Di sebuah Coffeeshop, Bella menunggu sahabatnya sambil menyesap Ice Americano.
Bella yang hanyut dalam pikiran tidak sadar ketika sahabatnya sudah berdiri didepannya.
"Bella ?" panggil Giselle dengan senyuman manis di wajahnya.
"Giselle ?!" kaget Bella dan berdiri menyambut sahabatnya. Dan saling mengecup kedua pipi, kiri kanan.
Giselle duduk tepat di depan Bella dan memicingkan matanya. Seolah menyelidik apa yang Bella risaukan.
"Kamu ada masalah ?" tanya Giselle to the point.
Dengan sedikit keraguan, Bella ingin bercerita kepada sahabatnya ini, tapi dia cukup malu. Namun, saat ini hanya Giselle lah tempatnya untuk berbagi cerita dan berkeluh kesah.
Sambil memainkan kedua telunjuknya, Bella berucap pelan "Hmm… Sebenarnya aku dan Steve sudah hampir dua tahun ini tidak melakukan hubungan intim."
"A-Apaaa?!" teriak Giselle setelah mendengar apa yang diucapkan Bella.
"Sssttt...!" desis Bella menyuruh Giselle untuk tenang, karena kini mata para pengunjung yang lain menatap mereka.
"Sorry, Jadi… maksud kamu ? Sudah hampir dua tahun kamu dan Steve tidak berhubungan seks sama sekali ?" cerca Giselle.
"Yeah, seperti itulah yang terjadi !" balas Bella dengan wajah tertunduk yang tetap mengulas senyuman tipis di wajahnya.
"Bella, apa kamu tidak masalah dengan hal itu ? Kamu masih sangat muda ! Dan kalian itu suami istri !" tukas Giselle yang shock baru mendengar cerita Bella.
"Mungkin… karena kami sudah berpacaran sejak SMA, dan melewati masa kuliah bersama. Dan saat ini usia pernikahan kami hampir empat tahun. Sudah banyak waktu yang kami habiskan bersama pada masa itu..." gumam Bella yang masih tertunduk mencari alasan atas masalah yang menerpa hubungannya bersama suami.
Giselle menatap sendu ke arah Bella yang hanya tertunduk dan meremas erat ujung rok pendek yang dipakainya.
Dengan suara mengintimidasi, "Apa benar seperti itu...?" tanya Giselle.
Spontan Bella mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Giselle yang menanti kejujuran dari Bella.
Dengan menghembuskan nafas pelan, Bella menyesap Ice Americano dan berkata lirih "Mungkin..."
"Hahh..!" deru nafas Giselle dan menyandarkan dirinya di sandaran kursi.
Giselle meminum Hot Capucinno miliknya.
"Seharusnya kamu mencoba bertermu pria lain sebelum menikah, Bella!" tukas Giselle dengan gemas melihat sahabatnya.
"Bukankah itu sangat sia-sia dengan usiamu yang masih sangat muda dan kecantikanmu, apalagi dengan tubuhnya yang indah ini, Bella !" lanjut Giselle sambil tersenyum iba ke sahabatnya.
Bella tersenyum, "Itu sama dengan suamiku, aku adalah wanita pertama untuknya !"
Giselle dengan wajah tidak percaya tidak dapat menahan volume suaranya, "Maksud kamu ?! Pria seperti Steve William ? Benarkah Bella ?!"
"Hmm, itu benar. Ada beberapa wanita yng dekat dengannya dan sempat menjalin hubungan dengan dirinya. Namun, akulah satu-satunya wanita yang memiliki pengalaman seks dengannya. " jawab Bella dengan jujur.
"Bagaimana bisa kau percaya dengan hal seperti itu ? Laki-laki diluaran sana... Apa kau tidak tahu mereka, Bella ?" sinis Giselle melihat kepolosan Bella.
"Aku percaya, dan aku yakin Steve bukan pria seperti itu !" jawab Bella dengan tegas.
"Lagi pula tanpa hal itu, hubungan kami baik-baik saja dan bahagia..." tutup Bella sambil tersenyum ingin menyudahi percakapan mereka membahas hal ini.
Giselle menarik nafas dan menghembuskannya, dirinya melihat Bella yang memaksa diri untuk terlihat bahagia, "Semoga..." gumam Giselle.
Sedangkan di sudut ruangan milik Steve. Dirinya pun terlibat percakapan cukup serius dengan sahabatnya Austin.
"A-Apaaa! Jadi sudah hampir dua tahun kamu tidak melakukan itu dengan istrimu ?" tanya Austin dengan wajah sengaknya.
Karena perasaan bersalah, Steve terpaksa bercerita kepada sahabatnya. Tentang kendala dalam rumah tangganya.
"Yaaa, seperti itulah..!" suara lemas Steve.
"Padahal tadi malam aku tahu, Bella sudah berusaha untuk memulainya pertama kali. Tapi aku tetap tidak bisa..!" keluh Steve dengan perasaan bersalah mengecewakan istrinya.
Austin menghela napas, tidak habis pikir dengan apa yang di landa oleh Steve. Bagaimana bisa ia mengangguri istri secantik Bella? Bukankah selama ini mereka terlihat harmonis dan sangat romantis.
"Bukankah istrimu sangat cantik Steve ?" selidik Austin menunggu pendapat Steve.
"Ya, Bella sangat cantik dan mempesona..." jawab Steve setuju. Istrinya memang sangat cantik, makanya dia merupakan pria yang beruntung bisa menikahi wanita seperti Bella di saat begitu banyak pria menginginkannya.
Austin pun berpikir dan mengernyitkan alisnya, "Jangan katakan kalau kau memiliki penyakit atau semacamnya ?"
"s**t ! Aku normal dan baik-baik saja Austin !" maki Steve.
"Hahahha, Sorry... Sorry..!!" tawa Austin pun pecah. "Terus sekarang apa kendalanya ?" tanya Austin penasaran.
Apapun yang ia pikirkan, sungguh tidak masuk akal, Steve tidak pernah menyentuh istrinya hampir dua tahun, wanita yang begitu cantik dan mempesona serta seksi.
"Kalau aku jadi kau, setiap malam aku pasti menggoyangnya dengan tubuh seksinya..." gumam Austin dengan senyuman mesumnya.
"Seperti ini... seperti itu... ahhh... nikmat...!" desah Autin sambil menutup mata membayangkan wajah Bella dan tubuh bugilnya.
Bug
Steve melamparkan bantal sofa ke arah Austin, "Sial ! Bisa-bisanya kau membayangkan istriku dengan wajah mesummu itu!" amuk Steve ke sahabatnya.
"Hahahha...! Oke...Oke !" seru Austin menghentikan tawanya dan kembali ke mode serius.
"Jadi, kenapa itu tiba-tiba menjadi lembek ketika kau ingin memasukkannya dan sebelumnya kau sudah ereksi ?" tanya Austin.
Steve mengandarkan punggungnya di sofa."Yah.. seperti itulah, kadang aku alihkan dengan menonton video porno untuk melepaskannya..." jawab Steve jujur.
"Ck...! Dasar bodoh ! Kenapa kau menghabiskan waktu menonton video porno !? Ketika begitu banyak wanita yang menanti untuk kamu tiduri...!" ujar Austin dengan tersenyum smirk.
"Haah ?!" shock Steve mendengar perkataan Austin. Tidak pernah pun terbersit di kepalanya untuk menatap lama wanita lain selain Bella.
"Haaahhh !" kesal Austin melihat Steve yang begitu lama berpikir.
"Bagaimana kalau kau mencoba cari selingkuhan ?" usul Austin dengan tersenyum m***m.
"Apaa-aa!" pekik Steve mendengar usulan Austin.
"Kau gila!" susul Steve mengatai sahabatnya.
Austin hanya tersenyum melihat reaksi Steve.
"Lihatlah ke sana..." bisik Austin mengarahkan pandangan Steve ke arah luar kaca ruangannya.
Steve pun mengikuti pandangan Austin. "Ada apa ?"
"Di sana kau lihat Joy ?" tanya Austin dan di berikan anggukan tidak paham oleh Steve.
"Ada rumor yang mengatakan, kalau Joy sangat menyukaimu dan mengagumimu..." lanjut Austin memprovokasi Steve.
Dan di saat bersamaan. Tatapan mata Joy dan Steve bertemu.
Joy tersenyum manis ke arah Steve dan sedikit membungkuk memberi hormat ke atasannya.
"Joy ?" gumam Steve.
"Yups, sekretarismu yang seksi itu, menyukaimu..." bisikan setan dari Austin.
"Dan bukan hanya Joy yang bisa kamu dapatkan, dengan dirimu yang sekarang adalah CEO di perusahaan ini. Begitu banyak wanita yang siap memberikan tubuhnya untuk kau nikmati !" sambung Austin membuat Steve hanya bisa terdiam.
Tok tok tok
"Permisi Pak Steve, tamu sudah menunggu di Lobby kantor.." sela Nick Julian yang merupakan Assistent pribadi Steve. Pria yang baru dia rekrut, pria muda, tampan dan memiliki kinerja yang sangat baik.
"Ahh iya Nick..!" jawab Steve kemudian berdiri.
"Ingat Steve ! Mungkin dengan begitu membuat hubungan pernikahanmu lebih berwarna..." ujar Austin dan meninggalkan ruangan Steve duluan dengan tersenyum penuh arti.
Steve hanya bisa diam mencerna perkataan Austin dan menatap punggung sahabatnya yang sudah berjalan menjauh.