"DIAM..." Daffa membentak gadis itu.
Membuat gadis itu diam seketika.
"Maaf aku tak bermaksud,aku cuma khawatir dengan lukamu.Kopi itu pasti panas sekali."
"Emang panas banget, tapi om tidak boleh lihat juga kali! "
"Bukan maksudku seperti itu,kita perlu memastikan ke rumah sakit."
"Tidak perlu om,saya sudah lihat tadi tidak melepuh kok cuma sedikit merah."
"Kamu yakin..? "
Gadis itu mengangguk.Tiba-tiba Daffa membuka jasnya.
"Om mau ngapain? " Gadis itu menyilangkan tangannya di depan d**a.
"Kenapa? "
"Kok buka jas?Jangan macam-macam om atau saya teriak nih! "
"Siapa yang mau macam-macam sama anak kecil sepertimu."
"Enak saja,saya sudah kuliah om,malah sudah semester 5."
Daffa memberikan jasnya pada gadis itu,"Serius semester 5? "
"Hemm..2 rius malah."
"Saya kira masih SMP atau baru SMA. "
"Ini jas untuk apa? "
"Untuk nutupin d**a kamu."
"Ih..tidak usah."
"Memang kamu tidak risih apa? Dalaman kamu kelihatan karena baju kamu yang tipis itu basah."
"Ih tuh kan om m***m"
Lalu gadis itu segera memakai jas Daffa,hanya menempelkan saja di bagian depan.
"Serius kamu udah kuliah? "
"Ih om kepo banget sih...modus ya?"
Daffa terkekeh,"Aku tidak minat sama anak kecil seperti kamu,masih rata juga. "
"Enak saja,sudah di bilang aku udah kuliah semester 5.Kalo tidak percaya om cek aja ke kampus aku."
"Oke..oke..berarti umur kamu sudah 20 tahunan dong..."
"Jelas lah."
"Berarti jangan panggil saya om,saya baru 27th."
"Om..udah kan ya..aku tidak kenapa-kenapa sekarang.Buka kunci pintu mobilnya saya mau keluar."
"Biar saya antar kamu ke rumah ya! "
"Tidak usah,om pasti modus."
Daffa langsung menjalankan mobilnya tanpa persetujuan gadis itu.
"Ooommmmm...."
..........
Sementara di rumah sakit Raffa terus saja menangis memanggil bundanya,
"Undaaa...afa mau ketemu undaa..."
"Raffa kan ada mama di sini,tuh mamanya." Tunjuk Mia pada Sasa yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya.
"Tidak mau mama itu,maunya unda..."
"Maaf nyonya ini gimana? "
"Urusan kamu,kamu kan di bayar untuk urus anak itu."
Mia meraih handponenya dan menelpon seseorang."Hallo nyonya,ini gimana ya? Den Raffa terus menangis mencari bundanya "
"Daffa kemana mia? "
"Ke kantor nyah"
"Ya sudah nanti saya telp Daffa"
.........
Daffa memarkirkan mobilnya di depan sebuah kos-kosan ala mahasiswa,"Kamu tinggal di sini? " Tanya Daffa pada gadis yang duduk di kursi penumpang sebelahnya.
"Iya om,emang kenapa? "
"Tidak apa,oh ya nama kamu siapa?"
"Tuh kan om modus..." Lalu gadis itu membuka pintu mobil dan keluar
" Terimakasih om tumpangannya dan nih jas nya."
"Eh..tunggu nama kamu siapa? "
Namun gadis itu sudah berlalu dari hadapan Daffa memasuki pintu gerbang koskosan berderet itu.
"Huftt...gadis aneh."
Drrrttt..drrtt
Getaran ponsel miliknya membuat ia urung menjalankan mobilnya kembali,"Hallo ya bu ada apa?."
"Kamu lagi di mana nak?"
"Di jalan bu,kenapa?"
"Kembali ke rumah sakit,Raffa nangis terus dari tadi"
"I..iya bu..Daffa langsung ke sana."
........
Kembali ke rumah sakit,Daffa langsung menggenggam tangan putranya yang tengah tertidur "Sayang..cepat sembuh ya."
"Sayang,kamu tenang aja..kan ada aku mama nya.." Ujar Sasa mendekati Daffa dan mengusap bahunya.
"Mia,kamu pulang saja.Malam ini biar saya dan Sasa yang jaga."
"Iya tuan,saya permisi."
.
.
Sepeninggal Mia kini hanya Daffa di temani Sasa.
"Sayang,kita ke kantin yuk aku laper nih."
"Gila kamu,gimana dengan Raffa? "
"Kita minta suster untuk jagain dia."
"Kamu saja sendiri sana."
"Sayang,aku maunya sama kamu,kamu tidak kasihan apa?Aku belum makan dari siang ," Melirik ke arah putranya yang masih tertidur,
"Lagian kan Raffa lagi tidur juga."
Akhirnya Daffa menurut,ia meminta salah satu suster menjaga Raffa dan Daffa menemani Sasa makan.
.
.
Sekembalinya Daffa dari kantin ke ruang rawat putranya di sana sudah ada Denis,"Eh Den,sudah lama?"
"Baru saja kok,eh..ini,Sasa kan ya?"
"Hai..." Sasa berusaha seramah mungkin.
Daffa duduk di sebelah Denis,
" Gimana tadi hasil meeting nya Den?"
"Pasti goal lah..Denis..." Ujar Denis bangga pada dirinya sendiri.
"Bagus,pastikan rincian anggarannya tepat seperti kemauan kita."
"Assiap..."
Denis mendekat ke telinga Daffa lalu berbisik," Mmm...aku mau ngomong berdua sama kamu nih."
"Apaan...? "
"Kita ngomong di luar saja." Lalu Daffa mengikuti Denis keluar ruangan Raffa.
"Kamu serius mau balikan sama Sasa?"
"Mungkin..."
"Kamu tidak yakin?"
"Tergantung Raffa Den,aku juga lagi bingung."
"Kenapa?"
"Raffa mau bunda nya tapi dia tidak mau Sasa,malah sampai sakit anakku karena kangen bundanya."
"Bunda?Maksudnya?"
Lalu Daffa menceritakan apa yang ibunya ceritakan kemarin.
"Fix,kamu harus ketemuin Raffa sama bundanya itu.Yang penting anak kamu sehat dulu,soal Sasa itu soal nanti."
Daffa nampak berfikir akan saran Denis.
Denis menepuk pundak Daffa," Pikirkan baik-baik bro,jangan gegabah.Aku pulang dulu."
.........
Malam itu Daffa menjaga Raffa bersama dengan Sasa.Daffa tak dapat tidur,selain karena menjaga Raffa juga karena fikirannya akan saran dari Denis.Ia meraih benda pipih miliknya dan keluar ruangan.
"Sa..aku keluar dulu.." Pamit Daffa pada Sasa yang di balas anggukan sambil menguap.
.
.
Duduk di bangku taman,Daffa memutuskan menelpon ibunya,
"Hallo bu..."
"Iya nak,gimana Raffa"
"Lagi tidur bu!"
"Syukurlah. "
"Bu,boleh minta tolong bu?"
"Apa nak, katakan saja! "
"Soal bunda Raffa"
"Owh,iya nak,nanti ibu telp bi Ratih"
"Terimakasih bu"
" Iya nak,yang penting Raffa sembuh dulu,kasihan dia."
"Iya bu,ya sudah ibu istirahat ya! "
.
.
Daffa kembali ke kamar pukul 11 malam,cukup lama ia memikirkan segala sesuatunya.Melihat sikap Sasa, Daffa jadi ragu apa Sasa benar sudah berubah atau belum?Sementara bunda Raffa yang di ceritakan ibunya,ia belum tau orang seperti apa dia?Dan lagi ibunya bilang ia tak mau merepotkan gadis itu lagi.
Soal Sasa,Daffa akui rasa yang dulu pernah ia kubur perlahan mulai muncul lagi.Sasa yang kini jelas lebih menarik mata pria.Daffa lelaki normal pasti ia tertarik dengan wanita seperti Sasa dengan wajah cantik dan juga body seksi,siapa yang sanggup menolak, hanya saja bagi Daffa sekarang yang terpenting adalah putranya.
Ia harus mendekatkan Raffa pada Sasa ibu kandungnya
"Undaaa..." Igauan Raffa membuyarkan lamunan Daffa.
"Sayang..kenapa...? " Tanya Daffa
"Mau pipis pa..."
"Ya sudah..ayok papa temenin"
Daffa melirik ke arah Sasa yang tertidur pulas sekali di ranjang khusus penunggu pasien di kamar vvip tempat Raffa menginap
Setelah selesai membantu putranya buang air,Daffa menggendong kembali Raffa dan merebahkan kembali Raffa di ranjangnya lalu meletakan botol infus ke tiangnya lagi.
"Raffa mau apa lagi sayang?bilang papa"
"Afa mau unda pa..Afa kangen unda.."
"Kan ada mama?"
"Tidak mau,mama itu galak."
"Galak?." Tanya Daffa penasaran.
Rafa mengangguk,"Mama itu malah-malah ama bak Mia.."
Huffft..." Kenapa mama marah sama mbak Mia?"
"Afa dak tau,pokoknya afa mau unda pa...!"
"Iya sayang,sekarang Raffa bobok lagi ya..."
............
Pagi itu Daffa bangun setelah subuh,di lihatnya Raffa masih tertidur begitu juga Sasa.Daffa keluar kamar menuju untuk menghirup udara pagi sekaligus mencari sarapan dan segelas kopi.
Pukul 7 pagi Daffa baru kembali ke kamar putranya,memasuki kamar itu di lihatnya Raffa sudah terbangun duduk merenung sendiri,sementara Sasa wanita itu masih lelap dalam tidurnya.
"Raffa sayang udah bangun? "
"Iya pa...Afa nunggu unda..unda nanti mau ke cini."Ujar bocah itu semangat.
"Dari mana Raffa tau? "
"Dali unda tadi."
Daffa nampak kebingungan dengan penuturan anaknya," Kapan? "tanya Daffa pada akhirnya.
"Tadi pa..pas Afa bobok..unda bilang nanti ke cini."
Daffa yakin putranya berbicara soal mimpinya.Sebegitu rindunya Raffa pada sosok yang ia sebut bunda.
.
.
myAmymy