chapter 11

1031 Words
Setelah makan malam Candra mengajak Falisha pulang ke rumahnya. Karena seluruh barang Falisha memang masih di apartemennya. Dan dia memang berniat untuk bermalam, karena besok Candra akan pergi. Dan hanya untuk informasi, ini pertama kali untuk Falisha menginap di rumah Candra, dengan kesadaran penuh. Setelah Candra memarkirkan mobil di basement, mereka pun  masuk ke dalam lift yang langsung menuju ke apartemen pria itu.     Candra menarik Falisha kepelukannya dan menciumnya dengan ciuman pelan. Dan jujur saja dia benar-benar tidak tahan melihat ekspresi Falisha saat ini. Wanita itu menggigit bibirnya berulang kali seakan sedang memikirkan sesuatu. Dan saat Falisha sekali lagi menggigit bibirnya, tanpa permisi Candra menyerang Falisha dan memberikan ciuman yang begitu panas dan menuntut. Falisha yang terkejut terjatuh di sofa sambil mencengkram kerah kemeja Candra. Membalas ciuman panas pria itu dan berusaha untuk mengimbanginya. Falisha merasakan bibir pria itu seperti berkuasa pada bibirnya. Memaksa Falisha untuk membuka mulutnya melilitkan lidah mereka dan saling mencecap satu sama lain.   Falisha mengerang dalam ciuman Candra. Karena kali ini bukan hanya bibir pria itu yang bermain, tangannya pun menjelajah pada titik-titik lemah Falisha. Tangan pria itu berjalan pada lutut Falisha. Menelusup di balik dress hitamnya dan bermain pada paha Falisha. Membuatnya mendesah dalam ciuman mereka. Tidak mau kalah wanita itu pun melepasnya kancing kemeja Candra dan menyentuh kulit kecoklatan pria itu. Ciuman Candra pun semakin menurun pada leher Falisha dan selalu memberikan tanda di sana, membuat Falisha melenguh lebih keras dan mencengkram bahu Candra yang terbuka dengan kukunya. Membuat tanda merah pada bahu pria itu.   Tidak ingin berlama-lama Candra menarik Falisha mengangkat tubuh wanita itu dengan Falisha yang mengaitkan kakinya di pinggang Candra. Bibir wanita itu kini terlihat sangat aktif. Mencium leher Candra dan d**a pria itu. Falisha tidak pernah merasa b*******h seperti ini setiap kali berhubungan dengan seseorang. Dan ini adalah pertama kalinya dia berhubungan dengan Candra dengan keadaan sadar. Tapi dia tidak menyangka kalau dirinya bisa seliar ini. Biasanya dia hanya akan menunggu si pria itu memuaskannya, tapi yang ia inginkan sekarang mereka sama-sama terbakar.   Candra duduk di sisi kasur dengan Falisha duduk di pangkuannya. Dengan sekali tarikan gaun hitam yang membentuk tubuh Falisha dengan sempurna itu terjatuh ke lantai. Sekarang perempuan itu berada dihadapannya hanya tertutup dalaman yang berwarna cream yang hampir mirip seperti kulitnya. Sekali sentak tangan Candra melepaskan bra itu dari d**a Falisha dan menunjukkan sesuatu yang tersembunyi.             “Channd...” Falisha melenguh dengan keras saat mendapatkan serangan dari Candra. Tangan dan bibir pria itu menyiksanya dengan seluruh kenikmatan. Memainkan dirinya dan membawanya terbang. Bahkan sebelah tangan pria itu pun sudah menyusup pada celana dalam Falisha. Membuat pinggulnya semakin aktif dan bersentuhan dengan tubuh Candra yang sepertinya sudah terbangun. Keduanya mengeluh, merasakan nikmat dan siksaan secara bersamaan.   Candra pun merasa sudah tidak sanggup untuk bertahan. Dia merebahkan Falisha di kasur, mengambil satu plastik di dalam laci. Dia memakai pengaman itu sebelum akhirnya menyerang perempuan yang sudah sangat gila dengan seluruh kenikmatan. Keduanya mengeluh dan mendesah saat merasakan tubuh mereka saling menyatu. Milik Falisha begitu sangat rapat untuk Candra, sementara bagi Falisha milik Candra sangat penuh. Dia pun tidak bisa menghentikan pinggulnya dan mengikuti setiap ritme Candra dan juga ciuman pria itu. Keduanya saling memuaskan, sentuhan yang semakin membakar dan ciuman yang menunjukkan rasa frustasi akan sesuatu kenikmatan yang berjalan semakin tinggi.   Tangan Candra mencengkram paha Falisha dan melingkarkannya ke pinggangnya, membuatnya semakin leluasa. Falisha menggigit bahu Candra merasakan pria itu semakin dalam menyiksanya. Candra pun meremas d**a Falisha semakin keras, merasakan panas yang hampir datang. Keduanya sama-sama mengeluh dalam cumbuan yang dalam. Seakan menjemput sesuatu kenikmatan yang jatuh dengan begitu dahsyat.   Falisha memeluk Candra erat, dengan rasa puas yang jujur saja baru kali ini ia rasakan. Pantas saja dari saat pertama kali dia melakukan one night stand dengan Candra, Falisha merasa tubuhnya sangat letih seperti dia melakukan pekerjaan yang sangat berat. Dan kali ini dia merasakan apa yang ia lakukan memang sangatlah melelahkan, tapi juga sangat nikmat. Tangan Candra membelai rambut Falisha dan memainkan anak rambut perempuan itu.             “Kamu tidak mabuk, kan?” tanya Candra dengan nada mengejek. Melihat raut merah di pipi perempuan itu membuat Candra tersenyum. Dia memberikan ciuman yang sangat lembut di bibir Falisha. Tanpa napsu hanya ada cinta dan ketulusan. Candra masih memainkan tangannya di rambut Falisha dan memeluknya.             “Kita harus tidur sekarang, karena kalau tidak akan ada sesi kedua,” ucap Candra lagi dan lagi-lagi dia tersenyum. Perempuan yang penuh gairah, kini meringkuk malu di dadanya. Candra beranjak sejenak, mengambil bet cover yang terjatuh dan menutupi tubuh mereka.             “Tidurlah,” ucap Candra. Keduanya saling berpelukan dengan cahaya malam yang seakan melingkupi keduanya.   ****   Falisha pergi ke kantor dengan di antar supir Candra. Jujur saja dia benar-benar merasa tidak nyaman. Jabatannya bukanlah jabatan yang tinggi di kantor. Dia hanya lead dari team make up, yang bisa digantikan dengan siapa saja. Tapi dengan tengilnya, pagi ini dia datang ke kantor dengan seorang supir. Yang orang sudah tahu, kalau itu adalah supir kepala redaksi mereka.             “Pak, nanti berhenti di halte dekat kantor aja ya,” pinta Falisha. Dia benar-benar malu jika kalau sampai mobil berhenti di depan kantor. Dan pasti akan ada banyak pasang mata yang menatapnya.             “Maaf bu, kata bapak, saya harus antar ibu sampai depan kantor. Dan selama bapak gak ada, saya harus antar jemput ibu,” saut supir itu. Falisha hanya menghela napas dan duduk pasrah. Dia mengerti kenapa pria ini bisa bekerja dengan Candra selama puluhan tahun. Karena dia sangat patuh dengan perkataan pria itu.   Sesampainya di kantor, apa yang Falisha takutkan benar terjadi. Semua mata tertuju padanya. Pagi ini dia memakai dress berwarna putih dengan kemeja cream. Falisha hanya bisa tersenyum saat beberapa teman kerjanya menyapanya dan juga terlihat bingung. Mungkin mereka tidak aneh dengan hubungan Falisha dan Candra. Tapi baru kali ini Falisha naik mobil bos, disaat bosnya itu sedang tidak ada di tempat.             “Ibu kepdir baru dateng?” pertanyaan Shofia membuat Falisha mendelik padanya. Sementara sahabatnya itu hanya tersenyum geli dengan tatapan kesalnya.             “Kok lo bisa dianter sama supir pak kepdir?” tanya Shofia lagi. Falisha menghela napas dan menaruh tasnya.             “Dia kasih perintah ke supirnya buat anter jemput gue selama dia gak ada,” jawabnya. Dia pun menyalakan laptop dan mengerjakan pekerjaannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD