12 | Rumah Kaca

1123 Words
Dan di sinilah sekarang Bella dan Austin. Berada dalam satu lift. "Kita ke lantai satu dulu..." seru Austin setelah memencet tombol. "Ah iya...." gugup Bella yang terus meremas tangannya. "Kenapa aku jadi gugup seperti ini..." batin Bella. Tingg! "Ayo..." lagi-lagi seruan Austin, membuyarkan lamunan Bella. "Ah iyaa..." jawabnya dan ikut keluar dari lift. "Ini adalah ruang untuk pengolahan bahan mentah dan produksi... lalu di sudut sana bagian pengiriman barang..." terang Austin. Sambil berjalan beriringan, Austin tersenyum dan menjelaskan secara detail isi perusahaan, "Sama dengan lantai dua dan tiga... Semua di fokuskan untuk produksi, design, dan pengiriman, tergantung pembagian. Seperti di lantai satu ini menangani bagian elektronik, sedangkan lantai dua menangani bagian kosmetik, sedangkan lantai tiga menangani bagian design dan promosi..." Bella berbinar-binar dan begitu antusias mendengar penjelasan dari Austin. Dia tidak menyangka perusahaan yang didirikan oleh suaminya dan Austin berkembang pesat seperti ini. "Ayo ke lantai dua dan tiga..." ajak Austin. "Kau pasti akan senang berada di sana..." lanjutnya. "Iya… ayo..." sahut Bella antusias. Akhirnya, mereka naik ke lantai dua dan tiga. Benar saja Bella menjadi sangat ceria melihat para pekerja meracik segala jenis kosmetik dan pencampuran warna yang sangat mengagumkan. "Ini luar biasa Austin...!!" puji Bella tidak dapat menutupi kekagumananya. "Iya.. ini luar biasa, berkat kehebatan Steve dalam memimpin perusahaan… Dia menjadi seorang CEO yang hebat..." setuju Austin. "Aku bersyukur, rasa khawatirku terlalu berlebihan… Tidak mungkin akan terjadi sesuatu, ini sebuah kantor, tidak mungkin dia akan melakukan hal gila seperti saat itu…" pikir Bella tenang. Menghembus nafas lega, dan membuang seluruh kekhawatiran di dadanya. "Kamu mau ke ruangan Steve...? Sebelum kita naik melihat rooftop? Di sana ada taman yang indah dan coffee machine..." tanya Austin sebelum masuk ke lift. "Ah... Ke ruangan Steve ?? Sepertinya tidak perlu... Dia pasti sedang sibuk saat ini..." jawab Bella cepat. Dia tidak ingin Steve berpikiran aneh-aneh. "Benarkah..? Kalau begitu kita langsung ke rooftop, tempat yang paling indah di kantor ini...!" ucap Austin dan tersenyum melihat Bella. "Uhmmm Ok...!" balas Bella, ikut masuk ke dalam lift. Austin menekan tombol teratas. Dan... Tingg "Ayo..." ajak Austin, keluar dari lift. Mereka berjalan sebentar kemudian tepat di balik tembok ada sebuah taman. "WOW... Austin... Ini sungguh indah...!!" kagum Bella terpana melihat taman yang begitu indah di bagian teratas gedung ini. Steve tidak pernah sekalipun mengajak dirinya berkeliling seperti ini atau sekedar menceritakan ke dirinya bahwa ad ataman seindah ini di kantor. "Yes, di sini merupakan tempat terfavorit para staff untuk berbincang, untuk melepaskan penat, atau hanya sekedar menikmati kopi instant dari mesin kopi di sana...! Steve merupakan seorang CEO yang sangat di kagumi oleh para staff karena kepiawaiannya sebagai atasan, dan tentu saja karena dia sangat tampan.. ehheheheh...." jelas Austin dan duduk di kursi taman, sambil menunjuk ke arah mesin kopi. Bella pun duduk berhadapan dengan Austin, mengambil kursi yang berbeda. "Wah benarkah ?? Hahhaha... Steve memang sedari dulu selalu menjadi idola!" senang Bella. "Apa kau ingin mencoba kopi disana..?" tanya Austin. "Hmm.. tidak usah, aku sudah minum kopi di cafe tadi..." tolak Bella. "Hmm oke...!!" "Taman ini sangat cantik..." gumam Bella, rambutnya ditiup angin, terlihat sangat cantik. "Iya, semakin cantik karena hanya ada kita berdua!" gumam Austin yang tidak di dengar Bella. "Pak Austin...?" sapa Nick. "Hai Nick...!!" balas Austin santai. "Ehh... Ada Ibu Bella..." sambung Nick terkejut. "Kenalkan Bella, ini adalah salah satu pria tampan di perusahaan kita!" goda Austin. "Pakkk...." sela Nick memasang wajah malunya. "Hehhehe... Hai Nick, kita ketemu lagi...!" sapa Bella. "Ehh… Iya Bu..." balas Nick malu-malu. "Ada apa, kau naik ke taman? Apa kau ada janji dengan teman kencanmu..?" tanya Austin kepada Nick. "Bukan Pak, saya hanya ingin mengambil kopi. Tapi Pak Austin dan Bu Bella, sedang apa berdua di sini?" Nick balik memberikan pertanyaan. "Ehmm..." gumam Bella bingung mau menjawab apa. "Ohh... Aku hanya menemami Bella berkeliling kantor, dan menunjukkan kalau kita punya taman yang indah...!! Tapi karena Bu Bella tidak ingin mengganggu Pak Steve yang sedang meeting, jadi aku menyembunyikannya sebentar di sini... hehheheh" jawab Austin santai. "Ohhh..." jawab Nick dengan wajah bingung. Austin berjalan mendekati Nick dan memegang bahunya, "Jadi, tolong jangan katakan apapun ke Pak Steve ya!" "Ah… Iya Pak..!" jawab Nick mengerti. "Ayo Bel, kita ke taman yang bagian sana...!" seru Austin. "Ok... Bye Nick, yang semangat ya kerjanya...!!!" ucap Bella sebelum berlalu meninggalkan Nick. "Iya Bu..." balas Nick singkat sambil melihat Austin dan Bella dengan penuh tanda tanya. "Nah... Ini adalah taman yang di buat untuk para pasangan di kantor ini untuk melepaskan kepenatan mereka..." seru Austin sambil membuka rumah kaca yang berisikan bunga. "Wah... Semua bunga-bunga ini bermekaran dengan indah!" kagum Bella, masuk ke dalam rumah kaca tanpa curiga sedikitpun. Berjalan semakin jauh dari pintu menatap satu persatu bunga berwarni-warni. "Ah!" teriak Bella karena Austin yang tiba-tiba saja menurunkan dress bagian depannya. Sehingga kedua payudaranya terlihat tanpa penutup. "Ah… Euhm!" desahan Bella, ketika Austin mulai meremas kedua payudaranya dan memainkan kedua putingnya dengan begitu intens. "Mari kita bersenang-senang di hamparan bunga ini Bella," bisiknya parau tepat di belakang telinga Bella. "Stop! Austin… Kenapa setiap bertemu kau selalu saja seperti ini!!" amuk Bella menahan tangan Austin. "Dress yang kau pakai membuatku tidak tahan Bel, kau terlalu seksi untuk di abaikan!" balas Austin. "Austin! Berhenti!" teriak Bella yang melihat Austin semakin berani menyibak dress pendeknya ke atas. "Sstt!! Diamlah, Bel... Kau akan mengundang orang untuk masuk ke dalam sini!" bisik Austin dan langsung berlutut dan menurunkan segitiga tipis di balik dress yang di kenakan Bella. "Good! Diamlah seperti ini... Aku pastikan akan membuatmu menikmati ini sampai akhir!" gumam Austin yang sudah menurunkan sempurna segitiga tipis berwarna pink milik Bella. Kemudian dia menarik Bella jauh lebih ke dalam rumah kaca ini, berdiri di balik rak-rak besi. Dinaikkannya dress Bella ke atas sehingga Austin dapat melihat dua gundukan daging indah di depannya. Ia menggigit bibirnya, geram dengan gejolak yang menyerangnya. "Bagaimana kalau ada yang naik ke sini Austin!!" gumam Bella ketakutan. "Tenang saja, semua orang sedang sibuk saat ini... Tidak akan ada yang naik dan masuk ke dalam sini!" seringai Austin yang sudah melebarkan kaki Bella. Siap menyantap hidangan di depannya. Pria itu menunduk dan berlutut, "Ahhh... Uhmm..." desahan Bella terdengar ketika lidah kasar dan hangat Austin menjilati miliknya. Niat hati ingin menggunakan jarinya, Austin berubah pikiran dan ingin mencicipi rasa dari wanita ini. "Ugh Bel, milikmu sangat nikmat! Ini sangat basah!" racau Austin yang terus menyesap inti Bella dengan lahap. Tubuh Bella bergetar hebat mendapatkan serangan demi serangan di bagian tersensitif di tubuhnya. Kakinya terasa begitu lemas, "Austin!" teriak Bella tertahan. "Berbaliklah Bella!" seru Austin, memutar tubuh Bella, kemudian menaikkan satu kaki Bella ke atas bahunya. Dan melanjutkan permainan lidahnya di dalam l**************n milik Bella yang begitu wangi. Bella dengan otomatis menahan tubuhnya dengan menggenggam di kepala Austin dan di bahu lebar Austin. "Ahhh... Austin...!" Cekleek Krieettt
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD