“RE …! Rhea …! kamu mau ke mana?” pekik Andri dari dalam mobil. Rere tidak menjawab dia malah mempercepat langkah kakinya. Rere terus mendumel karena merasa kesal. Sementara Andri kini juga turun dari mobil dan bermaksud mengejar Rere. Tapi kemudian rentetan suara klakson di belakangnya membuat Andri kembali masuk ke mobil. Ia terpaksa bergerak dan kemudian melaju pergi. Raut wajah Andri kini sepenuhnya berubah. Ia menginjak pedal gasnya lebih kuat sambil menarik ikatan dasi di lehernya. Sorot mata lelaki itu berubah tajam seiring dengan rahangnya yang menegas. Suara embusan napas gusar itu juga terdengar sangat jelas. Tangannya terlihat meremas setir lebih kuat hingga urat-urat dibalik kulitnya itu terlihat jelas. Andri kini merasa marah. Selama ini Rere seakan selalu memandang rendah