Dia, Nyonya Davis

1210 Words
Celine menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin! Lizy tidak akan mungkin punya hubungan dengan pria tampan seperti ini. Kurasa simpanan Lizy itu pria gendut dan jelek. Haha…” Pramuniaga toko roti itu datang dan berkata, “Maafkan aku, Tuan. Roti-roti di sini terakhir dibeli oleh Nona-nona di sana. Kami kehabisan stok untuk hari ini. Besok Anda bisa datang lebih awal lagi.” Getaran hati Celine semakin kuat saat dia mendengar petugas konter menyebut namanya. Dengan gembira, dia melangkah untuk mendekati Wendel. “Tuan, apakah Anda ingin membeli roti? Aku bisa memberikan roti milikku padamu tapi sebagai gantinya… Bisakah kita bertukar nomor telpon?” Celine tidak ingin melewati kesempatan ini. Tentu saja, dia akan berusaha menarik perhatian pemuda ini. Oleh karena itu, dia berinisiatif untuk menawarkan roti miliknya. Celine sudah jatuh cinta dengan lelaki ini, jadi dia tidak sabar untuk mengambil inisiatif. Wendel mengabaikannya. Dia berkata dengan dingin kepada petugas toko roti itu. “Kalau begitu, minta pada pembuat roti untuk membuatkan roti padaku sekarang.” Wendel memperlihatkan kartu keanggotaan miliknya. Pramuniaga toko itu tercengang dan tatapannya kosong selama lima detik. Dia kembali ke alam sadarnya dan berkata dengan gugup. “Ba-baik Tuan. Saya akan menghubunginya. Tolong tunggu sebentar.” Melihat kartu itu bertulis Imperial gold. Menejer toko roti itu dengan cepat mengetahui bahwa pria ini adalah Tuan Muda dari keluarga itu tetapi keraguan menyelimutinya. Bagaimana itu bisa? Bukankah pemuda itu sedang sekarat? Dia mendecak lidahnya dan segera mengubungi chefnya. Yang mereka tahu, pemuda yang berasal dari Imperial Garden saat ini sedang sakit parah. Oleh karena itu, dia berpikir jika pria di depannya mungkin sepupunya. Saat Wendel Davis menunggu, dia mengambil koran dengan santai dan membacanya. Sementara Celine merasa dirinya diabaikan oleh Wendel sehingga membuat dia malu. Dia sengaja menurunkan tali bahu gaunnya untuk memamerkan garis-garis bahunya yang menggoda. “Ah, aku merasa pusing.” Dia berpura-pura pusing dan terjatuh ke arah Wendel. Sambil menutup matanya, dia berharap akan langsung jatuh ke pelukan pria itu. Namun, di saat berikutnya ada bunyi suara jatuh yang keras ketika dia terjatuh langsung ke lantai. Wendel telah menyingkir untuk menghindarinya, sehingga Celine Oliver terjatuh dengan sangat keras. Sebuah suara merdu yang tajam pun terdengar di atasnya. “Celine Oliver, kenapa kamu membungkuk begitu rendah untukku?” Celine Oliver mendongkak dan langsung melihat Lizy Oliver. Dia mengedipkan mata sambil mengamati bagaimana gadis itu tergeletak di lantai karena jatuh. Karena merasa kesal, Celine langsung berdiri. “Lizy Oliver, kenapa kau ada di sini?” Dia tidak bisa mempercayainya. Bagaimana bisa Lizy Oliver berada di toko kue ini ketika Tuan Markus sudah memasuki kamar saat dia meninggalkan rumah? Apa yang terjadi? Wendel berjalan ke arah mereka dan secara langsung melingkarkan lengan kekarnya di pinggang ramping Lizy. “Apa yang membuatmu begitu lama?” Celine Oliver dan Maria menarik napas dengan dingin. Pria ini bersama dengan Lizy Oliver? “Siapa pria ini bagimu?” Celine langsung melontarkan pertanyaannya. Lizy menyeringai sebelum dia menjawab, “Bukankah kamu bilang dia adalah pacar gelapku?” Saat gadis itu berbicara, dia menunjukan ke arah Celine Oliver sambil menatap Wendel. “Dialah yang mengatakannya.” Celine dan Maria tercengang. Apakah pria ini benar-benar pacar gelap Lizy Oliver? Ya Tuhan! Dia merasa baru saja ditampar dengan keras. Menejer toko kue tiba-tiba keluar dengan sebuah kue selai bluberry. Wendel lalu mengambilnya dan berkata , “Ayo, kita pulang.” “Baiklah.” Lizy Oliver berjalan bersamanya dan berbalik untuk melambaikan tangannya pada Celine dan berkata, “Selamat tinggal.” Celine Oliver terpana. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Lizy Oliver memiliki pria simpanan yang keren. Maria masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Celine, lihat pria itu sangat gagah dan dia mendapatkannya.” Celine melototinya dengan tajam. Maria tertawa dengan canggung. Bahkan pria itu tidak meliriknya sama sekali dan bertingkah seolah-olah dia tidak ada. Hal itu menyebabkan Celine merasa sangat dikalahkan dan marah. Perkataan Maria mengingatkannya secara langsung. Dia hanya seorang pria simpanan. Dia bisa membelinya dengan uang beberapa kali lipat lebih banyak. Setelah memikirkan itu, suasana hati Celine kembali senang. Dia pergi ke konter untuk mengambil kuenya. “Tuan, berikan kueku. Kami akan pergi.” Menejer itu menggelengkan kepalanya dan berkata dengan cemberut. “Maafkan saya, Nona. Saya akan mengembalikan uang Anda dua kali lipat karena saya tidak bisa memberikan kuenya lagi.” Maria dan Celine tercengang sebelum bertanya dengan bingung. “Kenapa?” Pria itu tersenyum. “Karena saya akan memberikan kue itu pada monyet saya.” “Apa?” Celine menggebrak meja kasir. “Tuan, apa maksud Anda? Apakah Anda sedang mempermalukan kami?” Pria itu berkata dengan suara yang merendahkan, “Apakah Anda tidak punya telinga untuk mendengar? Sudah saya katakan, kue ini tidak akan dijual kepada Anda. Apakah Anda tidak tahu bahwa Anda telah menyinggung perasaan seseorang yang sangat penting? Lebih baik aku memberikan kue ini pada monyet saya.” Di sisi lain, mobil mewah milik Wendel memasuki pelataran parkir Imperial Garden. Sebelum mereka turun dari mobilnya, pria itu mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya dan menyerahkan pada Lizy Oliver sambil berkata... “Ini untukmu.” Kartu itu berlapis emas. Itu adalah kartu anggota untuk orang kaya. Dengan kartu itu mempermudah aksesibilitas untuk melakukan apapun yang mereka inginkan. Lizy tercengang saat menatap kartu berwarna hitam berlapis emas. Itu adalah kartu VIP. Dia tahu bahwa hanya orang-orang yang kaya bisa memiliki kartu itu. Mengapa pria itu memberikan kartu itu padanya? Dia menatap Wendel dengan bingung sembari menolaknya. “Aku tidak menginginkannya.” Wendel tersenyum sebelum berkata dengan tegas. “Tidak ada alasan bagimu untuk tidak menerima kartu pemberianku! Kamu harus ingat bahwa statusmu sekarang adalah Nyonya Davis dan aku tidak bisa membiarkanmu menggunakan kartu biasa!” Nyonya Davis? Lizy tertegun dan tatapannya kosong beberapa detik sebelum dia kembali tersadar. Jantungnya berdegup dengan kencang. Entah apa yang dia rasakan? Dia pun tidak mengerti apa yang tejadi sebenarnya? Gadis itu mengabaikan ucapan Wendel. Dia melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu mobil. Gadis itu bergegas keluar dari mobil. Wendel tersenyum sambil mengangkat bahunya. Dia merasa wanita ini sangat berbeda. Dia menghela napasnya kemudian menyusul Lizy. Sementara saat gadis itu memasuki ruang tamu, dia disambut oleh wanita tiga perempat baya dengan senyuman yang tidak pernah pudar di wajahnya. “Lizy, kamu sudah kembali. Bagaimana kunjunganmu?” Gadis itu membalas senyumannya dan mengangguk. “Iya, Nenek. Ayo, kita makan kue bersama.” Wanita tua itu mengangguk dengan senang. “Iya. Dari bentuknya kue ini terlihat sangat lezat sekali.” “Tentu saja, ini kue kesukaanku. Wendel yang membelikannya.” Ucap Lizy saat menanggapi perkataan wanita tua itu. Beberapa menit kemudian, seorang pria bertubuh tegap masuk ke dalam rumah dan melewati ruang tamu. Dia beranjak untuk naik ke lantai atas tetapi langkahnya berhenti saat dia mengingatkan neneknya. “Nenek, kamu tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi yang manis-manis. Itu akan membuat diabetesmu naik. Jika Nenek sangat ingin memakannya, baiklah aku akan mengizinkanmu memakannya hanya sesendok saja.” “Aku tahu. Kamu tidak perlu mencemaskan kondisiku.” Sahut wanita tua itu. Dia memasukan kue itu ke dalam mulut sambil memunggungi cucunya agar tidak ketahuan bahwa dia telah memasukan kue itu ke mulutnya beberapa kali. Lizy tersenyum saat melihat kelucuan dari wanita tua itu. Dia merasa sangat terhibur dengan tindakannya. Tatapannya beralih ke arah pria yang sedang berdiri di tangga dan berkata padanya. “Apakah kamu ingin makan kue? Aku akan memberikan padamu?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD