chapter 10

1718 Words
Falisha merapikan seluruh pekerjaannya dan mengirim semuanya kebagian editor. Dia dan Ernest sudah berdiskusi untuk foto model yang menarik untuk bulan ini. Dan tentunya dia juga memilah-milih untuk foto-foto narasumber. Yang pasti semua harus sesuai tema bulan ini. Kalau dilihat-lihat Candra sangat suka dengan gaya ekslusif dan glamour. Dia sangat sering memakai gaya ini. Hanya saja sering sekali membuat Falisha memutar otak, agar dua model itu tidak terlihat monoton dan tetap menarik disetiap bulannya.   Mengingat pria itu Falisha tidak bisa menghentikan senyum dipipinya. Bagaimana tidak? Dia benar-benar dibuat gila dengan setiap kelakuan pria itu. Candra sering menculiknya seusai ia bekerja dan membawanya ke apartemen. Diawali dengan candaan dan segelas wine, lalu mereka akan berlanjut saling memberi ciuman-ciuman kecil. Dan berubah menjadi ciuman panas. Hingga berakhir dengan sebuah percintaan panas yang dapat membuat keduanya melayang.   Mereka benar-benar menjalani semuanya dari titik awal. Dimana mereka saling menghargai dan menjaga privasi masing-masing. Terutama Candra yang tidak lagi membuat Falisha menjadi pusat perhatian. Mereka memang akan pergi ke kantor bersama dan Candra pun akan mengantar Falisha pulang atau lebih tepatnya membawa Falisha pulang. Sebelum pulang ke apartemen mereka akan makan bersama atau sekedar jalan-jalan terlebih dahulu. Dan malam minggu ini Candra menghubunginya dan mengajaknya untuk dinner. Falisha pun dengan senang hati mengiyakan. Dia berendam dengan bubble bath wangi mawar.   Tanpa terasa hubungan mereka sudah berjalan lebih dari tiga bulan. Candra sangat memperlakukannya dengan baik dan tidak ada lagi pemaksaan. Walau sesekali mereka harus berdebat karena urusan kecil. Seperti setiap kali Candra pergi dengan tiba-tiba tanpa penjelasan. Tapi setidaknya saat itu Candra masih menyempatkan diri untuk memanggilkan taksi untuk Falisha. Tapi tetap saja dia kesal dengan apa yang Candra lakukan. Dan itu bukan sekali terjadi. Bahkan pernah dia tidak bisa dihubungi sama sekali.             “Candra, aku juga ada kerjaan sambilan diluar kantor. Tapi aku tetap mengusahakan untuk mengabari kamu. Sedangkan kamu sering tiba-tiba menghilang dan tidak ada kabar sama sekali. Apa yang kamu kerjakan?” gerutu Falisha.             “Sayang...” Candra mendekati Falisha dan mencoba memeluknya. Perempuan itu berusaha mengelak, karena ia sedang kesal dengannya. tapi Candra tetap mendekatinya dan memeluknya.             “Aku tahu aku salah karena gak kasih kabar. Tapi aku benar-benar lagi ada pekerjaan penting. Dan aku gak bisa ngebuka pesan. Please ngertiin aku,” jelas Candra. Falisha pun menarik napas dan menghelanya. Falisha sudah tidak mengelak dari pelukan Candra, tapi dia masih merasa marah.             “Tapi kamu pergi dihari tertentu, Candra. Pekerjaan apa yang kamu lakukan dihari sabtu dan minggu? Dan kalau pun kita pergi, kamu selalu melihat layar ponsel. Seakan khawatir dengan sesuatu,” balas Falisha yang masih merasa aneh dengan Candra.             “Hei...” Candra menangkup pipi Falisha yang sedikit chubby, membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Lalu ia pun berkata,” bukankah kamu juga sering melakukan pekerjaan dihari minggu? Dan kamu juga sering membalas pesan klienmu disaat kita sedang kencan.” Falisha tidak lagi berkata apa pun. Dia pun hanya menghela napas dan pasrah. Tapi rasa penasarannya tidak hilang begitu saja. Falisha masih merasa ada yang Candra sembunyikan darinya. Karena sering kali Candra menjauh darinya saat ada telepon. Dia juga bekerja diluar kantor, tapi Falisha tidak pernah menjauh dari Candra saat ada panggilan diponselnya.   Falisha ingin mempercayai Candra sepenuhnya. Tapi sikap Candra seakan membuatnya sulit untuk percaya dengannya. Dengan segala sikap aneh Candra yang sering menyembunyikan sesuatu darinya. Falisha tersenyum saat Candra mencium kening dan mencubit pipinya. Dia sangat mencintainya. Tapi dia juga takut pria ini akan melukainya.   *****   Falisha menginap di rumah Candra, karena besok pria itu akan pergi keluar kota untuk beberapa hari. Dan otomatis mereka tidak akan bertemu dalam waktu yang cukup lama. Falisha pun memilih untuk menginap dan akan pergi ke kantor dengan supir Candra. Falisha sangat senang saat bermalam di apartemen Candra. Karena apartemen ini memiliki jacusi yang besar dan air hangat.   Setelah merasa segar dan rileks, Falisha beranjak dari jacusi dan melilitkan handuk ke tubuhnya. di dalam kamar mandi dia juga berias secantik mungkin. Karena malam ini mereka akan berkencan. Dan Falisha ingin terlihat lebih cantik biasanya. Walau Candra selalu berkata,” kamu selalu terlihat cantik, bahkan tanpa helaian benang sekali pun.” Tapi tetap saja setiap wanita ingin merasa dirinya terlihat special di depan kekasihnya. Setelah riasannya selesai, masih dengan handuk dibadannya, Falisha pun keluar dari kamar mandi dan menarik satu dress di walk in closet. Dengan tiba-tiba Candra memeluknya dan mencium bahunya yang terbuka.             “Cand... sana dulu. Aku mau pakai baju,”  protes Falisha.             “Aku cuma mau cium wangi tubuh kamu,” saut Candra. Falisha memiringkan lehernya dan merasakan ciuman Candra dan juga sentuhannya.             “Cand... “ protes Falisha pun akhirnya di dengar oleh Candra. Pria itu melepaskan pelukannya. Setelah memberikan tanda di leher Falisha, membuatnya mendesah karenanya.             “Aku tunggu kamu diluar,” ucapnya. Falisha pun hanya menggelengkan kepala dan memakai dress berwarna hitam yang Candra belikan untuknya. Padahal Falisha sudah berulang kali protes dengan barang-barang yang pria itu sering beli tanpa persetujuan Falisha, tapi pria itu tidak pernah mendengarkannya. Dan Candra hanya mengatakan dia ingin membahagiakan wanita yang ia cintai. Membuat Falisha hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.   **** Setelah Falisha selesai rapi-rapi yang sempat diinterupsi oleh Candra. Akhirnya dia selesai dan mereka pun pergi keluar dari apartemen. Pria itu membawa Falisha kesebuah restoran mewah yang sudah ia reservasi sejak kemarin. Dengan memegang lengan Candra, mereka berjalan memasuki restoran. Falisha menyembunyikan rasa takjubnya dengan restoran mahal ini dan tetap menjaga diri agar tetap terlihat anggun. Sesampai di bangku mereka Candra pun menarikkan bangku untuk Falisha hal simpel yang membuat wanita itu tersenyum simpul. Mereka duduk berhadapan dengan satu lilin yang berada di atas meja mereka. Tidak berapa lama seorang waiters datang menawarkan sampanye pada mereka.   Bagi Falisha sampanye, wine atau alkohol apa pun itu seperti air yang sangat menyejukkan. Hanya saja dia tidak bisa menikmati semua itu terlalu banyak. Kalau saja dia tidak melakukan hal aneh saat sedang mabuk, mungkin dia akan meminum satu botol sampanye sekaligus. Falisha meminum sampanye perlahan.               “Kamu mau tambah sampanye?” tanya Candra. Falisha yang sedang meminum sampanye langsung mengibaskan tangannya.             “Gak, terima kasih,” ucap Falisha. Candra menatapnya dengan bingung, karena dia pikir kekasihnya ini suka dengan alkohol. Falisha pun yang melihat raut wajah bingung Candra, langsung menjelaskannya,“Aku sangat suka alkohol, tapi aku tidak bisa mabuk.” “kenapa?” tanya Candra yang terlihat semakin bingung.             “Jujur saja, sebenarnya aku tidak ingat apa yang kita lakukan ketika aku mabuk,” ucap Falisha. Dan Candra pun terlihat terkejut dan tersenyum geli.             “Termasuk hubungan intim yang kita lakukan?” tanya Candra. Falisha menutup wajahnya karena malu.             “Ini beneran bikin malu untukku, Candra. Jadi please, jangan bahas lagi,” ucapnya. Candra memenuhi keinginan Falisha, tapi dia masih tersenyum dengan sangat menyebalkan. Falisha memilih mengacuhkan senyuman menyebalkan itu dan tersenyum pada pelayan yang membawakan pesanan mereka. Saat makan Falisha lebih banyak bercerita dari pada Candra. Dia bercerita kalau ia sudah tidak memiliki ayah sejak kecil dan hidup berdua dengan ibu. Dari saat usianya dua puluh tahun Falisha memilih pindah dari Bandung ke Jakarta. Dari ngekos di kosan yang kecil, sampai akhirnya dia bisa menabung untuk membeli apartemen.             “Jadi kamu kuliah jurusan?”             “Awalnya aku ambil tata busana, tapi makin lama aku lebih suka merias orang ketimbang mengurusi pakaian. Aku tetap menyelesaikan kuliahku secepat mungkin dan mengambil freelance sebagai makeup artist di salon dekat kosan,” jelas Falisha. Candra menganggukkan kepalanya.             “Sepertinya aku memacari wanita super mandiri,” saut Candra.             “Itu karena aku sudah terbiasa. Aku gak mau bebani ibu. Jadi aku berusaha untuk semandiri mungkin,” jawabnya.             “Kamu sendiri?”             “Aku?” tanya Candra.             “Iya, bapak. Ceritain ke aku masa muda kamu,” ucap Falisha. Dia menahan senyum saat melihat raut wajah Candra yang terlihat kesal, karena ia memanggilnya ‘bapak’. Umur mereka tidak berjarak terlalu jauh. Hanya sekitar empat atau lima tahun. Umur Falisha saat ini sekitar dua puluh tujuh, sedangkan umur Candra sekitar tiga puluh dua. Entah baru berusia dua puluh dua, atau mau jalan tiga puluh dua. Jadi selain di area kantor, hanya untuk etika kantor, pria ini sangat tidak suka dipanggil bapak.             “Tidak ada cerita yang special dalam hidupku. Aku kuliah jurusan bisnis untuk melanjutkan usaha majalan keluargaku. Setelah lulus aku mulai memegang perusahaan dari jabatan paling pemula. Lalu perlahan aku bisa berada di posisiku sekarang. Dan jika aku bisa meningkatkan penjualan, pemasaran dan juga kualitas majalah. Aku akan naik menjadi genderal manager,” jelasnya. Falisha mendengarkan cerita Candra tanpa berkedip dan merasa takjub dengan pencapaian Candra.   Mereka membicarakan banyak hal lainnya, seperti kenakalan masa remaja. Cinta pertama mereka. Bahkan Falisha menceritakan Rio, pria yang sudah menghancurkan hatinya. Sampai tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.   Sebenarnya ada yang ingin Falisha tanyakan pada Candra, tapi jujur dia tidak berani. Falisha takut Candra akan marah dengan pertanyaannya. Dia tidak tahu apa alasan Candra mencintainya, apa karena mereka melakukan one night stand? Tapi itu bukan alasan kuat untuk seorang pria menyukai seorang wanita, karena banyak sekali orang yang melakukan itu di dunia ini. Sementara Falisha tidak memiliki sesuatu yang special untuknya. Sekali lagi Falisha menatap Candra yang sedang menikmati makanannya.   Terkadang ada sedikit pikiran yang menggelitik Falisha. Dia masih menganggap Candra hanya ingin mempermainkannya. Dia tidak berniat untuk menikah atau memiliki status yang jelas dengan Falisha. Bahkan sekali waktu Falisha pernah berpikir kalau Candra sudah menikah dan dia menjadi wanita simpanan Candra. Pikiran itu keluar setelah ia berbicara dengan Sofia beberapa hari lalu.             “Ciye... ciye... yang di chat sama bapak kepala redaksi,” ledek Sofia.             “Gue Cuma mau mastiin buat tema bulan depan, Sof,” jawab Falisha.             “Yakin? Kok memastikan tema ada emot cium-cium gitu?” pertanyaan Sofia membuat Falisha menoleh. Temannya itu sudah mengintip chat Falisha sejak tadi.             “Sialan lo!” balas Falisha yang di balas dengan tawa keras Sofia.             “Eh, lo tau gak ada gosip kalau si bapak kesayangan lo itu udah punya anak,” ucap Sofia. Falisha tidak mempercayai gosip itu, tapi pikiran negatifnya yang membuatnya memikirkan itu. Bagaimana kalau Candra memang sudah memiliki anak? Apa itu artinya dia juga sudah menikah?   Falisha menarik napas dengan pikirannya sendiri. Mereka pun mengakhiri dinner mereka dan memilih untuk pulang. Falisha masih memasang senyum dengan pikiran yang berjalan tidak karuan. Apa yang harus ia lakukan jika gosip itu benar? Apa itu artinya dia harus melepas tangan pria ini?       ****    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD