Bab 15. Tingkah Aneh Elfan

1081 Words
Elfan melihat ke arah layar laptopnya sudah sejak dua jam yang lalu. Meski sudah dari tadi ia terus menatap layar, tapi sebenarnya pikirannya tidak pada pekerjaannya. Dari tadi, Elfan terus saja tersenyum-senyum sendiri sembari terus melihat laptopnya. Tentu saja ia teringat akan kejadian bersama Mutiara tadi. Bagi Elfan, Mutiara memang hanya gadis kecil yang sangat polos. Membuat Elfan tidak bisa berhenti memikirkannya. Sedangkan dari tadi, Samuel juga ada satu ruangan dengannya. Masalahnya, Elfan tidak tahu kalau dari tadi, Sam terus saja memperhatikannya. Sam bingung sendiri melihat Elfan. "Tuan Elfan akhir-akhir aneh sekali? Kadang dia melamun sendiri. Kadang terlihat berpikir keras, tapi bukan soal pekerjaan. Dan sekarang malah tersenyum-senyum sendiri seperti itu? Apa yang sedang dipikirkannya?" gumam Samuel dalam hati terus melihat atasannya itu. "Hahaha ...!" Mendadak Elfan tertawa terbahak sendiri, membuat Sam terkejut dibuatnya. "Haaah ...?!" Samuel semakin tercengang melihatnya. Akhir-akhir ini, Elfan memang bersikap sangat aneh. Tapi, melihat Elfan tertawa terbahak sendiri itu, membuat Samuel ketakutan. Elfan tertawa karena teringat ekspresi Mutiara yang sangat kesal tadi pagi. Ketika melihat Mutiara yang marah-marah tidak jelas itu, justru membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Ia tidak bisa membayangkan betapa imutnya wajah Mutiara waktu itu. "Dasar, bocah!" gumam Elfan berbunyi sendiri. "Tuan?" Tiba-tiba saja suara Samuel sedang memanggil Elfan di dekatnya. Elfan pun tersentak kaget. Ia sampai tidak menyadari Samuel yang berjalan mendekat ke arahnya. Elfan yang dari tadi tidak fokus bekerja itu, segera merubah ekspresinya menjadi serius. Ia juga segera menegakkan badannya. Elfan lalu berdehem beberapa kali untuk menyembunyikan rasa salah tingkahnya. "Ada apa?" tanya Elfan yang langsung berubah serius. "Hari Rabu ada rapat dengan beberapa kolega asing, Tuan." "Rabu? Baiklah!" "Hari Rabu bertepatan dengan hari perayaan pesta MF Group, Tuan," ujar Sam. Elfan terdiam berpikir sejenak. Benar juga. Ia bahkan baru ingat kalau hari Rabu adalah lusa. "Lusa ada pesta perayaan ulang tahun perusahaan. Kamu datanglah bersama Elfan." Mendadak, Elfan teringat kalimat kakeknya pada Mutiara pagi ini. Membuat Elfan kembali berpikir. Kalau Elfan mengikuti rapat, maka ia akan datang telat pada pesta nanti. Elfan kemudian kembali melihat ke arah Sam. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan?" ujar Elfan sembari meminum minumannya yang ada di meja kerjanya. "Baik, Tuan. Saya akan mengatakan jadwal rapat Anda pada Tuan besar. Sehingga Tuan besar bisa memberi izin pada Anda supaya mengikuti rapat," ujar Sam. Mendengar hal itu, Elfan langsung tersedak dan batuk-batuk sendiri. Samuel pun heran melihatnya. Ia menautkan alis melihat Elfan yang mendadak tersedak itu. "Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya Sam. "Ya! Aku tidak apa-apa," jawab Elfan setengah salah tingkah. "Kira-kira, jam berapa rapatnya?" "Rapat hanya berkisar dua jam bertepatan dengan jam pesta dimulai, Tuan. Kalau anda mengikuti rapat, Anda hanya akan telat selama dua jam di awal pesta. Jadi—" "Ikutilah rapat itu untuk mewakiliku!" potong Elfan tiba-tiba. Membuat Sam berhenti berbicara. "Tuan yakin? Biasanya Tuan tidak pernah melewatkan rapat dari kolega asing. Saya rasa, Tuan besar juga akan bisa menerima alasannya?" tanya Sam yang bingung. Elfan kembali berdehem salah tingkah dan menegakkan punggungnya. "Kau tahu, kan? Setiap tahun aku selalu datang telat. Sekarang aku tidak ingin membuat kakek marah. Jadi, aku putuskan untuk ikut pesta tepat waktu saja," jawab Elfan. Samuel masih terdiam. Ia tidak segera menanggapi kalimat Elfan itu. Ia bingung karena Elfan semakin lama semakin aneh saja. Elfan sadar kalau Sam sedang melihatnya dengan ekspresi tanya itu. Sebenarnya Elfan sudah disuruh sang kakek untuk mengantar Mutiara ke salon dan butik dulu sebelum pesta dimulai. Kalau Elfan mengikuti rapat, ia akan kehilangan kesempatan mengantar istrinya itu. Tentu saja alasan itu yang berusaha ia tutupi di depan Sam. "Baiklah! Sudah diputuskan! Kau yang akan menggantikanku ke rapat itu!" ujar Elfan yang kemudian berdiri dan segera berjalan menjauhi meja kerjanya. Elfan lalu berjalan menuju keluar ruangan. Meninggalkan Sam begitu saja. Sedangkan Sam, masih berdiri di tempatnya dan memperhatikan Elfan dengan tatapan herannya. "Tingkah Tun Elfan benar-benar lama-lama semakin aneh," gumam Sam berbicara sendiri. *** "Fan?" Suara Kevin terdengar menyapa Elfan di dalam ruangan kantornya. Elfan yang sedang memeriksa laporan itu mengangkat kepala dan melihatnya. Kevin baru saja masuk dan berjalan mendekat ke arah Elfan. "Vin? Kau datang?" Elfan balik menyapa dan meninggalkan laporannya sejenak. "Aku membawakanmu tester dari restoranku," kata Kevin sembari membawa satu wadah kecil ke arah Elfan. Elfan tersenyum melihatnya. "Apa ini? Kau mau mempromosikan produkmu di perusahaanku?" tanya Elfan bercanda. Kevin pun hanya tersenyum menanggapinya. Elfan yang berjalan mendekati Kevin itu sudah sampai di sampingnya. Kevin kemudian membuka penutup wadah kecil yang dibawanya. Ada potongan ayam kecil berlumur bumbu di dalamnya. Mereka berdua sama-sama mengambil satu potong kecil untuk mencicipinya. "Bagaimana?" tanya Kevin setelah mereka sama-sama sudah mengunyah. "Enak! Resepmu memang tidak pernah salah!" "Jadi apa kau mau kalau aku membuatkannya di pesta ulang tahun perusahaanmu nanti?" "Kau serius?!" "Tentu saja!" "Terima kasih. Kau pasti akan dapat ribuan pujian dari kakek setelah ini," ujar Elfan lagi. Kevin hanya tersenyum mendengarnya. "Oh iya! Malam ini datanglah untuk makan malam bersama di rumah Kakek. Kakek mengundangmu, kan?" kata Elfan lagi. "Sayang sekali. Aku ada urusan lain malam ini. Katakan pada kakek mungkin lain kali aku akan datang." "Baiklah. Kalau begitu, kau jangan sampai telat datang ke acara pesta ulang tahun perusahaanku nanti, ya! Karena tahun kemarin kau datang telat!" "Maafkan aku. Kau tahu sendiri waktu itu kakekku sedang sakit, kan?" kata Kevin. Elfan pun mengangguk pelan satu kali. "Aku masih turut berduka atas meninggalnya kakekmu, Vin," ujar Elfan dengan raut kesedihan. Kevin pun tersenyum getir. "Bagiku, rasanya kakek masih saja hidup." "Sudahlah! Aku yakin kakekmu sudah tenang di sana. Kau tahu, kan? Kakekku adalah kakekmu juga. Kita ini saudara, meski bukan saudara kandung!" ujar Elfan menepuk pundak Kevin. Kevin pun kembali tersenyum mendengarnya. Tiba-tiba saja ponsel Kevin berdering. Kevin mengambil ponselnya dari dalam saku dan mengangkat panggilan yang masuk. "Halo?" sapa Kevin melalui ponsel. Elfan diam berdiri dan menunggunya. "Begitu, ya? Baiklah! Aku akan ke sana sekarang juga!" Kevin kemudian menutup panggilan telponnya dan kembali melihat Elfan. "Fan, ada keadaan darurat! Aku pergi dulu, ya!" pamit Kevin secara mendadak. "Baiklah! Jangan lupa datanglah ke pesta lusa nanti!" ujar Elfan. Kevin menganggukkan kepala dua kali sembari tersenyum. Setelah itu ia berbalik dan berjalan menjauhi Elfan untuk keluar kantor Elfan. Elfan terus melihat Kevin sampai ia tidak terlihat lagi. Setelah Kevin keluar, Elfan melihat jam tangannya. Elfan jadi diam sendirian di dalam kantor. Ia kemudian menautkan kedua alisnya berpikir. "Pesta ulang tahun MF Group," kata Elfan berbicara sendiri. Ia kemudian tersenyum tipis membuat sebuah imajinasi di dalam kepalanya. "Lihat bagaimana sikap gadis kecil itu nanti saat di pesta," tambahnya dengan masih tersenyum sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD