Our Promise

1018 Words
  Aku terdiam mendengar ucapan yang Sean katakan barusan. Memberi kesempatan kepadanya sama aja dengan membuka hatiku yang sudah aku tutup dan tidak mungkin lagi aku membukannya. Aku benci yang namanya jatuh cinta. Jika kalian fikir aku tidak pernah jatuh cinta, kalian salah besar, aku pernah jatuh cinta. Aku pernah merasakannya. Merasakan tersenyum bersama orang yang kita cintai, berbagi cerita dengannya, melewati hari hari yang indah bersama. Tetapi apa yang terjadi setelahnya? Akan ada hati yang terluka. Terluka karena semua janji janji yang dia ucapkan. Semua cerita dan perkataan manisnya hanyalah omong kosong belaka. "Sean... kadang kesempatan pulahlah yang akan membuat kita terluka. Kesempatan itu pula lah yang akan memberi luka terdalam." "Gue tau itu. Tetapi lo gak akan tau sebelum lo mencoba kan Al? Cobalah Al, coba untuk membuka hati lo untuk seseorang yang baru." "Untuk apa aku membukannya? Untuk terluka yang kedua kalinya?" "Tapi lo yang bilang harus ada kesempatan untuk memulainya dari awal." "Lo benar  tapi tidak semua perempuan mau melakukan hal itu. Termasuk gue . Gue enggak mau terluka untuk yeng kedua kalinya." --- Setelah membeli beberapa buku untuk adiknya, aku dan Sean pun masuk ke salah satu tempat makanan. "Lo mau makan apa Al?" "Kentang goreng sama lemon tea aja An." "Lo lagi diet? Udah kurus gitu kok." "Apaan sih Sean..  gue  tuh bukan kurus tapi langsing. Bukannya cowok suka cewek yang langsing ya?" "Enggak semua cowok kali Al." "Iya deh iya. Nanti gue makan yang banyak ya,  biar gue gendut." "Bagus deh kalau gitu". Aku cemberut atas apa yang dia katakan. Kurus? Helow aku nih langsing kali bukan kurus. Sean pun memanggil salah satu pelayan dan memberi tahu pesanan kami. Setelah pelayan tersebut pergi Sean pun menatapku. "Apaan sih!  natap gue kayak gitu. Risih tau gak." "Al.. emangnya enggak ada kesempatan ya buat Gue masuk ke hati lo?" "Gue enggak bisa jawab. Bohong kalau gue jawab gue bisa, tapi nyatanya gue belum bisa membuka hati gue  untuk siapapun An." "Mencoba Al. Apa salahnya?" "Gue takut An. Lo enggak akan ngerti." "Al gue janji enggak akan ngelukain lo. Gue enggak akan membuat lo sakit untuk yang kedua kalinya Al." "Bahkan Gue sering mendengar janji itu An. Gue enggak butuh janji An." Dia hanya terdiam mendengar apa yang aku bicarakan. Setelah aku mengatakan hal tersebut aku dan Sean hanya diam satu sama lain dan menunggu pesanan kami datang. ---- "Al lo tau gak? semalam gue sama Kevin canggung banget sumpah. Dia itu diem aja kayak patung enggak ngomong apa- apa kan gue jadi aneh banget. Terus pas gue tuh dah sampe di rumah, gue ngucapin terimakasih kan ya, dia cuman ngangguk itupun sekali. Oh my god gue gak percaya." Ucap Gita yang langsung duduk diantara aku dan Fira. "Udahlah Git cowok kayak gitu tuh gak pantes lo perjuangin. Dia aja enggak ngangep lo ada. Jadi ngapin lo berharap sama dia." Fira memang dari dulu tidak suka jika Gita dekat dengan Kevin katanya sih cowok yang sok cool gitu gak pantes untuk didekatin. Masa cewek terus yang berjuang cowok tuh juga harus berjuang. Itu lah pemikiran dari seorang Indry Safira. "Kadang yang diomongin oleh Fira ada benarnya juga sih Git. Dia aja enggak ngangep lo ada mana mungin lo bisa deketin dia." Setelah mengatakan itu Gita menatapku dengan wajah yang cemberut. Sedangkan Fira menganggukan kepalanya dengan antusias. "Kalian apaan sih bukannya dukung sahabatnya malah ngejatuhin sahabatnya sendiri. Gue tuh butuh solusi tau." "Dengar ya Brigita Sagita...  untuk apa lo lihat-lihat foto dia, mandang dia dari jauh, berusaha supaya dia merhatin lo, tapi dia sama sekali enggak ngangep lo ada. Untuk apa coba? Itu sama aja bikin lo sakit hati Git. So, gue mohon sama lo forget him. Banyak orang diluar sana yang lebih-lebih dari seorang Kevin Git." Ucapan Fira itu sangat menusuk hatiku. Fira benar, banyak yang lebih dari dia. "Dan satu hal lagi, dengerin gue baik-baik ya Git dan lo, Al lebih baik dicintai dari pada mencintai. Paham kalian?! Udah lah gue balik ke kelas duluan kalian renungin aja apa yang barusan gue omongin." Lebih baik dicintai daripada mencintai itu benar. Karena mencintai itu sangat menyakitkan. "Al gue ngerasa Fira ada benarnya juga deh. Lebih baik dicintai daripada mencintai. Oke kalau gitu gue akan berusaha untuk move on dari Kevin. Dan lo, Al juga harus move on dari dia. Lihat Sean itu baik banget sama lo.  Menurut gue lebih baik lo sama Sean aja dari pada sama dia yang udah ninggalin lo Al. Tapi semua keputusan ada pada lo Al." Gita benar semua keputusan ada padaku. Aku yang memutuskan segalanya. Sean apa aku terlalu jahat sama dia. ---- Aku berdiri di samping dinding kelas XII Ipa 2 kelas diamana ada seseorang yang sedang ku tunggu beberapa menit ini. Siapa lagi kalau bukan Sean ya aku menunggu dia dari 3 menit yang lalu padahal jam pelajaran telah selesai dari 5 menit yang lalu. "Selamat siang Pak" suara berisik itu menyadarkanku bahwan kelas mereka telah selesai. "Loh Alira ngapain berdiri di situ. Nungguin siapa kamu?" Tanya pak Liza guru favoritku yang baru keluar dari kelas. "Ah anu pak lagi.. lagi merhatiin kaca jendelanya pak. Kayaknya perlu di lap deh pak ada debunya soalnya. Baru ini pak cat dindingnya pak tercoret." Aku langsung memegang dinding yang bercat hijau itu. "Alah alasan bilang aja mau ketemu sama Sean. Tenang Bapak dah tau kali soalnya dikelas dari tadi ceritaiin gosip kamu sama Sean udah trending cerita kalian berdua." "Hehe" tertawa canggung mendengar perkataan pak Liza. "Kids jaman now memang ya aneh. Udahlah Bapak duluan ya Alira capek saya mikirin kalian. Bagusan saya mikirin istri lagi marah dirumah. Udahlah bye." pak Liza pun pergi meninggalkanku. Memang ya teacher jaman now pikirku sambil tersenyum. Tidak beberapa lama kemudian Sean and the genk keluar dari kelasnya. "Eh ada neng Alira di sini. Nyarik siapa neng?" Rafly tersenyum jahil kepadaku. "Alah Fly kayak gak tau aja lo. Ya nyarik Sean lah. Yakan Al?" balas Tama dan menepuk bahu Sean. "Ayok Al." Sean menepis tangan Tama dari bahunya dan menarikku pergi. "Sean! lo jangan ngajak Alira ke tempat yang sepi. Ingat dosaa." Aku masih bisa mendengar terikan dari Rafly. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. ---- Ternyata Sean membawaku ketaman belakang sekolah. Taman dimana dia menyatakan perasaanya kepadaku beberapa hari yang lalu. "Mau ngomong apa Al?" Sean membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Mm.. gini tawaran lo beberapa hari yang lalu dan tempatnya tepat disini itu  masih berlaku untuk gue ?" Aku mengucapkannya.  Sebenarnya sedikit ragu. Tapi ini yang harus aku lakukan. Karena lebih baik dicintai daripada mencintai. -----
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD