Seminggu sudah aku hidup di rumah mertuaku. Sudah seminggu juga aku dan Kak Erlan, yap aku terpaksa memanggilnya itu, menghabiskan banyak waktu bersama. Kami makan bersama. Kami menonton TV bersama. Bahkan, tidur juga bersama. 1 kamar yang sama maksudnya. Bukan 1 ranjang yang sama. Karena apalagi kalau bukan karena belum siapnya kami untuk saling mendekat. Cinta kan butuh proses, tak secepat itu. Apalagi sejak awal aku tak berani menggoda atau mendekati hati Kak Erlan. "Kak, harus ya kamu anterin aku belanja kebutuhan bulananku?" tanyaku kikuk saat Kak Erlan memasukkan beberapa kotak pembalut ke troli belanjaan yang kudorong. "Emangnya kenapa?" tanyanya cuek seolah tak tahu kalau aku malu luar biasa. Kok bisa-bisanya dia mengurusi kebutuhan pribadi macam pembalut. Hello, luw