Bab 19 Hari yang Harmonis

1077 Words
Angel terbangun dengan rasa pegal yang hampir sama setiap harinya, tapi kali ini disertai dengan rasa perih di bagian bawah tubuhnya juga rasa sakit di tenggorokan. Angel tidak tahu berapa lama mereka melakukannya, tapi saat ini matahari yang membias dari balik tirai mulai berwarna orange. "Bangun?" Suara berat terdengar dari sumber panas dari tubuh yang sedang Angel tindih, disertai getaran pelan di atas d**a tempat Angel bersandar. "Hn." Angel berkedip, terlalu malas dan lelah untuk bergerak. "Kalau begitu, bisakah kau bangun? Tulang rusukku rasa sakit karena tertindih terlalu lama olehmu." Saat ini mereka sedang berbaring di sofa, dengan tubuh tinggi Kriss yang memenuhi satu sofa panjang itu dan Angel yang berbaring tengkurap di atasnya. Angel akhirnya bergerak, tapi alih-alih bangun, dia hanya menggerakkan tangannya dan mencubit pinggang Kriss. Jawabannya jelas, dia tidak mau bangun. "Oww, oke, tidak usah bangun." Kriss meraih tangan yang menarik sejumlah kecil daging di pinggangnya dan memindahkannya, kemudian bertanya, "Kau ... Tidak mau mandi?" "Mau, tapi aku tidak mau bangun." Angel menguap, hanya bergerak sedikit dan menyamankan posisinya kembali, seperti kucing pemalas. Kriss tertawa pelan hingga dadanya bergetar, jika saja tidak takut membuat Angel marah lagi, dia benar-benar ingin mencomooh dan menanyakan ke mana perginya wanita yang tidak tahan dengan bau keringat di tubuhnya itu? "Kalau begitu, biar aku yang bergerak." Kriss melingkari pinggang Angel dengan satu lengannya dan bangkit. Mengubah posisi wanita itu agar duduk melintang di pangkuannya sebelum mengangkatnya ala bridal style ke lantai dua, masuk ke kamar kemudian ke kamar mandi. Kriss terlebih dahulu menyalakan keran air hangat, menunggu hingga baknya hampir penuh sebelum memasukkan beberapa minyak aromaterapi dan sabun, kemudian masuk ke dalam bak bersama Angel. Angel mendesah pelan karena rasa nyaman dan menyandarkan dagu ke pinggiran bak, tapi ketika dia bergerak, dia mematung begitu merasakan ada benda yang sedikit bersemangat ketika menyentuh punggungnya. Angel langsung berbalik dan menatap tajam pada Kriss yang duduk di belakangnya. "Jika kau berani melakukannya lagi, lihat bagaimana aku membuatmu impoten," desisannya. Kriss tersenyum miring tapi sebenarnya sedikit malu. "Kalau adik kecilku tidak bisa bangun, selama satu setengah tahun, bukankah kau akan rugi?" Angel langsung melempar air ke wajah pria itu dan mendengus dengan kesal, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya menjauhkan diri beberapa senti dari pria itu. "Mesum." Kriss menarik gadis itu kembali agar lebih dekat dengannya dan memeluk pinggangnya. "Aku akan memastikan semua data di ponselmu kembali utuh." "Memangnya kau bisa?" tanya Angel. "Kau meremehkanku?" Dan Angel tidak menyahut, yang artinya dia memang berpikiran seperti itu atau memang hanya ingin membuat Kriss kesal. "Angel, apa kau tidak pernah mencari tahu apa pekerjaanku sekarang?" "CEO, perusahaan Gim Blue Word," jawab Angel. "Jadi kau tau?" Angel menggumam. "Tapi kau cuman CEO, bukan programmer." "Siapa bilang?" Kriss mengangkat dagu bangga. "Setengah dari produk perusahaanku, dikembangkan olehku." Angel berbalik, mematai wajah Kriss seolah mencari kebohongan tapi tiba-tiba mendengus. "Sayang sekali bawahan yang bekerja padamu." Kemudian membuang muka lagi. Meski begitu, Kriss masih bisa melihat senyum mengejek di wajah gadis itu, yang semakin lebar ketika dia mengalihkan wajah. Kriss menyipitkan mata. "Jadi kau benar-benar meremehkannku ya? Kita lihat apakah kau masih bisa melakukannya lagi nanti." Angel merasakan bahaya dan hendak beranjak, tapi sudah terlambat, kedua tangan Kriss sudah melingkar erat di perutnya. Akhirnya, kegiatan mandi mereka berubah ke kegiatan yang lebih intim lagi. Beberapa saat kemudian, Angel berbaring miring di tempat tidur, masih memakai bathrobe yang terikat longgar, memperlihatkan banyak kissmark di leher dan d**a gadis itu yang tampak segar. "Kau benar-benar bisa melakukannya?" Angel menopang dagu, menatap komputer dengan angka-angka yang tidak dia mengerti dari balik bahu Kriss. Kriss yang tengah sibuk langsung menoleh dengan tatapan menyipit. "Kau meremehkanku?" "Tidak, kau sepertinya memang sangat hebat." Angel langsung mengangkat jempolnya. Tidak mau memprovokasi orang lagi dan menyiksa diri sendiri. "Sepertinya?" "Tidak, bukan sepertinya, tapi memang hebat." Angel tersenyum lebar dan mendekat untuk memeluk leher Kriss. "Lanjutkan pekerjaanmu, lihatlah angka-angka itu, aku bahkan tidak bisa mengerti apa maksudnya." Kriss mendengus dengan wajah bangga dan kembali mengerjakan pekerjaannya yang tertunda. Dan sesuai ucapan, Kriss benar-benar berhasil membackup semua data di ponsel Angel dan menyimpannya di laptop untuk sementara waktu hingga gadis itu mendapatkan ponsel baru. "Besok aku akan mengantarmu untuk membeli ponsel baru." "Oke." Angel berguling dengan malas, menatap langit-langit kamarnya dengan bosan. "Rasanya semua badanku sakit, aku tidak mau bergerak kemana-mana," gumamnya pelan, tapi masih bisa didengar oleh orang di sebelahnya. Kriss menutup laptopnya. "Kalau begitu, malam ini aku akan memasak." Angel melirik dengan ruat ragu. "Tidak, badanku sudah pegal, aku tidak mau keracunan juga." "Kau tidak percaya?" Kriss bangkit dan berkacak pinggang. "Sebenarnya aku ini cukup ahli memasak." Jadi, beberapa saat kemudian, Angel yang biasanya sibuk di dapur duduk di ruang tamu sambil menonton, sedangkan Kriss menggantikannya di dapur. Tapi sesekali, Angel akan terus mencuri pandang dengan cemas ke dapur. "Kriss?" "Apa?" "Jangan meledakkan dapur, aku masih muda, karirku juga sedang menanjak." "Diam!" Angeli tertawa. Dari suara Kriss dia bisa mendengar kegelisahan, jadi dia yakin apapun yang sedang pria itu masak sama sekali tidak sukses. Benar saja, tak lama kemudian Angel mencium bau gosong yang menyengat, sedangkan suara tertekan Kriss terdengar memanggilnya tak lama kemudian. Angel menahan tawa yang hampir keluar dari bibirnya dan beranjak ke dapur. Tapi pemandangan yang menyambutnya di sana berhasi memudarkan senyum dan memblokir kata-kata sarkastik yang ingin dia lontarkan untuk mengganggu Kriss. Asap gelap membumbung tinggi hingga ke langit-langit, sedangkan sosok tinggi Kriss hanya terlihat samar diantaranya. "Sebenarnya kau memasak atau sedang membuat ramuan beracun?" Kriss terbantuk keras. "An-angel, aku tidak bisa bernapas." Dia keluar dari lingkaran asap dengan wajah abu-abu yang terlihat sangat lucu, jadi Angel yang sudah hampir meledak karena marah tidak bisa menahan tawa. "Tertawa? Kau masih bisa tertawa?" Kriss mengeluh dan mendekat dengan kesal. Angel menghindar dengan cepat, menarik napas dan menutup mulut juga hidungnya, membuka lubang ventilasi kemudian kembali untuk membawa pria yang mula merajuk ke kamar mandi. Sepanjang perjalanan, Angel tidak henti-hentinya terbantuk untuk menahan tawa, sedang pria yang sedang berjalan denger wajah masam di belakangnya sudah hampir meneteskan air asam dari matanya. Angel membawa pria itu ke depan wastafel. "Cuci wajahmu, kau sudah seperti hantu korban kebakaran." Tapi Kriss sama sekali tidak bergerak, hanya terus menatapnya dengan bibir melengkung ke bawah. Jadi mau tak mau, karena kasihan juga tak tahan, Angel masih harus membujuknya, mengambil handuk bersih dari lemari, membasahinya sebelum menggosoknya dengan lembut ke wajah Kriss. Angel benar-benar tidak menyangka, pernikahan yang awalnya dia pikir bisa membawa masalah untuknya kini membuatnya tertawa lebih banyak dari hari-hari yang dia pikir sangat damai selama ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD