Bab 13. Pernikahan Dewa dan Reyna

1415 Words
Indy kembali memegang tangan Reyna, “Kok? Apa mereka menjebakmu, dengan dalih menerima kamu sebagai sekretaris pribadi di sana?” Reyna menggeleng. “Aku pergi mabuk ke klub Maritim malam itu, In. Di sana aku bertemu Dewa, dan kami mabuk-mabukkan.” Indy mengusap-usap punggung Reyna, mengerti kenapa Reyna sampai mabuk-mabukkan setelah mengetahui perselingkuhan kekasihnya. Dia datang sendirian ke sana, itu artinya Reyna benar-benar sakit hatinya. Reyna mendengus tersenyum. “Aku sebenarnya nggak mempermasalahkan pernikahan kontrak itu, karena aku mendapat banyak keuntungan dari itu. Dewa menjanjikan aku posisi tinggi di Tamawijaya. Tapi yang sangat aku sesalkan … kami mabuk-mabukkan malam itu, dan dia meniduriku.” Indy berdecak dalam hati. “Kamu ceroboh sekali, Rey.” “You know me so well.” “Kamu mabuk, dan dia memanfaatkannya.” Reyna meletakkan kepalanya di bahu Indy. “Ya.” “Kenapa? Apa di balik pernikahan kontrak itu?” tanya Indy ingin tahu. “Dia dipaksa menikah oleh papa dan mamanya. Dia sebenarnya mau saja, tapi pacarnya pergi ke Paris dan tahun depan akan kembali. Jadi dia membuat kesepakatan-kesepakatan yang harus aku setujui.” “Papa dan mama kamu tahu soal ini?” “Ya, dan aku membuat seolah-olah ini adalah pernikahan yang sesungguhnya.” “Reyna—“ “Aku hanya ingin statusku jelas, In. Aku … sudah dia tiduri, itu yang membuat aku kesal. Seandainya malam itu tidak terjadi apa-apa, aku bisa saja menolak atau pergi. Tapi … aku merasa tidak berharga.” “Ssst, Reyna.” Reyna menarik kepalanya dari bahu Indy dan kembali duduk dengan tegap. “Aku nggak seharusnya sedih, In. Lagi pula aku akan mendapat posisi tinggi di Tamawijaya.” Indy tertawa kecil, dia tahu sahabatnya itu adalah gadis ambis. “Seandainya dia malah jatuh cinta kepadamu?” Reyna mencebikkan bibirnya, “Itu adalah sesuatu yang mustahil. Lagi pula dia bukan tipeku.” “Iben?” “Dia sudah aku buang jauh-jauh.” “Haha.” “Aku nggak berharap itu sama sekali, In. Aku ingin posisiku aman. Aku dan dia sepakat tidak berhubungan badan.” “Hah? Tapi kalian telah melakukannya malam itu.” “Itu di luar kendali, aku tahu dia.” Indy menghela napas berat. “Well. Aku harap kamu bisa melewati masalah ini dengan baik. Tapi … entahlah. Aku khawatir kamu mendapat masalah lebih besar.” Reyna mengerutkan bibirnya. “Aku harus melewat ini.” “Aku akan selalu berada di belakangmu, Rey. Jangan ragu berbagi.” Reyna mengangguk. “Apa aku diundang?” tanya Indy penuh harap. “Tentu saja, aku nggak mau mama dan papaku bertanya-tanya, dan akan mencurigaiku.” Indy mencubit pipi Reyna gemas. *** Tidak mau mengganggu waktu istirahat Reyna lebih lama, Indy pulang dari rumah Reyna setelah beberapa saat berbagi. Dia bisa bernapas lega setelah mendapat kabar dari Reyna. Dia tidak mau Reyna menghadapi masalahnya sendirian. Meskipun dia sedikit menyesalkan keputusan Reyna serta apa yang telah dilaluinya, dia tetap mendukung Reyna. Dia juga memaklumi alasan Reyna yang menutup akses kontaknya agar masalahnya terselesaikan. Dan sekarang, Reyna yang mau terbuka, akhirnya membuka akses komunikasi dengan Indy. Indy melajukan mobilnya pelan-pelan dan dia mulai mencurigai dua orang yang berdiri di luar pagar rumah Reyna, dan salah satunya bercakap-cakap melalui telepon genggam. Dia juga melihat ada mobil sedan mewah hitam terparkir agak jauh dari posisi pagar rumah Reyna. Walaupun mobil itu berhenti, tapi Indy merasa diawasi seseorang di dalamnya. Mendengar cerita Reyna barusan, Indy jadi yakin jika orang yang mengancam Iben adalah suruhan Dewangga. Tampaknya Indy aman dan tidak ada yang mengikutinya dari belakang, Indy melajukan mobilnya lebih cepat ke luar dari gerbang perumahan. Sesampai di jalan, mobil Indy terjebak macet, dan sore itu mulai beranjak malam. “Halo, Ben?” “Kamu hubungi Reyna?” “Ya.” “Apa yang terjadi dengan dia, In?” “Ya kamu tau dia kerja di Tamawijaya. Itu aja sih.” “Kira-kira kamu tau siapa yang ancam aku?” “Sudah, Ben. Nggak usah kamu pikirkan, aku juga nggak tau siapa yang ancam. Dan kamu nggak usah menghubungi dia lagi.” Indy langsung menutup ponselnya dan tidak mempedulikan Iben yang kembali menghubunginya berkali-kali. *** Kabar pernikahan Dewangga dan Reyna sudah tersebar di beberapa portal media massa, dan mengundang banyak spekulasi. Calon istri Dewangga bukan berasal dari kalangan atas ataupun sejajar dengan Dewa, tapi latar belakang yang cukup menarik. Reyna adalah anak dari seorang arsitek senior dan cukup terkenal di dalam dunia bisnis, terutama bisnis bidang properti. Juga, Reyna sendiri yang merupakan salah satu lulusan terbaik universitas bertaraf internasional ternama di Jakarta. Pernikahan mereka cukup mengejutkan bagi sebagian orang yang mengenal kehidupan Dewangga, yang mereka tahu sedang menjalin hubungan asmara dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai model kelas internasional. Kabar ini sampai juga ke Iben, yang tidak sengaja membaca berita yang berseliweran di media sosialnya. Dia menggeram kesal, dan akhirnya yakin bahwa orang yang telah mengancamnya adalah suruhan Dewangga. Dia sedikit tahu tentang keluarga Dewangga, penguasa keuangan yang dekat dengan para pejabat pemerintahan dan orang-orang yang memiliki kedudukan politis nusantara. “Aku nggak bisa percaya Reyna bisa menaklukkan Dewangga,” gumam Judith yang juga ikut membaca berita pernikahan Reyna dengan petinggi Tamawijaya. “Dia cantik dan cerdas, Dith.” “Aku tau itu. Tapi rasanya terlalu cepat, karena dia baru saja diterima di sana.” Iben juga bertanya-tanya, karena Reyna masih mengunjunginya setelah wisuda dan masih bermesra-mesraan dengannya. Dia jadi berpikir yang sama dengan Judith, merasa ada yang janggal dengan pernikahan kilat itu. Iben menghela napas panjang, memilih untuk tidak mau memikirkan Reyna lagi, karena mengingat ancaman yang serius terhadapnya. *** Tidak ada kendala apapun yang dihadapi Reyna menjelang pernikahannya dengan Dewangga Tamawijaya. Tidak ada lagi yang mengganggunya, terutama dari mantan kekasihnya, Iben. Reyna juga tidak mau peduli apa yang terjadi atas Iben yang mendapat ancaman dari seseorang supaya tidak menghubunginya lagi. Menurutnya itu bagus, dia memang tidak mau berhubungan dengan laki-laki yang telah mengkhianatinya. Reyna sedang dihias di dalam salah satu kamar di rumah Dewangga. Dia akan pergi ke gedung pernikahan bersama kedua orang tua Dewangga. Untungnya ada Indy yang menguatkan perasaan Reyna, sebagai perwakilan dari keluarga Reyna. “Wah, ini sangat sempurna.” Martha terkagum-kagum melihat Reyna yang sangat cantik. Reyna memakai gaun pengantin miliknya saat menikah dengan Harvey, gaun yang sudah berusia lebih dari tiga dasawarsa. “Kamu sangat pas memakainya. Mama tahu kamu adalah perempuan yang tepat untuk Dewangga. Aduh, Reyna, oh, ini mengingatkan pernikahan Mama dan papamu.” Cepat-cepat Martha menguasai emosinya dan dia mengajak Reyna dan rombongan untuk segera pergi ke gedung pernikahan. Lagi-lagi Harvey yang berada di luar kamar tertegun melihat calon istri anaknya. Dia tertawa bahagia melihat Reyna yang memakai gaun pengantin istrinya. “Lihat, Reyna. Papamu bahagia sekali. Dia pasti juga mengenang pernikahan kami berdua,” bisik Martha sambil menggamit lengan Reyna menuju mobil yang akan mengantar rombongan. “Jangan sedih karena keluargamu tidak hadir,” bisik Martha lagi. “Aku nggak sedih, Mama. Aku bahagia,” ucap Reyna. Dia juga tidak tahu kenapa pernikahan ini malah membuatnya bahagia. *** Reyna tidak bisa mengusir kekagumannya terhadap penampilan Dewangga di hari pernikahan. Pria itu sangat rapi dengan pakaian pernikahannya, tuksedo hitam berdasi kupu-kupu. Wajahnya bersih dari bulu-bulu, dan rambut yang ditata rapi. Yang membuat Reyna terkagum-kagum akan sosok Dewa adalah hidungnya yang mancung dan rapi, pas sekali dengan postur wajahnya. Tapi, Reyna cukup pandai menyembunyikan kekagumannya, dia tetap bersikap biasa dan tersenyum bahagia tepat waktu. Reyna cukup tahu diri karena pernikahan ini hanya berlangsung satu tahun saja. Lagi pula, Reyna juga tidak mencintai Dewa, sebatas mengagumi fisiknya saja. Begitu juga dengan Dewa, sebenarnya dia agak terkejut melihat penampilan luar biasa Reyna. Apalagi dia tahu bahwa gaun yang dipakai Reyna adalah gaun pengantin mamanya di beberapa tahun silam sebelum dirinya lahir ke dunia. Tubuh Reyna sangat sempurna dengan gaun itu, juga riasan wajahnya yang sangat cantik. Lagi-lagi dia mengingat malam panasnya dengan Reyna, dan dia tampak gugup saat mengingatnya. Namun, ketika bayangan Anggi menerpa pikirannya, perasaannya berubah gamang. Dewa dan Reyna sudah duduk berdampingan di depan meja pernikahan. Layar projektor raksasa yang menunjukkan kedua orangtua Reyna yang berada di kota Oxford, Inggris, juga sudah siap. Tampak para tamu yang hadir tegang saat doa-doa mulai dipanjatkan. “Saya terima nikah dan kawinnya Reyna Farihah Abdul dengan mas kawin tersebut tunai.” Dewangga dengan tegas berucap, dan dia menghela lega. Suara sah menggema di dalam gedung, dan semua yang hadir juga menghela, lega. Terutama keduaorangtua Dewangga. Namun, tiba-tiba saja, seorang perempuan cantik mendatangi meja pernikahan dan berseru memanggil nama Dewa, dan Dewa tentu saja sangat mengenal suara itu. “Anggi?” Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD