“Aku bisa pulang sendiri, kok,” ucap Rere. Raka tetap keluar dari rumahnya dan menutup pintu itu. “Aku sekalian pengen nyari angin sebentar.” “Cih, lagian deket. Lebay amat,” sergah Rere. Raka hanya tersenyum dan berjalan beriringan dengan Rere. Langkah mereka berdua sangat lambat. Seakan mereka memang sengaja agar bisa bersama lebih lama. Keduanya mulai berbelok masuk ke pekarangan rumah Rere. Sangat lucu memang, mengingat mereka hanya bertetangga. Kalaupun ingin memastikan Rere pulang dengan selamat, Raka bisa memantau hanya dari teras rumahnya saja. “K-kamu ke mana aja akhir-akhir ini?” tanya Rere memecah keheningan. “Kenapa? Kamu kangen, ya?” Raka menatap usil. Rere langsung meleyotkan wajah. “Idih … pede amat. Nggak lah! Kangen apaan coba. Justru hidup aku terasa senang dan dama