When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sinta POV. “Trus elo mau mauan di ajak nemanin Nino nonton sama Thia?” cecar Karin pada Noni yang curhat pagi pagi di kantin. Noni mengangguk lesu. “Gue gak berani lawan Nino Kar. Pas makan aja malah ribut soal kuah bakso gue, gua jadi gak tega lihat Thia jadi nonton kita” jawab Noni. Karin yang menggeram sedangkan aku menghela nafas. Benar Omen, Nino tuh kampret banget. Aku dan Karin sudah memperingatinya, trio curut dan Rengga pun tidak ada yang membela Nino, yang beralasan memacari Shintia supaya Noni cemburu. Apa apaan coba, bukan cemburu doang, Noni jelas sakit hati harus selalu di libatkan dengan kencan palsu Nino dengan Shintia, atau hubungan palsu Nino dengan Shintia. “Elo cemburu gak sih Non?” tanyaku mengabaikan Rengga yang diam mengawasi. Noni diam. “Jawab kalo di tanya”