Liburan?

1037 Words
Hasna memegang kepalanya yang terasa berat.  Dia melihat jam,  ternyata sudah jam tujuh pagi.  Surya masih tidur di samping dirinya.  Hasna mencoba membangunkan,"Mas... Udah jam tujuh." Surya menggeliat. Dia membuka matanya sebentar, "Aku libur." Hasna tahu bahwa sang suami tidak bekerja karena hari minggu.  "Kepalaku pusing Mas," ujar Hasna mengadu.  Surya menghela napas berat,  dia membuka mata dan melihat ke arah Hasna yang tengah memijit-mijit kepalanya. "Kamu pasti nggak tidur kan?  Mikirin Agra?" Tanpa menjawab pun,  Surya tahu jawabannya.  "Mau ke rumah sakit atau gimana?" Hasna menggeleng.  Sakit kepalanya tidak terlalu parah. "Ayah... Ibu...  Abian boleh masuk nggak?" Hasna melihat ke arah Surya,  "Pake baju dulu Mas." Surya lupa,  dia langsung mencari bajunya yang entah berada dimana. "Baju aku kemana?" tanya Surya sambil menggaruk kepalanya. Hasna memberikan sang suami baju yang diambil dari lemari.  Setelah memakai baju,  Surya langsung membuka pintu.  Terlihat Abian yang tengah tersenyum. "Kenapa anak ayah senyum pagi-pagi begini?" tanya Surya sambil menggendong anak bungsunya. "Anak ih,  kata Ayah kalau hari minggu kita mau jalan-jalan.  Kan sekarang hari minggu." Surya pura-pura memukul kepalanya,  "Kapan Ayah bilang gitu?" Ekspresi wajah Abian langsung berubah.  Dia yang awalnya tersenyum cerah menjadi murung tidak terbendung. "Ibu... Ayah janjikan bawa kita jalan-jalan kalau hari minggu?" Abian meminta dukungan dari Ibunya. Hasna tersenyum dalam diam,  dia pun berpura-pura lupa. "Kapan Ayah bilang gitu,  Ibu nggak ingat." Abian langsung turun dari gendongan Surya.  Bulir air matanya sudah sampai di pelupuk mata. "Kakak... Ayah ada janji ngajak Abian jalan-jalan nggak si?" tanya Surya kepada anak sulungnya yang baru saja keluar dari kamar. "Ayah sama Ibu pasti ngerjain Abian lagi kan, jail banget si." Ayra sudah tahu kalau Ayah dan Ibunya bersekongkol untuk jail kepada Abian.  Lucu saja melihat Abian cemberut dan mengadu kepada kakak atau abangnya. "Ayah ada bilang kan Kak?" Abian langsung lari ke arah Ayra. "Iyaa...  Ada." "Tu kan ada,  Ayah ih masa lupa. Ibu juga." Abian tidak jadi menangis. Surya malah tertawa lucu melihat tingkah anak bungsunya itu. "Kakak nggak asik, " balas Surya sambil mengusap pucuk kepala Ayra. "Ayah si,  nanti Abian nangis bikin sakit telinga lo." Melihat suasana pagi yang begitu hidup membuat berat di kepala Hasna berkurang.  "Anak Ibu mau kemana?"tanya Hasna kepada Abian. "Mau ke kebun binatang," jawab Abian antusias. Ayra menggeleng tidak setuju, setiap pergi jalan-jalan keluarga selalu saja ke kebun binatang. "Nggak mau,  ke kebun binatang terus." "Kakak nggak asik ih,  di sana kan seru banyak binatangnya.  Lucu-lucu tau," ujar Abian mempromosikan pilihannya. "Nggak mau,  Gimana kalau ke mall aja Yah?  Mau main timezone," usul Ayra. Surya tertawa,  walaupun Ayra sudah dewasa tetapi dia masih seperti anak kecil. "Nggak mau,  mau ke kebun binatang." Abian tetap pada pilihan awalnya. "Time zone!" Ayra malah tidak mau mengalah. "Udah lo nak,  gimana kalau kita ke kebun binatang dulu nanti baru ke mall?" Ayra berpikir sejenak dengan usulan sang Ibu. Dia pikir tidak masalah.  Akhirnya masalah liburan mereka terpecahkan.  Mereka akan pergi ke kebun binatang terlebih dahulu baru ke mall untuk bermain-main. Surya hanya mengikuti kemauan anak-anaknya. Hasna menyuruh anak-anaknya untuk bersiap-siap.  "Mau kemana?" tanya Surya. "Jangan kasih Makan Agra sampai dia minta maaf.  Anak itu sudah kelewat batas," lanjut Surya lagi. Hasna melihat wajah sang suami,  tidak ada rasa iba di diri suaminya terhadap Agra. Hasna tidak membenarkan apa yang Agra lakukan tetapi jika mereka keras kepada Agra, Hasna takut sang anak menjadi pemberontak. "Bukan gini cara didik anak Mas,  dia bakalan benci sama orang tuanya sendiri." "Cara didik kamu yang buat dia jadi kurang ajar sama Ayahnya sendiri," ucap Surya menyudutkan Hasna. "Salah didik gimana?  Jangan cuma nyalahin aku Mas. Aku capek harus bahas ini." "Kamu bilang capek?  Aku yang lebih capek mikiran anak-anak,  mikirin kamu,  cari uang.  Dan seenaknya kamu bilang capek?" Hasna memegang kepalanya yang kembali berat,  "Maaf Mas." "Maaf...  Maaf...  Selalu kata itu yang muncul dari mulut kamu.  Aku pengen tenang di rumah,  tetapi apa yang aku dapat?  Sakit kepala.  Kamu nggak bisa menyenangkan suami dikit aja? Aku muak bahas ini." Surya langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.  Bolehkan Hasna mengeluh saat ini,  tidak hanya Surya yang capek.  Hasna lebih lelah dari apapun juga.  Lelah fisik, lelah batin dan lelah hati.  Jiwanya entah berada di mana. Hasna keluar kamar,  dia ingin melihat keadaan anak keduanya.  "Agra..." panggil Hasna lembut.  Agra tidak mau membuka selimutnya.  Dia menutup seluruh tubuh dengan selimut tebal. "Mau ikut Ayah sama Ibu nggak?" "Nggak!" Hasna miris mendengar jawaban sang anak. "Jangan gini Gra,  minta maaf sama Ayah ya?" Hasna masih ingin sang anak meminta maaf kepada ayahnya. "Aku salah apa Bu?" Hasna bingung bagaimana cara menghadapi  sang anak.  Dia juga baru kali ini melihat Agra memberontak. "Kamu masih tanya apa salah kamu?" tiba-tiba suara Surya menggelegar.  Beruntung Abian berada di kamar Ayra. "Awas aja kamu keluar dari rumah ini, " ancam Surya. Agra hanya diam,  Hasna langsung membawa Surya untuk keluar dari kamar Agra. Dia tidak mau jika kejadiaan tadi malam terulang lagi. Setelah semua bersiap kecuali Agra,  mereka berlibur ke kebun binatang. Mereka hanya pergi berempat saja. Rasa senang tentu saja dirasakan oleh Abian,  berbeda dengan Ayra yang tidak terlalu senang karena Agra tidak ikut.  Bagaimanapun Ayra tidak ingin Agra mengira bahwa Ayah atau Ibunya pilih kasih. Mereka menikmati liburan bersama-sama.  "Siapa Mas dari tadi nelpon aja?" Tanya Hasna penasaran. Sudah beberapa kali dering ponsel suaminya terdengar dan Surya hanya menjawab bahwa ada orang iseng yang menelpon dirinya. "Angkat dulu lah, mana tahu penting." Surya kemudian memberikan jarak agar dia bisa mengangkat telepon tersebut. "Kenapa?" "Ha? Iya iya Mas ke sana." Hasna tidak melepaskan pandangannya dari sang suami. Dia ingin sekali tahu apa yang dibicarakan oleh Surya. "Kenapa Mas?" tanya Hasna ketika Surya sudah selesai menerima panggilan tersebut. "Ada masalah di kantor, ah Iya masalah terus bos nyuruh datang." Hasna mengerutkan keningnya bingung, padahal sekarangkan hari libur. Apa tidak bisa keesokan hari saat hari kerja. "Jadi gimana?" tanya Hasna. "Ya udah Ayah pergi aja, nanti kami bisa pulang naik grab," ujar Ayra. Rasanya Hasna tidak rela jika sang suami pergi. "Maafin Ayah ya nak, minggu depan Ayah pastiin di kantor nggak ada masalah lagi." Ayra mengangguk saja. Surya kemudian pergi meninggalkan anak dan istrinya. Hasna masih tidak bisa melepaskan pandangan dari punggung suami yang sudah menjauh. Sampai punggung itu hilang tidak ada jejaknya lagi.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD