Arrayan Kecelakaan

1291 Words
Rayan menghidupkan mesin mobil, kemudian ia memundurkan mobilnya untuk mengambil posisi jalan supaya bisa ke luar dari kawasan perumahan elite tersebut. Baru saja beberapa meter ia meninggalkan rumah tersebut, dari depan Rayan melihat sebuah mobil yang sangat ia kenal. Rayan memelankan laju mobil nya dan ketika mereka hampir bersisian, ia membunyikan klakson mobil dan menurunkan kaca jendela. Begitu juga dengan mobil yang sekarang ada di samping mobil Rayan. Pengemudi tersebut juga melakukan hal yang sama. “Apa kabar, Bang?” sapa Rayan sambil tersenyum. Pria yang di panggil Abang tersebut membalas Rayan dengan senyum mengejek. Sepintas ia melihat Mela denga tatapan tidak suka. “Baik,” jawabnya singkat. “Aku mau menemui Mama, tapi ....” “Mama tidak mau bertemu dengan kalian,” Ia memotong ucapan Rayan dengan cepat. “Kami sudah menikah, Bang! Kemaren!” ucap Rayan memberi tahu. “Kalau begitu ... selamat!” ucap pria tersebut sembari menaikkan kaca mobil lalu berlalu begitu saja. Rayan juga melakukan hal yang sama, ia menaikkan kaca mobil, menarik nafasnya lalu membuangnya dengan perlahan baru kemudian menginjak kembali pedal gas untuk meninggalkan kawasan tersebut. “Dia Abangku,” ucap Rayan. “Namanya Reyno,” lanjutnya. Mela mengangguk, Rayan sudah pernah menceritakan kepadanya jika ia punya kakak laki-laki dan mereka hanya dua bersaudara. Dan ini pertama kalinya Mela melihat sosok kakak laki-laki Rayan. Wajah mereka hampir mirip, apalagi di bagian alis mata dan mata. Jika bagian hidung ke bawah di tutupi mungkin akan sulit membedakan mana yang Rayan dan mana yang Reyno. Tapi tatapan Reyno tampak lebih tajam dibandingkan Rayan. Tatapan Rayan terasa lebih lembut dan penuh kasih sayang berbeda dengan Reyno yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, tatapan kebencian, itu yang bisa Mela simpulkan. Lalu wajah Reyno tampak jauh lebih dewasa, rahangnya kuat dan dari penampilannya Mela bisa menilai jika Reyno adalah orang yang keras dan tidak bisa di bantah, entahlah hatinya ... Mela tidak bisa menyimpulkan seperti apa dia sebenarnya karena baru kali ini mereka bertemu itupun hanya beberapa menit saja dan tanpa bicara sepatah katapun dengan Mela. “Dia orang yang baik, aku selalu meminta apapun padanya dan ia tidak pernah menolak.” Lagi ... Rayan membicarakan kebaikan Reyno. Dari nada bicaranya Mela bisa menyimpulkan jika Rayan sedikit kecewa dengan pertemuan mereka tadi. “Ia juga tidak menyukai aku,” gumam Mela. Rayan tersenyum kecil, Mela bisa melihat senyum itu meskipun Rayan tidak menoleh kepadanya. “Dia hanya mematuhi perintah Mama,” bela Rayan. “Aku tau hatinya, kami tumbuh bersama. Dia sayang kepadaku tapi juga sayang pada Mama. Ia lebih sering membela dan menyembunyikan kesalahanku di depan Mama, tapi kali ini ... ia mungkin setuju dengan Mama dan tidak berpihak kepadaku.” Wajah Rayan berubah menjadi sedih, tatapan matanya menjadi sendu. “Maaas.” Tangan Mela terulur untuk mengusap lengan kiri Rayan. “Tidak apa-apa! Aku yakin, suatu hari nanti hati mereka akan terbuka untuk menerima aku. Aku berjanji kepada Mas, aku akan terus berusaha dan tidak akan pernah menyerah untuk mengambil hati mereka. Aku berjanji, Mas tidak akan kehilangan mereka.” Mela mengucapkan kata-kata itu bukan hanya untuk menguatkan Rayan tetapi juga ia tujukan untuk menguatkan dirinya sendiri. Mela juga butuh di semangati biar ia bisa menghadapi kenyataan jika Mama dan kakak Rayan belum bisa menerima kehadirannya. Rayan mengusap kepala Mela dengan tangan kirinya sementara tangan yang satu lagi tetap memegang kemudi, ia menoleh sebentar lalu tersenyum kemudian kembali fokus ke jalanan. Mela menyandarkan kepala pada jok mobil, kepalanya berfikir keras dan hatinya terasa amat sakit jika memikirkan hal itu. Apa kesalahan ku jika aku dilahirkan dari keluarga yang miskin? Tidak bisakah mereka melihat aku seperti Mas Rayan melihat ku? Jika aku bisa memilih, aku juga ingin lahir di keluarga yang berkecukupan seperti mereka. Jika aku bisa memilih, aku juga ingin punya orang tua yang kaya raya sehingga aku tidak harus berjualan menjajakan makanan di usia ku yang masih sangat muda. Aku tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan beasiswa, aku bisa mengandalkan kekayaan orang tua untuk bersekolah dimanapun yang aku suka. Tapi ... memang seperti ini takdir yang tuhan berikan kepadaku. Aku menikmati keberhasilan yang aku dapatkan dari usahaku selama ini. Aku bisa membahagiakan ayah dan aku yakin ... Ibu juga pasti bahagia melihat aku yang sekarang. Tanpa Mela sadari, mata Mela berkaca-kaca. Dengan sekali kerjap, butiran bening itu akan jatuh membasahi pipinya. Rayan melihat dengan sudut matanya, hatinya ikut menangis saat melihat Mela menangis. Bagaimana tidak, perempuan yang telah ia nikahi itu selalu bersikap menguatkan dirinya sementara ia sendiri teramat rapuh. “Mel ....” Rayan memnggil. Mela tersentak dari lamunannya, dengan cepat ia menarik beberapa lembar tissue yang terletak di dashboard dan menghapus pipinya yang basah dengan air mata. “Jangan di tahan, jika kau ingin menangis ... menangislah!” ucap Rayan. Dan benar saja, Mela langsung menangis meluapkan rasa yang tertahan di hatinya, ia menangis segugukan di samping Rayan yang sedang mengemudi. Rayan meringis melihatnya. “Berjanjilah Mas ... berjanjilah jika perasaan Mas tidak akan berubah. Aku juga akan berjanji akan mengambil hati keluarga Mas hingga mereka mau menerima kehadiran ku.” “Mas berjanji! Mas tidak akan me ---“ Duaarrr!!! Tiba-tiba saja mobil yang dikendarai Rayan menghantam sebuah angkutan umum yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Karena tidak fokus dengan jalan yang ada di depannya, Rayan tidak melihat jika ia melalui traffic light bewarna merah. *** Reyno duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya. Beberapa cemilan dan soft drink telah di hidangkan di meja kaca yang letaknya berseberangan dengan sofa yang di duduki Reyno. Kemudian Maya datang menghampiri putera sulungnya itu. “Dia barusan pergi. Mama tidak mengizinkan ia masuk ke rumah ini membawa perempuan itu!” cetus Maya. Reyno melirik sekilas ke arah Maya, lalu ia kembali fokus ke ponselnya menggeser-geser layar ponsel melihat laman berita yang ia akses melalui web. “Perempuan itu cantik, pantas saja ia mau meninggalkan kita demi dia,” ujar Reyno datar. “Banyak perempuan yang lebih cantik dari dia yang berasal dari keluarga terpandang. Kenapa harus memilih gadis miskin itu?” Rayan mengedik, ia memilih tidak peduli dengan ucapan Maya. Laman berita yang ia baca lebih menarik dari ocehan Maya tentang perempuan yang di nikahi Rayan. Sebenarnya Reyno tidak terlalu peduli dengan kisah cinta adiknya itu, ia hanya menyayangkan sikap Rayan yang pergi dari rumah dan lebih memilih menikahi gadis yang tidak jelas bibit, bobot dan bebet atau apapaun istilah lainnya. Reyno menyanyangkan Rayan yang tidak bisa bermain cantik di belakang Maya, seperti yang sering ia lakukan selama ini bersama wanita-wanita yang ia suka. Reyno menganggap adiknya belum dewasa dalam hal percintaan, Rayan masih terlalu lugu untuk hal itu. Dan Reyno yakin ... Rayan akan kembali kepada mereka dan akan meninggalkan gadis itu setelah ia bosan. Ponsel yang ada di tangan Reyno berdering. Satu panggilan masuk dari nomor yang tidak ia kenal menghubunginya. Reyno mengernyit, nomor ini adalah nomor privacy yang tidak sembarangan orang yang bisa mengetahuinya. Bahkan wanita-wanita yang sering ia kencani tidak tahu dengan nomor ini. Reyno menggeser tombol merah pertanda ia tidak mau menanggapai orang iseng yang asal-asal pencet nomor dan terhubung ke ponselnya. Dalam hitungan detik, nomor yang sama kembali menghubungi. “Halo.” Dengan gusar Reyno menjawab panggilan tersebut. “Ya, benar!” lanjutnya lagi. Reyno memperbaiki posisi duduknya yang tadi santai sambil bersandar di sofa menjadi duduk tegak dan sedikit tegang. Wajah Reyno berubah menjadi pucat, sikap Reyno tersebut tidak lepas dari pandangan Maya yang ada di depannya. Reyno menutup ponsel dengan gerakan yang sangat lambat, ia menatap Maya dengan pandangan yang tidak seperti biasanya. “Ada apa? Siapa yang menelepon?” tanya Maya curiga. “Ma ... Ra-rayan,” ujar Reyno gagap. “Kenapa dia?” Maya sedikit emosi ketika mendengar nama Rayan di sebut. “Rayan kecelakaan ... aku akan ke rumah sakit sekarang. Mama mau ikut?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD