Dasar Pria Sinting

728 Words
"Jadi seperti inikah bentukan jurnalis jaman sekarang? Menulis omong kosong dan menganggap sesuatu yang sudah mengusik hidup orang lainnya seperti sebuah lelucon tanpa merasa bersalah sedikitpun?" Telunjuk itu menyentuh daguku saat aku mengalihkan pandanganku darinya, membuatku terpaksa mendongak menatapnya yang melihatku dengan kebencian. Dari jarak sedekat ini aku bisa melihat bagaimana bibir tipis itu bergerak mengeluarkan suara lirih namun sukses mengoyak hatiku dengan hinaannya. " Wajahmu sama sampahnya seperti tulisan yang sudah kamu buat untuk mengusik Rinjani." Sampah?! Selancang itukah mulut-mulut orang angkuh saat berbicara? Tidak terima dengan hinaan yang diberikan oleh pria yang aku ketahui berpangkat Iptu ini, kutepis kuat-kuat tangannya yang menunjuk daguku sebelum akhirnya aku layangkan sebuah tamparan keras ke pipinya. Begitu keras dengan seluruh tenaga yang aku miliki bercampur dengan kemarahan yang meledak. Setelah Rinjani yang mengoyak harga diriku, pria yang tidak lain adalah tunangannya ini juga melakukan hal sama. Mungkin karena sama-sama busuk hingga akhirnya mereka berjodoh. Saat satunya salah, bukannya diperingatkan malah ditutup-tutupi. Sebercanda inikah dunia yang digunakan oleh orang-orang? "Sampah Anda bilang? Tolong berkacalah sebelum berbicara Tuan Sultan agar Anda bisa melihat siapa yang sampah sebenarnya! Apa yang saya tulis adalah fakta yang sebenarnya! Anda...." Kutunjuk balik dadanya dengan telunjukku, bahkan aku berharap jika telunjukku ini bisa menembus menancap ke dalam jantungnya. Rasa benakku kepadanya sama besarnya seperti yang aku rasakan kepada Rinjani Prabumi, orang-orang sok berkuasa yang menggunakan segalanya untuk mengusik orang lain. "...... adalah pria terbodoh yang pernah saya temui. Seharusnya Anda berterimakasih kepada saya karena sudah menunjukkan rahasia busuk calon istri Anda, saya menyelamatkan Anda dari seornag pengkhianat, bukannya berterimakasih Anda justru menghina saya? Apa Anda tidak waras? Secinta itu Anda pada wanita Anda hingga rela menjadi manusia buta yang tidak bisa melihat kenyataan jika dia memang bersama pria lain disaat statusnya adalah tunangan Anda!" Seluruh tubuhku gemetar karena amarah, tanpa memikirkan etika dan cara berbicara yang benar aku mengeluarkan semua kekesalanku padanya, untuk sejenak pria dihadapanku terdiam, sepertinya dia tidak menyangka aku yang awalnya sempat menciut ketakutan kini justru balas membentaknya, namun keterkejutan itu hanya sekejap karena detik berikutnya seringai mengerikan itu kembali menghiasi bibirnya, dan itu berkali-kali mengerikan dari yang aku lihat sebelumnya. "Rupanya selain pandai mengarang cerita, sampah sepertimu juga tidak malu. Awalnya saya akan mempertimbangkan permintaan maafmu jika kamu mau melakukannya, sayang sekali, melihat sikapmu yang tidak berpendidikan dan tidak beradab ini membuat saya merasa jika kata maaf saja tidak akan cukup untuk membayar sikap kurang ajarmu ini." Pandai mengarang cerita dia bilang? Astaga, aku benar-benar tidak paham dengan apa yang ada di dalam kepala Polisi satu ini, aku kira sebagai seornag polisi pria ini adalah pria pintar yang sekali dikasih tahu langsung paham, lah ini? Aku sangat menyadari jika pria macam ini tidak akan mah menerima apapun yang aku katakan, karena tujuannya datang kesini memang untuk mengintimidasiku atas apa yang aku lakukan kepada Rinjani Prabumi. Hebat sekali ya Rinjani Prabumi ini, entah seistimewa apa dirinya hingga orang-orang begitu membela dan melindunginya sampai seperti ini. Menghadapinya hanya menghabiskan waktuku. Dengan perasaan jengkel, kesal, dan lelah aku berbalik berniat pergi dari pria bernama Gala Mangkualam ini, "Silahkan lakukan apapun yang ingin Anda lakukan, jika memang apa yang saya tulis tidak benar silahkan tuntut saja atau laporkan sesuai cara yang benar tidak perlu mengintimidasi seperti ini, terserah ap yang akan kalian lakukan, saya akan menghadapinya. Saya sama sekali tidak peduli karena apa yang saya lakukan hanyalah mengembalikan apa yang tunangan Anda lakukan kepada saya. Dia menghina saya, maka dia harus mendapatkan cacian yang sepadan." Puas sekali aku bisa mengatakannya, senyuman kecilku terbit di bibirku mewakili betapa aku lega bisa mengatakan semua hal ini, namun seolah tidak mendengar apa yang aku katakan barusan, pria menyebalkan yang bodohnya nggak ketulungan ini justru mencekal tanganku membuatku terpaksa menghentikan langkah, serta menatapnya penuh dengan kebencian atas apa yang dia lakukan ini. "Untuk terakhir kalinya, meminta maaflah!" Aku menelan ludah kelu, tidak, aku tidak mau meminta maaf, tidak peduli seberapa mengerikannya pandangan matanya sekarang yang penuh tekad untuk membunuhku, aku memaksa diriku untuk menjawab dengan tenang. "dia yang harus meminta maaf. Bukan saya!" "Good!!!" Seringai itu muncul kembali di wajahnya, membuat bulu kudukku meremang, entah apa maksud dari senyumannya tapi aku merasa itu bukan sesuatu yang baik. Senyuman itu benar-benar mengerikan. Hanya dari senyumannya saja aku merasa bulu kudukku meremang."Anda baru saja membuat kesalahan besar, Nona Serena. Seharusnya Anda meminta maaf saat saya masih memberikan kesempatan." Apa maksudnya? Dasar Pria Sinting!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD