04 - Bertemu Lagi Dengannya

773 Words
Malam ini, Alana menepati janjinya untuk mentraktir Langit sebagai ucapan terima kasih karena pria itu sudah menolongnya kemarin. Alana tampak sangat antusias bertemu pria baik hati itu. Dia bahkan datang lebih dulu dari waktu yang dijanjikan. Ia terus menatap ke arah pintu masuk, berharap Langit akan segera datang. Namun, yang ia lihat justru mantan kekasihnya yang kini sedang bersama dengan pacar barunya. Tempat yang Alana pilih ini memang resto yang tidak terlalu ramai. Ini adalah resto favoritnya dan Arkan saat mereka masih bersama. Dia tidak menyangka, jika Arkan juga akan mengajak kekasihnya yang lain untuk makan malam di sana. Yang pertama menyadari keberadaan Alana adalah Keisha. Wanita itu tersenyum miring, lalu memberi tahu Arkan tentang keberadaan Keisha. Tampak Arkan berbisik-bisik sebentar pada Keisha, sebelum selebgram cantik itu pergi ke arah toilet. Alana membulatkan matanya saat menyadari langkah lebar Arkan mengarah padanya. Rasanya ia ingin lari, tapi sayangnya ia tidak bisa. Ia dan Langit belum sempat bertukar kontak. Alana tidak ingin Langit mengecap dirinya sebagai pembohong jika ia pergi sekarang dan membatalkan rencana makan malam mereka. “Niat banget ngikutin aku sampai sini.” “Hah? Apa? Aku nggak salah dengar? Tapi kan aku duluan yang ada di sini,” heran Alana, karena Arkan menuduh dia mengikuti pria itu. Arkan terkekeh. “Nggak usah pura-pura bodoh, Alana! Meski kamu penyakitan, aku tahu kamu punya otak yang nggak b**o-b**o amat.” “Tapi aku memang nggak ngikutin kamu. Memang kamu pikir, aku cuma bisa datang ke sini kalau sama kamu?” balas Alana. Arkan tampak keheranan menatap Alana. “Sekarang kamu udah berani banget ya ngomong ketus sama aku?” “Terus kamu apa? Bukannya justru kamu yang ngajarin? Lagian, kamu sendiri yang milih buat mengakhiri semuanya, kan? Jadi, sekarang kita nggak lebih dari sekadar orang asing, dan nggak harus bicara dengan kata-kata manis kayak dulu lagi.” Arkan mengepalkan tangannya. Ia begitu kesal dengan kata-kata yang keluar dari mulut gadis yang selama ini selalu bergantung padanya itu. “Kamu yakin nggak akan menyesal ngomong semua itu?” “Kenapa? Bukannya semua itu fakta? Kita memang udah putus, kan? Kamu sendiri loh yang jadi penyebab kita putus. Kamu nggak tiba-tiba hilang ingatan, kan?” “ALANA!” pekik Arkan emosi. Beberapa pasang mata yang berada di sana, sontak tertuju pada mereka. Arkan menunduk malu dan mengucap kata maaf. Sedangkan Alana tetap acuh dan berusaha bersikap santai meski kedua telapan tangan yang ada di pangkuannya sudah bergetar hebat. “Oh iya. Kamu tadi ke sini sama pacar baru kamu, kan? Ya udah sana, take your time! Jangan hiraukan aku di sini, karena aku ke sini juga bukan buat kamu,” ucap Alana dengan senyum palsunya. “Kamu yakin, beneran bisa putus dari aku?” “Kenapa enggak?” “Selama ini, kamu cuma bisa hidup karena bergantung padaku. Kamu nggak ingat, kalau kamu itu cuma gadis penyakitan yang bahkan semangat buat hidup aja nggak ada, kalau bukan karena aku?” Alana tertawa dengan nada sumbang. “Arkan, Arkan. Itu kan dulu. Kamu lupa sama apa yang terjadi kemarin? Kita udah putus, kan? Ya udah. Kamu jangan bikin aku pusing deh! Kalau kamu memang cintanya sama Keisha, silakan! Itu sudah bukan urusan aku lagi. Tapi soal Double A, aku rasa, aku juga masih punya hak di dalamnya, kan? Hampir delapan puluh persen modalnya dari aku loh, secara nggak langsung, aku masih pemiliknya, kan?” Arkan yang sudah termakan emosi, langsung menunjuk wajah Alana dan menatapnya tajam. Namun, tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menyingkirkan telunjuk Arkan itu dari depan wajah Alana. Alana dan Arkan sontak menoleh ke arah pemilik tangan itu. Tampak Langit dengan tatapan tajamnya yang mengarah ke arah Arkan. “Kamu nggak malu bersikap arogan ke cewek seperti itu di depan umum?” tegur Langit. “Kamu siapa? Ini bukan urusan kamu!” sentak Arkan. Keisha datang, dan langsung bergelayut manja di lengan Arkan, membuat mata Alana kembali memanas. Seketika, ia teringat kembali detail kejadian serta rasa sakitnya kemarin. Batinnya semakin rapuh, ingin segera lari dari keadaan ini. “Dia siapa, Al? Pacar baru kamu? Nggak mungkin dong, orang baru kemarin kan kamu putus dari Arkan? Kalau pun iya, berarti, kamu nggak ada bedanya dong dari u*****n kamu ke kami kemarin?” ujar Keisha. “Hah? Pacar? Nggak mungkin. Dia masih ngikutin aku sampai sini. Itu artinya dia belum bisa melepasku. Dia-” “Kenapa nggak mungkin?” Alana bangkit dan langsung memeluk lengan Langit erat, membuat pria itu menatapnya penuh tanya. “Kami memang belum pacaran. Tapi hubungan kami memang mengarah ke sana. Jadi, makasih banget kamu udah nunjukin belang kamu kemarin, jadi aku nggak perlu lagi bimbang antara kamu sama Kak Langit.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD