Bab 12

483 Words
Persaingan semakin memanas tatkala bukti unggahan foto dari akun AG tertapantau oleh wartawan, sang desainer sendiri masih belum memberikan klarifikasi membuat spekulasi tentang dirinya makin marak di jagat dunia maya. Banyak yang beranggapan bahwa AG lah yang mencari sensasi dari kepuleran sang desainer untuk meraup keuntungan pribadi, namun hal itu dipatahkan saat diketahui bahwasanya Ayra adalah salah satu role model pemuda-pemudi islami yang juga sudah lama eksis di Indonesia. Pihak AG sendiri diwakili oleh kuasa hukum mereka juga mengatakan dengan tegas bahwa desain gamis itu adalah benar milik kliennya dan sudah sejak lama desain itu digunakan bahkan untuk para santriwati mereka. “Benar, itu adalah desain milik klien kami dan kami harapkan dari pihak terkait untuk segera memberikan klarifikasinya sebelum hal ini semakin jauh. Dan untuk pertanyaan apakah untuk kepentinggan pribadi ataukah meminta ganti rugi? Saya jawab dengan tegas itu tidak benar.” Ujarnya dalam salah satu wawancara. AG sendiri sampai saat ini belum dapat kita temui ..., Ayra kembali melihat sekilas berita yang tentu saja masih mengenai dirinya, seteelah berbicara dengan sang umi dia langsung mengatakan pada sang Abi. Tentu saja reaksi abinya sudah dapat ia bisa tebak, diam namun menghayutkan. Bian tanpa kata meninggalkan Ayra menunju ruang kerjanya dan satu jam kemudian keluar dengan berita bahwa sang Abi telah meminta kuasa hukumnya mengurus masalah ini. Bagi Bian ini bukan hanya sekedar pencurian tapi juga harga diri. “Kenapa lagi?” Tanya Danish melihat sang kakak masih saja melamun. “Kapan selesai masalahnya? Kakak harus balik lagi soalnya.” Tanya Ayra pada adiknya, sudah lebih dari seminggi Ayra berada di sana dan belum ada titik terang, sedangkan masalahnya saja di sana belum usai sama sekali. “Ya tinggal balik aja apa susahnya?” Saran Danish mendapat pelototan dari kakaknya. “Ishh kamu mah gitu.” Rajuk Ayra, karena saran adiknya itu sama sekali tidak membantu. “Lha apa salahnya sih? Kan emang nggak susah?” “Dek, kakakmu ini nggak mungkin keluar tanpa pengawalan, tu di depan banyak wartawan.” “Ya kakak keluar pakai mobil lah.” “Tapi nanti kan mereka tahu mobil kakak. Ishh bisa gitu ya mereka menyelediki kakak sampai segitunya/“ “Namanya juga netizen kak, kalau usah gini, kita ngomong aja bisa bikin keki kalau salah ucap. Udah nggak ada privasi lagi kalau udah di kenal oleh Netizen itu, semangat, kak.” “Ehh tunggu, tumben kamu ngomong panjang?” Tanya Ayra menyadari bahwa adiknya tidak lagi menjadi kejaimannya. Ini adalah hal langka karena adiknya ini bisa di hitung jari kalau bicara tapi kali ini dia bicara panjang lebar. “Demi kakak.” Jawaban Danish membuat Qyra berbunga. Adiknya ini sangat tahu apa yang sedang Ayra butuhkan. Biasanya kalau Ayra ada masalah atau sedih maka Danish akan menurunkan tingkay ke jaimannya tapi khusus untuk kakak dan uminya saja. “Co swett” “Nggak usah lebay.” “Iyaa, makasihh ya adikku sayang.” Ucapan Ayra hanya dibalas senyum singkat oleh Danish, tapi nggak papa yang penting Danish masih ingat akan kebisaannya untuk menghibur Ayra di kala dirinya itu sedih. Semoga keberadaannya di sini tidak membuat keadaan di Wonogiri tidak makin runyam.” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD