Episode 2

2282 Words
?Rumah Rani ? Saat Rani sampai di rumahnya sudah menunjukkan hampir pukul 23.00 malam, ia membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu ia bawa. Setelah pintu terbuka, ia menutup pintu kembali lalu menuju kamarnya. Sampai di kamar, ia menaruh tas setelah itu menuju kamar mandi. Untuk membersihkan diri, lalu mengganti bajunya dengan tidur dulu. Sebelum tidur ia berdoa, semoga dalam mimpinya ia bisa bertemu pria tampan. Rani selama ini selalu berkhayal, dalam angan-angannya meskipun ia gadis gendut dengan berat badan hampir 85 kg dan tinggi 169 cm. Rani ingin sekali merasakan, dan bertemu pria tampan dan dapat mencintainya dengan tulus. Walaupun itu hanya dalam mimpi, ia ingin merasakannya. Itu akan memberi efek yang sangat besar dalam dirinya, karena ia bisa merasakan bertemu dengan pria impiannya meskipun itu hanya mimpi. Di usia Rani yang ke 23 tahun, sejak ia lulus SMA hingga sampai sekarang ini. Ia tidak pernah merasakan pacaran. Apa itu pacaran, pegangan tangan, ciuman atau apapun itu Rani sama sekali tidak pernah merasakan itu semua. Karena Rani berpikir tidak akan ada laki-laki, yang mau menjalin hubungan dengannya. Mengingat akan berat badannya yang cukup besar, meskipun begitu ia mempunyai masih mempunyai khayalan atau impian. Bisa bertemu pria tampan seperti di dongeng, atau novel-novel yang sering ia baca. Dalam khayalannya, Rani ingin bertemu laki-laki yang bisa mencintai dia apa adanya. Tanpa melihat akan kekurangannya yang tidak cantik dan tentu saja tanpa melihat bodynya yang gendut. Maka dari itu malam ini, ia berdoa semoga dalam mimpi. Ia bisa mewujutkan khayalannya, bertemu dengan pria impiannya. Disaat Rani sudah tertidur lelap, ia sedang bermimpi di ganggu preman. Ia sangat ketakutan, disaat terdesak dan tidak bisa melawan para preman. Tiba-tiba datang seorang pria, yang kebetulan lewat lalu menolongnya. Pria itu sangat tampan, pria itu melawan para preman dan mengalahkan preman-preman itu hanya dalam hitungan detik saja. Setelah itu, pria yang menolong Rani membawanya ke taman yang sangat indah. Dalam taman itu, dipenuhi bunga- bunga yang sangat cantik dan indah. Dalam mimpi itu Rani begitu sangat bahagia, ia bisa melihat bunga mawar warna warni yang sangat indah. Pria tampan itu, turut menemaninya melihat bunga dengan sedikit senyuman di wajahnya. Ya, sosok pria khayalannya seperti di dalam novel yang sering ia baca. Rani selalu mengembangkan senyumannya, disaat ia melihat pemandangan bunga-bunga yang indah. Sesekali ia juga melirik, ke arah wajah pria tampan yang berada di sebelahnya. Setelah itu Rani mulai berjalan, ketika ia akan berjalan. Tanpa sengaja, ia menginjak batu saat itu juga ia hampir terjatuh. Namun dengan sigap, pria tampan itu menopang badan besarnya yang besar. Ketika ia mengingat akan badannya yang gendut, saat di topang badannya saat itu juga ia merasa malu. Rani menjadi tidak enak hati, dengan pria yang sudah menolongnya tadi. Karena tidak bisa mengungkap apa yang ia rasakan, membuat Rani tanpa sadar cemberut sambil mengerucutkan bibirnya. Tanpa Rani tahu, pria dalam mimpinya itu selalu memperhatikan semua yang Rani lakukan. Bahkan ekspresi lucu saat Rani cemberut tidak lepas dari pandangannya, pria tampan yang penasaran pun mulai bertanya. "Kenapa kamu cemberut, bukannya tadi kamu sangat bahagia saat lihat bunga-bunga itu?" Tanya pria itu, dengan rasa ingin tahunya. "Ehh... Hmm... Aku cuma lagi berfikir saja, apakah tadi kamu tidak merasa keberatan. Saat menompang tubuhku, yang berat ini?" jawab Rani, dengan pertanyaan pula. "Hahaha... Kamu itu lucu sekali, sambil mencubit pipi tembem Rani" Ujar pria itu, sambil tersenyum tulus. Seketika wajah Rani langsung merah karena malu, karena tiba-tiba pria tampan itu mengambil tangan Rani dan menggenggamnya. Genggaman tangan pria tampan itu hangat dan sangat lembut. Pria tampan itu mulai menuntun Rani, agar Rani tidak terjatuh seperti tadi. Itulah, yang ada dalam pikiran pria tampan dalam mimpi Rani. ? Mansion Juan ? Di tempat lain, tepatnya di mansion Juan. Ia baru saja pulang dari club malam, saat ini ia juga baru keluar dari mobil lamborgini super mewahnya. Disaat Juan akan memasuki mansion mewahnya, yang baru ia beli karena ia punya rencana untik tinggal di kota yang baru saja ia datangi sore tadi. Juan melangkah memasuki mansionnya, dengan disambut beberapa pelayan yang sudah berjejer rapi. Namun sebelum ia memasuki ruang utama, pelayan senior mengkode pelayan lain. Untuk mempersiapkan, semua keperluan Tuan besarnya sebelum tuannya tidur. Para pelayan yang mendapatkan tugas pun mulai mengerjakannya,ada pelayan yang menyiapkan makan, ada yang menyiapkan pakaian tidur Juan dan ada pula yang menyiapkan perlengkapan mandi Tuannya. Saat Juan berjalan menuju tangga, pelayan senior mulai bertanya. "Apakah, sebelum Anda istirahat. Anda akan makan malam dulu, Tuan," tanya kepala pelayan, dengan sopan "Tidak!" jawb Juan datar, sambil menaiki tangga menuju kamarnya. Juan sudah terbiasa membalas para bawahannya, dengan nada datar.Hingga semua pelayan maupun anak buahnya, sudah tidak kaget lagi. Itulah sifatnya selama ini, apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal. Juan terus melangkah menuju kamarnya, lalu memasuki kamarnya. Juan pun mulai mandi, setelah ia mandi. Juan keluar lalu memakai baju tidurnya, yang sudah disiapkan pelayannya tadi. Juan mulai naik ke ranjang king size besarnya, ia mencoba untuk segera tidur. Mungkin dia sangat lelah, sesaat Juan berpikir. Mungkin dia memang meresa lelah hatinya, dari semua kehidupannya yang selalu datar tanpa warna. Saat Juan sudah mulai terlelap dalam tidurnya, ia melihat seorang gadis gendut yang sedang sangat ketakutan diganggu beberapa preman. Mengalahkan preman kecil itu menurutnya bukan hal besar, karena Juan adalah ketua Mafia jadi tidak heran hanya dalam hitungan detik dia bisa mengalahkan semua preman itu. Setelah Juan mengalahkan para preman, kemudian dia membawa gadis gendut itu ke sebuah taman. Yang banyak di tumbuhi bunga mawar warna warni, Juan sendiri tidak tahu caranya untuk menenangkan gadis gendut yang sedang ketakutan itu. Dengan nalurinya Juan membawa gadis gendut itu ketaman, dan benar saja gadis gendut itu seketika tidak takut lagi. Bahkan senyuman indah tidak lepas dari bibir gadis gendut itu, dan itu membuat hati Juan menghangat. Setelah ia berhasil membuat gadis gebdut itu ceria kembali, dan ada perasaan aneh yang tidak pernah Juan rasakan selama ini. Tanpa mereka sadari, benang merah dalam mimpi. Yang mereka impikan itu, adalah pertanda akan ada pertemuan kembali diantara keduanya. Namun keduanya tidak akan tahu, bagaimana takdir akan mempertemukan mereka. Akankah pertemuan itu terjadi dalam kehidupan mereka, apakah itu terjadi secara indah atau sebaliknya hanya takdir yang mengetahuinya. **** Rani pov Di pagi hari yang cerah, terdengar suara bunyi alaram jam berdering dengan kencangnya. Sehingga mengganggu tidur nyenyak, serta mimpi indah gadis gendut yang tidak lain adalah Rani. Rani dengan enggan membuka mata serta selimut tebalnya, kemudian ia bergegas menuju kamar mandi . Ia mengambil pakaian kotornya lalu mulai mencucinya, setelah selesai mencuci pakaian ia baru mandi. Selesai mandi Rani bergegas keluar kamar mandi, lalu mengganti pakaian di kamarnya. Ia tidak biasa membawa pakaian ganti ke kamar mandi, soalnya setiap ia bawa pakaian ganti pasti bajunya akan terjatuh dan ujung-ujungnya ia mengambil pakaian lagi di lemarinya. Makanya setiap Rani selesai mandi ia hanya pakai handuk saja, lalu mengganti bajunya di kamarnya. Setelah ia berganti pakaian, kemudian ia berias dengan riasan yang biasa saja. Rani menguncir rambut panjangnya terus memakai bedak bayi, lalu memakai pelembab bibir supaya bibirnya tidak kelihatan pucat. Karena meski tidak memakai lipstick, bibirnya sudah merah alami. Tidak lupa, ia memakai parfum wangi vanila yang menjadi parfum kesukaannya. Setelah selesai Rani melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, lalu menghampiri ibunya, yang sedang membuat sarapan di dapur. "Selamat pagi Ibu... ," sapa Rani, sambil mencium pipi bu Asih. "Selamat pagi juga,Nak. Kamu sudah bangun? Padahal Ibu berniat membangunkanmu tadi, Nak," jawab bu Asih dengan nada lembut. "Nak! Tadi malam kamu pulang jam berapa, kok Ibu tidak dibangunin. Padahal Ibu nungguin kamu lho tadi malam, tapi karena Ibu mengantuk Ibu ke kamar mencoba rebahan. Tidak tahunya Ibu malah ketiduran sampai pagi, jadinya Ibu tidak tahu kamu pulang jam berapa?" Tanya bu Asih, penasaran. "Sebenarnya Ibu sangat khawatir, kalau kamu pulang kerja terlalu malam. Ibu takut ada apa-apa di jalan Nak, karena kamu 'kan perempuan, sayang" lanjut bu Asih dengan nada khawatir. "Rani pulang sampai rumah hampir jam 23.00 malam, Bu. Ibu tidak perlu khawatir, Rani 'kan sudah besar dan bisa jaga diri. Rani juga gendut gini, Rani yakin tidak ada yang mau macam-macam sama Rani. Rani janji, akan jaga diri biar Ibu tidak khawatir,ya," jawab Rani, menenangkan kekhawatiran Ibunya. " Ya, sudah. Yang penting kamu harus hati-hati, ya. Sekarang ayo kita sarapan,Nak," ajak Ibu, sambil mengingatkan. "Ayo! Dengan senang hati, Bu," jawab Rani ceria, sambil mengaitkan tangannya ke lengan Ibunya. Setelah sarapan, Rani sudah duduk manis di ruang tengah sambil nonton TV. Jangan lupakan cemilan, yang ada di pangkuannya. Kalau ia sudah duduk manis, pasti sudah ada cemilan favoritnya dan itu selain es krim tentunya. Makanya badan Rani tidak bisa kecil, malahan yang ada terus membesar. Semoga saja tidak tambah besar, ia jadi terkekeh sendiri mengingat akan pikirannya yang konyol. Saat Rani tengah asik menonton, sambil ngemil ia mengingat mimpinya semalam. Seketika itu membuat ia malu sekaligus bahagia. Karena ia bisa bertemu pria tampan, seperti pria yang ada dalam novel yang sering ia baca. Apalagi saat Rani mengingat, pria dalam mimpi itu mengenggam tangannya dengan lembut. Lagi-lagi membuat rani malu, serasa genggaman tangan itu nyata. Karena ia dapat merasakan genggaman lembut dan hangat dari tangan pria tampan dalam mimpinya itu. Sungguh Rani sangat bahagia, walaupun ia tidak terlalu mengingat wajah pria tampan yang berada dalam mimpinya itu. Hari ini Rani berangkat kerja sore hari, karena ia mendapatkan sift sore. Jadi ia bisa istirahat, sekaligus bersantai bersama ibunya di rumah. Sungguh saat ini membuat Rani bahagia, karena ia bisa menghabiskan waktu bersama orang yang paling ia sayangi. Tidak terasa waktu sudah sore, Rani juga sudah bersiap sedari tadi. Untuk berangkat bekerja, lalu ia keluar dari kamarnya dan mencari Ibunya untuk berpamitan. "Ibu! Rani berangkat kerja dulu, ya.Assalamualaikum....," pamit Rani, sambil mencium pipi Ibunya. "Waalaikum salam... Iya Nak, kamu hati-hati di jalan, ya." Pesan bu Asih. Saat dalam perjalanan ketempat kerjabya, Rani masih selalu tersenyum ketika mengingat akan mimpinya itu. Apalagi ia mengingat genggaman tangan pria tampan dalam mimpinya itu, sungguh genggaman tangan itu terasa nyata dan ia terus mengingatnya. Sampai di halte, Rani setia menunggu kendaraan umum lewat. Tidak berapa lama, kendaraan umum yang ia tunggu pun datang ia buru-buru naik ke dalam angkutan umum. Sesampai di tempat kerja, Rani turun dari kendaraan lalu membayar ongkos kendaraan. Lalu bergegas masuk, ke dalam restoran untuk menggantikan teman-temannya yang masuk kerja di pagi hari. Setelah sampai di dalam ia mulai mengganti bajunya dengan pakaian kerjanya lalu memulai aktifitasnya. Tidak terasa waktu sudah menjelang malam, restoran pun mulai ramai akan para pengunjung. Pengunjun restoran terus bertambah, dan membuat ia serta teman-temannya lebih cekatan dalam melayani para pengunjung restoran. Namun di antara pengunjung itu, ada satu pengunjung yang memperhatikan pekerja restoran. Lebih tepatnya memperhatikan gadis gendut, yang tengah layani para pengunjung restoran. Pengunjung satu itu memperhatikan dengan tatapan sinis, lebih tepatnya memandang Rani dengan pandangan jijik saat melihat ukuran badan Rani. Pengunjung itu adalah teman semasa SMA Rani, dulu waktu Rani sekolah sama dengannya. Dia selalu membully Rani, selalu mencemooh dan menghina Rani bersama gengnya.Perasaan ingin membully itu masih ada, dalam pikiran sosok satu pengunjung itu saat ini. Pengunjung itu adalah Fransiska Putri, Fransiska adalah cewek tercantik di sekolahnya dulu sewaktu di SMA. Sekarang pun sama, dia masih jadi yang tercantik. Namun tidak dengan sifat dan hatinya, Fransiska adalah cewek yang sombong, dan suka merendahkan orang lain seperti kepada Rani dulu waktu masih sama-sama sekolah di SMA. Saat Rani akan berjalan ke belakang restoran, tanpa sengaja netranya bertemu pandang dengan Fransiska. Ia sempat terkejut, sekaligus takut namun ia berusaha menutupinya dengan tersenyum. Ya, Rani berusaha tersenyum tulus, lalu berjalan ke arah belakang karena ia ingin istirahat sebentar bersama karyawan lainnya. Sebab mereka mendapatkan waktu istirahat, secara bergantian. Saat Rani sudah berada di ruang istirahat karyawan, ia mengingat akan Fransiska. Ia mulai ketakutan, ketika mengingat akan perlakukan Fransiska padanya. Seketika ia mulai meremas tangannya sendiri, yaang sudah menjadi kebiasannya apabila ia merasa takut ataupun cemas. Rani berdoa semoga tidak bertemu lagi dengan Fransiska, ia juga tidak ingin membuat masalah dengannya. Karena ia tahu betul sifat Fransiska seperti apa, namun ia juga berharap semoga Fransiska sudah berubah menjadi lebih baik. Tidak seperti Fransiska yang dulu, saat masih di sekolahnya dulu ketika selalu membully nya. Setelah Rani istirahat sebentar, ia melanjutakan pekerjaannya lagi. Dengan cekatan ia bekerja, ia tidak ingin membuat masalah dan akhirnya di tegur oleh Manager restoran. Rani berusaha bekerja sebaik mungkin, biar ia di sukai semua orang. Ya, walaupun tidak semua orang yang menyukainya. Tapi ia selalu berusaha yang terbaik, itulah yang selalu di tanamkan di pikirkannya. Tidak terasa akhirnya waktu untuk pulang bekerja, ketika Rani mau pulang di waktu malam hari. Ia tidak lupa membawa jaket bututnya, karena ia tidak mau sampai asmanya kambuh. Rani selalu memakai pakaian tebal, bahkan jaketnya bisa dikatakan butut. Entah mengapa ia tidak mau sekadar membeli jaket yang baru, sebab yang ia pikirkan hanya menabung Rani mulai berjalan menuju halte terdekat, lalu menunggu angkutan umum. Sesekali ia mengguap, karena ia sudah mulai mengantuk. Tapi ia mencoba menghilangkannya, dengan bernyanyi kecil dan mengayunkan kakinya saat ia sedang duduk di bangku halte. Rani terus bernyanyi dan sesekali tersenyum mengingat tingkahnya sendiri, tidak berapa lama angkutan umum yang ia tunggu pun datang. Ia dengan terburu naik ke dalam angkutan, karena ia ingin cepet sampai rumah dan lekas beristirahat sebab hari ini ia merasa lelah sekali. Tanpa Rani ketahui ada yang memperhatikan ia sedari tadi, di mulai dari dalam restoran hingga sampai di dekat halte tempat Rani menunggu angkutan umum. Sosok itu tidak pernah melepaskan pandangannya, pada gadis gendut itu. Yang sedari, dalam restoran selalu memenuhi pikirannya. Lalu ada sosok lagi, yang akan selalu membuat Rani menangis karena kata-katanya dan juga perbuatannya padanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD