Part 3

1199 Words
Hari yang cerah untuk melakukan aktifitas di luar rumah, Seperti biasa Joshua dan Jennie kompak mengenakan pakaian dengan warna yang senada membuat keduanya terlihat sangat serasi. Bagi orang lain jika melihat mereka jalan berdua apalagi saling bergandengan tangan akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih, Joshua dan Jennie memang sangat dekat satu sama lain bahkan pernah suatu hari Jennie sakit hingga di rawat di rumah sakit selama seminggu dan selama itu Joshua terus menangis dan mengunjunginya hampir setiap hari, Dan ketika mereka SMA Joshua pernah berkelahi dengan teman sekelasnya hingga mendapat luka yang cukup parah hal itu karena dia ingin melindungi Jennie dari mereka, Melihat Joshua yang terluka giliran Jennie yang menangis sehari semalam.   Di dunia ini baik Jennie maupun Joshua menganggap bahwa mereka adalah sepasang saudara yang paling beruntung di dunia ini, Setelah mereka siap tujuan pertama yang akan mereka kunjungi adalah restoran Brazil untuk mengisi perut sebelum mengunjungi tempat-tempat lainnya, Kenapa mereka memilih Restoran Brazil itu karena Jennie dan Joshua sangat merindukan masakan khas Brazil, Kira-kira sudah satu tahun ini mereka tidak menyantap masakan negara mereka, Terkahir kali Mamanya datang memang membawa masakan dari sana bahkan membuatnya hingga beberapa hari bertahan di kulkas.   Setibanya di Restoran, Jennie dan Joshua memesan beberapa menu yang mereka ingin makan dan setelah pramusaji menerima pesanan mereka keduanya harus menunggu, Tiba-tiba saja ponsel Jennie berdering menandakan ada pesan yang masuk, Ia melirik ponselnya dengan heran kemudian membuka isi pesan tersebut. Joshua memperhatikan gerak-gerik Jennie dengan penasaran sebab baru saja Jennie memasang ekspresi wajah yang tidak biasa.   " Pesan dari siapa. ?" Tanya Joshua penuh selidik.   " Dari senior jurusan arsitek. " Jawab Jennie tetap melirik ponselnya sambil mengetik beberapa kata untuk di kirim balik.   " Arsitek? Sejak kapan kau akrab dengan anak jurusan lain.? "   " Edith memberikan nomorku padanya, Sepertinya dia tertarik padaku. "   " Hahahahahahha.... Mana mungkin. " Tawa Joshua sukses membuat orang-orang di sekitar meja mereka menatapnya heran.   " Kok kamu ketawa? Apanya yang lucu. ?" lontar Jennie sebal.   " Ya mana mungkin ada yang tertarik sama kamu, Kalau ada sudah dari lama kamu punya pacar. "   " Kalah dia benar-benar suka sama aku gimana.?"   " Kalau benar dia bisa jadi pacar kamu, oh tidak.. tidak.. Lebih tepatnya mengutarakan perasaan sukanya padamu kau bisa meminta apapun padaku. "   " Oke, siapa takut.! " Balas Jennie dengan sungguh-sungguh                                                                                                  ♚ Hari demi hari telah berlalu dan sejak hari itu Jennie dan Arnold sudah memasuki tahap saling mengenal satu sama lain, Jennie tidak memberitahu hal ini pada Joshua dulu sebab ia akan mengungkapkan nya jika ia sudah tahu kalau Arnold memiliki perasaan padanya. Pagi ini mereka sarapan bersama dan bersiap-siap ke kampus di saat Jennie sibuk membalas pesan dari Arnold, Sepasang mata terlihat memperhatikannya dengan tajam layaknya seekor elang yang siap menerkam mangsa.   " Kenapa kau melihatku seperti itu.? " Tanya Jennie setelah tersadar di perhatikan oleh Joshua.   " Aku baru sadar kalau ternyata kau ini sangat jelek. " Balasnya seketika membuat mata Jennie membulat kaget.   " Wajah kita hampir mirip yah, Jadi aku tidak jelek-jelek banget. " Balasnya tak terima.   " Aku versi pria yang jelas akan di sukai banyak cewek, Sementara kamu mana ada pria yang naksir. "   Jennie tampak mencibir Joshua karena tidak bisa membalas ucapannya barusan, Namun semenit kemudian moodnya kembali membaik lantaran menerima pesan singkat dari Arnold yang menyatakan akan mengajaknya sepulang kampus karena ada suatu hal yang ingin di bahas. Mengetahui hal itu tentu saja Jennie beranggapan bahwa Arnold akan menyatakan perasaan padanya dengan begitu ia dapat menampar ucapan Joshua barusan.   " Aku sudah selesai, Ayo cepat aku harus ke laboratorium pukul 8:00 tepat. " Ucap Joshua setelah menyudahi sarapannya.   Jennie bangkit dan mengambil piring bekas Joshua dan miliknya, Kemudian menyimpannya di wastafel dan akan mencucinya sepulang kampus saja, Tiba-tiba saja ia melupakan sesuatu di kamarnya sehingga menyuruh Joshua untuk turun duluan, Dia menitipkan tasnya pada Joshua untuk di bawa turun dan cowok itu dengan pasrah menerimanya.   " Dasar menyebalkan. " Gumam Joshua pelan.   Saat hendak ke tempat parkir tiba-tiba saja dering ponsel milik Jennie membuat Joshua bergeming dan segera merogoh isi tas milik Jennie. Kedua mata Joshua menatap heran layar ponsel Jennie di mana saat ini seseorang sedang menelponnya dengan nama Arnold. Tanpa basa-basi lagi Joshua pun menjawab panggilan tersebut.   " Halo, Jennie.., Sepertinya aku tidak bisa menunggu lama lagi, Langsung saja sebenarnya aku menyukaimu, Bagaimana kalau kita berkencan. "   " Tidak boleh, Jennie sudah punya orang lain dan aku orang itu, Kau salah menyukai cewek seperti dia karena Jennie orangnya super duper jorok dia selalu melempar pakaian kotor sembarangan dan membiarkan cucian piring menumpuk hingga di datangi kecoak, Aku sih sabar menghadapinya tapi kalau kau mau.. " Belum sempat Joshua melanjutkan kata-katanya panggilan tersebut sudah berakhir.   " Dasar pria culun, Dengan mudahnya menyerah seperti itu.., Pria sepertimu mana cocok untuk Jennie yang sempurna. " Gumam Joshua menatap layar ponsel Jennie dengan sayu.   " Kenapa kau masih di sini  ?" Sahut seseorang sukses membuat Joshua terkejut, ia dengan cepat mengembalikan ponsel Jennie ke dalam tas dan menyerahkan tas itu padanya.   " Aku menunggumu, " Balasnya berusaha bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi.   Saat di dalam lift, Ponsel Jennie kembali berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, Dan setelah di cek tampaknya pesan itu datang dari Arnold yang mengatakan.   " Maafkan aku, Aku tidak bisa bertemu denganmu hari ini, Aku sibuk. Jangan di balas. " Tulis Arnold seketika membuat Jennie kecewa.   " Kenapa tiba-tiba seperti ini.?" Batin Jennie heran.   Di belakang, Joshua tampak menyeringai kecil dengan perasaan hati yang lega melihat Jennie batal bertemu dengan cowok itu, Di samping itu ia juga merasa kasihan karena telah di PHP oleh cowok yang tidak gentle.                                                                                                ♕     Di kantin kampus, Jennie tampak menatap layar ponselnya dengan penuh harap menunggu balasan dari Arnold, meskipun Arnold meminta untuk tidak di balas namun Jennie ingin tetap meminta penjelasan atas sikapnya selama ini dan tiba-tiba berubah hanya dalam hitungan menit.   " Ada apa Jen.?" Tanya Edith menatap sahabatnya heran.   " Kak Arnold dia tiba-tiba menyuruhku untuk berhenti menghubunginya, aku penasaran ada apa sampai dia seperti ini padaku. "   " Masa sih? Kok bisa? Padahal dia memohon banget waktu minta nomor kamu sama aku. "   " Taudeh, dari tadi pesanku belum di balas,."   " Memangnya kamu suka sama Kak Arnold? " Tanya Edith lagi.   " Kalau di tanya soal suka apa nggak, Aku sih biasa aja, Yang aku pikir itu soal taruhan ku dengan Joshua, Kak Arnold satu-satunya kesempatan ku buat membuktikan ke Joshua kalau aku juga bisa buat cowok suka sama aku. "   Edith mengerjapkan matanya beberapa kali seakan membeku saat Jennie sahabatnya menjelaskan maksud dan tujuannya barusan.   " Jadi karena taruhan kamu seperti ini. ?"   " Jangan keras-keras nanti ada yang dengar."   " Jennie..Jennie., kalau kau hanya ingin taruhan mu 100% berpihak padamu serahkan saja padaku. " Ucap Edith penuh percaya diri.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD