Bab 13. Hilang Kesadaran

1157 Words
Santi tiba di vila milik Arman dan merasa suasana di tempat baru ini sangat berbeda dari rumahnya yang lama. Vila yang mewah dan besar ini terasa dingin dan asing, mempertegas betapa jauh ia terpisah dari kehidupan yang dulu ia kenal. Dengan perasaan campur aduk, Santi melangkah memasuki vila dan disambut oleh Ijah, asisten rumah tangga yang sudah bekerja dengan Arman selama hampir tiga tahun. Ijah, seorang wanita berusia sekitar lima puluh tahun dengan penampilan yang sederhana namun ramah, segera mendekati Santi saat ia masuk. Meskipun usianya tidak muda lagi, Ijah memiliki sikap yang penuh perhatian dan pengertian. “Selamat datang, Nyonya Santi,” sapa Ijah dengan senyuman hangat. “Saya Ijah. Tuan Arman sudah memberi tahu saya tentang kedatangan Anda. Mari saya tunjukkan kamar Anda.” Santi hanya mengangguk, merasa sedikit lebih lega karena ada seseorang yang bisa memberinya sedikit kenyamanan di tempat yang baru ini. Ijah memimpin Santi melalui lorong-lorong panjang vila menuju kamar yang telah disiapkan khusus untuknya. Di sepanjang jalan, Ijah menjelaskan beberapa hal dasar tentang vila, termasuk lokasi fasilitas-fasilitas penting dan aturan-aturan rumah yang perlu diketahui. Santi mendengarkan dengan seksama, meskipun pikirannya terus melayang kembali ke kehidupan yang ia tinggalkan. Setelah sampai di kamar, Ijah membuka pintu dan memperlihatkan ruangan yang luas dan mewah, dilengkapi dengan semua fasilitas yang mungkin diperlukan. “Ini kamar Anda, Nyonya,” kata Ijah sambil menunjukkan beberapa fitur dari kamar tersebut. “Jika ada yang Anda butuhkan atau jika Anda merasa tidak nyaman dengan sesuatu, jangan ragu untuk memberi tahu saya.” Santi mengangguk, mencoba untuk merasakan sedikit rasa nyaman di dalam ruangan yang baru ini. “Terima kasih, Bi." Ijah memberikan senyuman terakhir sebelum meninggalkan Santi untuk memberi ruang pribadi. Santi berdiri di tengah kamar, memandang sekeliling dengan perasaan campur aduk. Vila ini memang mewah dan nyaman, tetapi bagi Santi, semua kemewahan ini terasa kosong dan tidak berarti jika dibandingkan dengan perasaan kehilangan dan kepedihan yang ia rasakan. Setelah beberapa waktu, Santi duduk di tepi ranjang, mencoba menenangkan pikirannya. Meskipun ia tahu ia harus beradaptasi dengan situasi barunya, hatinya tetap merindukan kehidupan yang dulu ia miliki, serta menghadapi kenyataan pahit dari keputusan yang terpaksa ia ambil. *** Pagi ini, Santi bangun di vila Arman dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Kepala terasa berat dan nyeri, membuatnya merasa kurang nyaman sejak ia membuka mata. Ruangan di sekelilingnya tampak terlalu terang dan seakan semakin memperburuk rasa sakit kepalanya. Santi berusaha duduk di tempat tidur, menggosok-gosok pelipisnya sambil menarik napas dalam-dalam. Ia merasa tubuhnya lelah dan tidak segar, seolah tidur semalam tidak cukup untuk mengembalikan energinya. Setelah beberapa menit, Santi memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuju ke dapur, berharap segelas air atau mungkin secangkir teh hangat bisa membantu meredakan sakit kepalanya. Ia melangkah pelan-pelan, berusaha tidak membebani tubuhnya lebih dari yang bisa ia tanggung. Di dapur, Ijah, asisten rumah tangga yang setia, sedang mempersiapkan sarapan pagi. Ijah melihat Santi dengan wajah cemas saat ia masuk. "Selamat pagi, Nyonya. Anda terlihat tidak sehat. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ijah dengan nada lembut. Santi memaksakan senyuman. "Selamat pagi, Bi. Kepalaku terasa sangat sakit pagi ini. Mungkin aku hanya butuh segelas air atau teh." Ijah segera menyiapkan segelas air dan menyarankan Santi untuk duduk di meja makan. "Silakan duduk, Nyonya. Bibi akan buatkan teh hangat. Kadang-kadang, teh chamomile bisa membantu meredakan sakit kepala." Santi duduk di meja makan sambil menunggu teh, berusaha untuk merasa lebih baik dengan setiap tegukan air yang ia minum. Ia merasa berterima kasih atas perhatian Ijah, meskipun di dalam hatinya, ia merasa terasing di tempat yang sekarang menjadi rumah barunya. Setelah beberapa saat, Ijah membawa secangkir teh hangat dan meletakkannya di depan Santi. "Ini teh chamomile. Mudah-mudahan ini bisa membantu Nona merasa lebih baik." Santi mengambil cangkir tersebut dan menyeruput tehnya dengan hati-hati. Keberadaan Ijah dan kebaikannya sedikit banyak membantu meredakan ketegangan di kepalanya. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba untuk mengumpulkan kekuatan dan menghadapi hari yang baru, meskipun perasaannya tetap berat dan penuh kekhawatiran tentang masa depan yang tidak pasti. Melihat Santi yang tampak sangat tidak nyaman dan kesakitan, Ijah merasa tergerak untuk membantu lebih lanjut. Dengan penuh perhatian, Ijah mendekati Santi yang sedang duduk di meja makan sambil meneguk tehnya. "Nyonya Santi, jika Anda tidak keberatan, Bibi bisa mencoba memijat kepala Anda," kata Ijah dengan lembut. "Kadang-kadang, pijatan sederhana bisa membantu meredakan sakit kepala." Santi menatap Ijah dengan rasa terima kasih dan sedikit keputusasaan. "Itu akan sangat membantu, Bi. Terima kasih." Ijah meminta izin untuk memijat dan mulai melakukan pijatan ringan di sekitar pelipis dan tengkuk Santi dengan gerakan lembut dan terampil. Ia menggunakan jari-jari tangannya untuk memberikan tekanan yang lembut namun menenangkan, berusaha untuk mengurangi ketegangan di kepala Santi. Santi menutup matanya dan merasakan pijatan tersebut dengan penuh rasa syukur. Ia merasakan sedikit perbaikan saat Ijah bekerja dengan hati-hati untuk memberikan kenyamanan tambahan. Meskipun rasa sakit di kepalanya belum sepenuhnya hilang, pijatan itu membantu mengurangi ketegangan dan membuatnya merasa sedikit lebih baik. Selama sesi pijatan, Ijah berbicara dengan nada menenangkan. "Cobalah untuk rileks, Nyonya. Ini hanya pijatan ringan, dan semoga bisa membantu meredakan ketidaknyamanan Anda." Santi mengangguk dan berusaha untuk bersantai, menikmati setiap sentuhan lembut yang diberikan oleh Ijah. Meskipun ia masih merasa cemas tentang situasinya dan masa depannya, bantuan Ijah memberikan sedikit ketenangan di pagi yang sulit ini. Setelah beberapa menit, Ijah berhenti dan memberi Santi waktu untuk merasakan perubahannya. "Bagaimana perasaan Anda sekarang, Nyonya?" Santi membuka matanya dan tersenyum sedikit. "Terima kasih, Bi. Pijatan ini sangat membantu. Aku merasa sedikit lebih baik sekarang." Ijah tersenyum penuh kepuasan. "Saya senang mendengarnya. Jika Anda membutuhkan bantuan lain, jangan ragu untuk memberi tahu saya." Santi merasa lebih nyaman dan siap untuk menghadapi hari tersebut. Ia merasa berterima kasih atas perhatian dan kebaikan Ijah, yang membuat hari-harinya di vila ini terasa sedikit lebih manusiawi di tengah-tengah situasi yang sulit dan tidak terduga. Setelah merasa sedikit lebih baik setelah pijatan, Santi berusaha untuk berdiri dan kembali ke kamar untuk beristirahat. Namun, saat ia melangkah menuju kamar, tubuhnya tiba-tiba terasa lemas. Langkahnya semakin goyang, dan tanpa bisa mengendalikan dirinya, Santi akhirnya jatuh ke lantai dengan tak sadarkan diri. Ijah yang sedang berada di dapur mendengar suara jatuh dan segera berlari menuju kamar untuk memeriksa. Ketika ia melihat Santi tergeletak di lantai, Ijah langsung panik. "Ya Tuhan, Nyonya Santi!" Ijah berseru sambil menjatuhkan cangkir teh yang masih ada di tangannya dan berlari mendekat. Ijah segera membungkuk dan memeriksa kondisi Santi. Ia memeriksa denyut nadi dan mencoba untuk memastikan bahwa Santi masih bernapas. Setelah memastikan bahwa Santi tidak mengalami kondisi darurat yang lebih serius, Ijah berusaha untuk mengangkatnya dengan hati-hati dan membawanya kembali ke tempat tidur. Ijah meletakkan Santi dengan lembut di tempat tidur dan segera mengambil handphone untuk menghubungi dokter terdekat. Ia juga memberitahukan kondisi Santi kepada Arman melalui pesan singkat. Sementara itu, Ijah menjaga Santi dengan penuh perhatian, berharap agar ia segera sadar dan merasa lebih baik. Dalam suasana yang cemas, Ijah berdoa agar Santi mendapatkan bantuan yang diperlukan dan bisa pulih dengan cepat dari kondisinya yang tidak menyenangkan ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD