Ben *** “Gue ikut baksos. Tolong book tiketnya.” Rudi yang berdiri di hadapan Ben memelotot, tak percaya. “Lo serius?” Pandangan Ben yang awalnya tertuju pada layar laptop, kini beralih pada Rudi. Kedua lengan Ben dia lipat di depan dadanya. “Kapan gue pernah nggak serius soal kerjaan?” Mata Rudi kini menyipit. “Gue nggak ragu soal keseriusan lo. Tapi kenapa gue merasa ada sesuatu yang terselubung dari maksud lo berangkat ke Kalimantan? Lo mati-matian ngotot nggak mau ikut ke sana. Sekarang, tiba-tiba aja lo minta gue book tiket. Lo lagi lari ya?” Ben tak menjawab. Tetapi pandangan matanya bergerak tak menentu. “Lo sadar kan Nandita bakal ikut ke sana? Lo mau cari masalah?” cecar Rudi lagi. Kalau paru-parunya cukup, mungkin Ben sudah menghirup seluruh oksigen yang ada di dalam ru