Kiss Again

1119 Words
Readers ….. love you all ******** Selesai kuliah Kinanti bersiap-siap hendak pulang. "Kinanti ... aku antar ya pulangnya," tawar Doni kepada Kinanti. "Enggak usah ... kebetulan aku masih ada urusan," ucap Kinanti berbohong karena dia belum terlalu mengenal Doni. Doni tersenyum kecut, karena sebenarnya dia mulai naksir Kinanti. Dari saat pengenalan Kampus dia mulai sering melirik Kinanti. Gadis sederhana tanpa polesan yang mempunyai kecantikan yang alami. Bibirnya kemerahan dengan alis seperti dilukis. " Lia, Doni, aku jalan duluan ya." pamit Kinanti pada dua temannya tersebut yang hanya dibalas senyum kecut Doni dan lambaian Lia. Rencananya hari ini Kinanti akan mendatangi Kos-kosan di dekat Kampus. Kos yang akan dilihat Kinanti sekitar Lima menit saja dari Kampus. Saat sampai di depan ia melihat tama yang juga sepertinya hendak pulang, Kinanti bingung apa yang harus dilakukannya. Tama sudah melihatnya maka mau tak mau ia berjalan juga hingga berpapasan dengan Tama. Tapi Tama sama sekali tidak menyapanya, ia berjalan melewati Kinanti seolah-olah tidak mengenal Kinanti. Baguslah batin Kinanti senang lalu mulai berjalan dengan riang. Kinanti Keluar pagar Kampus dan mulai berjalan pelan menuju calon tempat Kos nya. lima menit berjalan Kinanti kini tiba di depan kos yang menjadi tujuannya. Tempatnya Asri, banyak tanaman indah di depannya. Kinanti segera masuk dan bertanya kepada karyawan disitu. Setelah dipertemukan dengan pemilik Kos dan berbincang-bincang sebentar sepertinya Kinanti sudah merasa cocok. Kos yang akan ditempati Kinanti khusus cewek. Kinanti setuju dengan harga yang ditawarkan dan berjanji secepatnya untuk pindah. Karena kebetulan kamar kosong yang tersisa hanya dua saja. Kinanti keluar dari tempat Kos-kosan itu lalu berjalan menuju ke depan. Ia hendak mencari ojek. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti tepat di sampingnya. Kinanti hendak lari karena takut jangan-jangan itu mobil penculik. Tapi belum sempat ia lari Kaca mobil terbuka dan menampakkan wajah tampan yang akhir-akhir ini berusaha dihindarinya. "Ayo naik," ucap Tama dengan gaya cueknya. "Saya bisa pulang sendiri," balas Kinanti menolak dengan gayanya yang ketus. "Naik sendiri atau aku yang akan menggendongmu masuk ke dalam mobil," ucap Tama datar tanpa memandang ke arah Kinanti. Akhirnya mau tidak mau Kinanti segera masuk ke dalam mobil sambil memanyunkan bibirnya. "Bapak kenapa mengganggu hidup saya ? kan bapak sendiri yang bilang saat di desa kalau kita bersikap seolah-olah tidak saling mengenal," ucap Kinanti saat sudah di dalam mobil, sekedar mengingatkan Tama akan kata-katanya. "Kan sudah aku katakan, itu kalau di tempat ramai. Kalau berdua seperti ini kamu istriku," ucap Tama tidak mau kalah, Tentu saja Kinanti geram. "Aku tidak mau ! sampai kapanpun aku tidak ingin siapapun tahu bagaimana hubungan yang sedang Kita jalani, karena aku tidak berniat meneruskan pernikahan sandiwara ini, Bapak membuat hiduku berantakan !" Pekik Kinanti dengan sangat ketus. Tama membalikkan badannya mendekat ke arah Kinanti dan menguncinya dengan kedua tangannya. "Bb ... bapak mau apa ?" tanya Kinanti ketakutan lalu menutup mulutnya dengan tangannya takut Tama akan menciumnya lagi. "Kamu bilang aku menghancurkan hidupmu ? Coba kamu pikir ... seandainya aku tidak menolongmu saat itu apakah hidupmu akan baik-baik saja sekarang ?" ucap Tama lembut tapi dengan nada menekan, untuk mengingatkan Kinanti akan kejadian saat ia hampir di perkosa oleh Haris. Kinanti diam tidak bisa menjawab, karena kata-kata Tama memang sangat betul. Entah bagaimana dirinya jika Tama tidak menolongnya saat itu. Mungkin saat ini hidupnya suram atau bahkan bisa jadi mengakhiri hidupnya adalah pilihan terakhirnya. "Kamu yang membuat hidupku berantakan, aku harus menikah denganmu dalam keadaan yang benar-benar tidak aku inginkan," ucap Tama lagi masih menatap Kinanti tajam dengan mata elangnya. "Jadi kamu harus tanggung jawab, kalau tidak aku akan mengatakan pada semua orang kalau kau sudah menikah denganku, setelah itu kita berpisah dan statusmu seorang janda." Ancam Tama dengan senyum manisnya yang beracun. Kinanti mulai terisak pelan kesal bercampur sedih dengan ucapan Tama, dia benar-benar ingin mengakhiri semua ini. Kinanti melepaskan tangan yang menutupi mulutnya dan berbicara pelan. "Saya juga tidak ingin menikah dalam keadaan seperti itu … hiks … hiks …, kalau bisa mengulang lagi aku ingin pernikahan yang bahagia dengan pria yang kucintai dan mencintaiku … hiks … hiks …." Kinanti terus terisak pilu. "Apa yang harus saya lakukan untuk membalas budi baik bapak ?" tanya Kinanti dengan air mata yang masih terus mengalir. Kinanti hendak melanjutkan kata-katanya lagi tapi belum sempat ia bicara Tama sudah melumat bibirnya terlebih dahulu. Kinanti berontak memukul d**a Tama dengan Kuat. Tapi tentu saja kekuatannya kalah oleh Tama. Ciuman Tama terasa lembut. Ia menarik bibir bawah Kinanti menciumnya dengan sangat memabukkan. Lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kinanti membelit lidahnya, menciptakan sensasi yang membuat Kinanti berhenti berontak. Lagi-lagi tubuhnya merespon, Ia memejamkan mata menikmati ciuman Tama yang membuat tubuhnya seperti meleleh. Tama menghentikan ciumannya, menatap Kinanti yang juga menatapnya dengan marah. "Aku tidak suka dipanggil Bapak saat berdua, kelihatan sangat tua. Panggil aku Mas atau nama saja," ucap Tama masih menatap Kinanti. Bukannya menjawab Kinanti malah masih memandang Tama dengan tatapan marah. "Mengapa Bapak mencium saya lagi ? Saya tidak suka !" pekik Kinanti memukul d**a Tama. "Tapi sepertinya Kata-katamu berbeda dengan reaksimu saat aku cium." Ejek Tama pada Kinanti. "Saya mau pulang," ucap Kinanti yang malas berdebat dengan Tama. Karena kata-kata Tama memang benar. Reaksi tubuhnya tidak sejalan dengan ucapannya. Tama segera kembali ke balik kemudi mulai menjalankan mobilnya pelan. Membelah jalanan tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Tama bingung dengan dirinya, di sisi lain dia tidak ingin mengakui pernikahannya dengan Kinanti, ingin agar bisa segera berpisah dengan Kinanti. Tapi di sisi lain ia juga mulai merasa nyaman saat melihat Kinanti. Entahlah apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Apakah ini balasan karena ia mencium gadis itu tanpa izin. Apalagi mengingat pertemuannya dengan Ayah Kinanti beberapa waktu lalu, pria tua yang tetap kelihatan gagah itu jauh-jauh datang dari Desanya hanya untuk bertemu dengannya tanpa berjumpa dengan Kinanti ataupun Puspa. Laki-laki yang kini menjadi mertuanya itu Meminta tolong padanya untuk menjaga Kinanti putrinya. Tama sendiri bingung bagaimana menjawabnya saat itu. Dia hanya menjanjikan akan menjaga Kinanti selama Kinanti kuliah dan belum bisa mandiri. Setelah itu dia tidak tahu bagaimana lagi karena pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang seharusnya terjadi. Pernikahan paksaan yang akan selalu membayangi hidupnya dan juga hidup Kinanti. Mengingat itu semua membuat Tama menghela napasnya kasar. Apalagi Papa nya yang terus saja memaksa untuk ia segera bertunangan dengan Clarissa. Tak terasa mobil sudah memasuki pelataran Kos. Kinanti hendak membuka pintu mobil tapi Tama menahan tangannya. "Jangan menghindariku, tapi tetaplah bersikap wajar saat di depan umum, engkau mengerti ?" ucap Tama yang hanya dibalas anggukan lemah Kinanti. Lalu Tama melepaskan tangannya agar Kinanti bisa segera masuk. Begitu keluar dari mobil Kinanti segera masuk ke dalam Kos tanpa memandang lagi ke arah Tama. Tanpa disadari Puspa yang baru pulang kuliah melihat Kinanti yang keluar dari mobil Tama. Ada sedikit perih di hatinya. ******** Love You All Readers….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD