiba saja panggilan telepon dari seseorang membuat Jennie kesal, Ia meminta waktu pada Jaden untuk menjawab teleponnya sebentar.   Di saat Jennie pergi menjawab telpon, Jaden nampak gugup dan kebingungan atas situasi yang di alaminya saat ini, Ia ingin mengeluarkan emosi yang ada namun tertahan akan sesuatu. Kembalinya Jennie dengan wajah cemasnya membuat Jaden langsung penasaran.   " Maafkan aku, Aku harus pulang, Sesuatu yang buruk telah terjadi....Maaf tidak bisa makan malam denganmu, Aku harus pulang. " Ujar Jennie segera berlari meninggalkan Jaden yang mematung sendirian.   " Apa yang membuatnya sampai berlari seperti itu.? " Ucap Jaden penasaran.                                                ♕   Jennie berlari memasuki apartemen dengan tergesa-gesa kemudian memasuki kamar Joshua yang berada di sebelah kamarnya, Saat pintu terbuka ia melihat Joshua yang terbaring di tempat tidur dengan wajah lebam yang membuat Jennie sedih melihatnya, Ini pertama kalinya bagi Jennie melihat saudaranya terluka, Tanpa sadar air matanya jatuh dan ia pun menangis sejadi-jadinya sehingga membuat Joshua menatapnya dengan kebingungan.   " Jangan menangis, Aku tidak apa-apa. " Sahut Joshua.   " Tidak apa-apa bagaimana, Wajahmu penuh luka dan..., Huaaa.. " Jennie tidak bisa melanjutkan kalimatnya begitu melihat Joshua dari dekat, Rasanya sakit yang di alami Joshua seperti menimpa dirinya juga.   " Ini akan sembuh dalam waktu dekat, Hanya luka biasa. " Lontar Joshua berusaha menenangkan Jennie.   " Sebenarnya apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa bisa sampai seperti ini.?" Tanya Jennie berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar lagi.   " Aku tidak mungkin memberitahu Jennie kalau luka ini ku dapat karena menolong Sena, Dia pasti akan sangat marah besar." Benak Joshua dengan segala pemikirannya.   " Aku terjatuh dari motor saat berangkat ke kampus tadi siang. " Jawabnya lirih.   " Lalu kenapa kau tidak ke rumah sakit saja.? "   " Aku sudah ke rumah sakit dan kata dokter ini tidak terlalu parah sehingga aku bisa pulang ke rumah. "   " Syukurlah kalau tidak terlalu parah, Kau benar-benar membuatku khawatir dasar bodoh. "   Joshua tersenyum senang ketika melihat Jennie mengkhawatirkannya seperti ini, Ingin rasanya ia memeluk gadis itu namun ia sadar itu bukanlah hal yang baik untuk di lakukan.   " Aku akan ke dapur dan membuatkan sup, Kau tetap di sini jangan kemana-mana, Panggil aku saja kalau kau membutuhkan sesuatu. " Lontar Jennie di balas anggukan mantap oleh Joshua   Begitu Jennie keluar, Joshua langsung melempar bantal kegirangan, Sebenarnya luka yang di alaminya sudah membaik dan tidak perlu di perhatikan terlalu berlebihan, Namun hal ini di lakukan Joshua untuk menjauhkan Jennie dengan Jaden, Karena ia tahu sebelum dirinya menghubungi Jennie, Saudarinya itu tengah bersama pria tersebut. Tawa kemenangan pun terpancar di wajah Joshua saat ini.   Sementara itu, Jennie di sibukkan dengan membuat sup untuk Joshua, Ia terlihat tidak memikirkan apapun selain kesehatan Joshua saat ini, Bahkan soal Jaden sekalipun.                                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD