Bab 9. (Merasakan Kantuk yang Aneh)

1030 Words
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Noval dan Andro pun tiba di pondok kayu itu kembal, tanpa halangan apa pun.  Dua sahabat itu langsung saja masuk ke dalam pondok kayu itu. Mereka berdua sedikit terkejut. Ketika disambut oleh kedatangan salah satu dari pemenang kuis. Yang seusia dengan mereka berdua.       "Hay kalian, aku kira kalian berdua menghilang?" ucapnya dengan suara yang ringan, sambil menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk pondok kayu itu. Hingga membuat Noval dan Andro pun harus menghentikan langkahnya di hadapan orang itu, yang ternyata bernama Andi.        Andi memiliki tinggi badan sedikit lebih tinggi dari Andro dan Noval, tetapi memiliki badan lebih kurus dari badan mereka berdua dan berkulit sawo matang. Wajah Andi mirip orang Bali, dan wajahnya lebih tirus dari wajah Noval. Dengan potongan rambut lurus, belah dua dan agak gondrong.       "Iya, kami tadi sedang mencari angin," jawab Noval, lalu tersenyum ke arah Andi. Yang belum ia ketahui namanya itu. "Angin kok dicari," canda Andi berusaha mencairkan suasana di antara mereka. "Ya, mau mencari apalagi," sahut Noval, lalu tersenyum. kepada Andi.        "Oh ya, kita belum saling berkenalan. Namaku Andi," ujar Andi, sambil menjulurkan tangan kirinya ke arah Noval. Yang terlihat bingung dengan uluran tangan kiri Andi, yang ternyata Kidal.        Noval belum tahu jika Andi kidal. Hingga ia menganggap Andi tak sopan karena memberikan tangan kirinya untuk sebuah perkenalan. Akan tetapi sebagai seorang yang lahir di Jakarta, Noval dapat memaklumi hal itu. Sebagai sebuah perbedaan yang wajar di dalam lingkup pergaulannya selama ini.       "Aku, Noval," sahut Noval menjulurkan tangan kanannya. Lalu bersalaman dengan tangan kiri Andi yang segera menyadari kesalahan dalam perkenalan dengan orang lain.       "Maaf, bukannya aku tidak sopan. Tapi aku memang kidal. Jadi aku tidak biasa, menggunakan tangan kananku untuk segala hal," jelas Andi, sambil melepaskan jabat tangannya kepada Noval. Lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Andro, yang segera disambut oleh Andro dengan penuh semangat.       "Andro," ucapnya yang segera melepaskan jabat tangannya kepada Andi.       "Tidak apa-apa ko Ndi, itu hanya masalah kebiasaan saja. Kalau kamu biasanya seperti itu dan merasa nyaman. Ya sudah lakukan saja," timpal Noval atas ucapan Andi tadi. Seolah seorang yang bijaksana saja.       "Terima kasih atas pengertian, Val ...," ujar Andi, lalu mengembangkan senyumannya ke arah Noval.       "Ya, aku dan Andro kan anak metropolitan. Jadi kami, sudah terbiasa dalam menghadapi segala perbedaan yang ada selama ini," ujar Noval dengan penuh percaya dirinya, lalu terkekeh.       "Ya sudah, kita makan yu ...," ajak Andi, lalu membalikan tubuhnya dan melangkahkan kakinya, menuju meja makan yang ada di dalam pondok kayu itu.       Setelah mereka tiba di meja makan itu. Andro dan Noval melihat meja makan itu telah berantakan dengan kotak nasi yang diberikan oleh Lelaki Berewokan itu, saat berada di kapal laut tadi.       "jadi yang lain sudah pada makan ya?" tanya Noval, menerka dengan keadaan yang sedang ia lihatnya.       "Ya, mereka sudah makan saat kalian pergi," jawab Andi.       Noval pun lalu melihat ke arah 3 nasi kotak yang tersisa.       "Lalu kenapa, kamu belum memakannya?" tanya Noval, dengan penuh selidik kepada Andi.       "Aku menunggu kalian. Aku takut kalian hilang di Pulau Hitam ini," sahut Andi, dengan rasa kekhawatirannya. Yang tak dipahami, apa maksudnya oleh Andro dan Noval sama sekali. "Aneh, baru saja kenal. Tapi sudah mengkhawatirkan aku dan Andro," gumam Noval di dalam hatinya. Yang tak berani ia keluarkan.       "Yang lain pada ke mana sekarang?" tanya Andro kali ini.       "Mereka sudah tertidur di dalam kamarnya masing-masing. Dan kebetulan kita kebagian 1 kamar berempat," jawab Andi, dengan nada lembut.       "Berempat?" tanya Andro, penuh selidik.       "Ya, satu orang lagi bernama Aryo. Ya sudah, sekarang kita makan saja. Nanti masuk angin," kata Andi dengan penuh perhatiannya terhadap dua orang yang baru ia kenalnya.       Andi lalu duduk di bangku kayu yang mengelilingi meja makan itu. Yang diikuti oleh Andro dan Noval yang saling berhadapan dengan Andi.        Mereka bertiga lalu tanpa banyak bicara lagi. Langsung menyantap nasi kotak itu dengan lahapnya. Seakan orang yang sedang kelaparan saja.  Terlihat Andi memasukan makanan itu dengan tangan kirinya, bukan dengan tangan kanannya. Seperti Andro dan Noval. Yang masih melihat aneh Andi dengan kidal nya itu. Selang beberapa menit kemudian, akhirnya mereka bertiga sudah menyelesaikan makan mereka.  "Kenyang juga," ucap Andro, lalu menguap yang tak dihiraukan oleh siapa pun. Mereka bertiga lalu berdiri dan menuju ke wastafel yang ada di ruangan itu. untuk mencuci tangan mereka, yang sudah dipakai untuk menyuapi makanan ke dalam mulut mereka.        Selesai mencuci tangan mereka. Mereka bertiga lalu menuju ke dalam kamar yang akan mereka tempati untuk tidur.  Setibanya di dalam kamar itu. Andro dan Noval lalu melepas sandal gunung yang mereka kenakan.  Andro lalu menaruh tas ranselnya di pojok kamar itu, setelah ia biarkan begitu saja di ruang tamu pondok kayu itu. Setelah mengambil 2 celana pendek dan 2 kaos lengan pendek terlebih dahulu. Untuk ia dan Noval kenakan, untuk mengganti pakaian yang tadi ia dan Noval kenakan.       "Val mandi dan ganti baju yu," ajak Andro, kepada Noval.       "Bareng?" tanya Noval, dengan mengerutkan dahinya. Seakan tak pernah mandi bareng selama ini.       "Ya, bareng lah biar tidak repot. Biasanya juga kita sering mandi bareng kan?" timpal Andro, yang segera melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.        Dan Noval pun lalu mengikuti Andro ke dalam kamar mandi itu dari belakang. Walaupun sebenarnya ia malas mandi.       Di dalam kamar mandi, mereka mandi bersama. Tanpa risih sama sekali. "Entah kepada, aku merasakan ngantuk sekali," ujar Noval, lalu menguap panjang. "Aku juga sama. Mungkin kita kelelahan, sama dengan yang lain," sahut Andro, lalu menguat juga. "Kalau begitu, ayo cepat kita mandi," Noval pun mempercepat mandi mereka. Begitu juga dengan Andro. Hingga mereka berdua menyelesaikan mandi mereka. Dan tak beberapa lama kemudian, mereka sudah keluar kembali. Dengan pakaian yang telah berganti.  Tampak di penglihatan mereka berdua. Andi sudah terlelap bersama Aryo di spring bed, yang terletak di pojok kamar itu. Dan entah kenapa Andro dan Noval pun merasakan kantuk yang semakin menggila saja. Yang menggila begitu saja di diri mereka. Tanpa mereka berdua ketahui sebabnya sama sekali. Hingga mereka berdua yang biasa tidur tengah malam. Kini tertidur di spring bed bersama, diawal malam itu.  Entah ada apa dengan mereka, hingga mereka seperti itu. Dan malam pun terus melarut di Pulau Hitam, yang berada di Gugusan Pulau Kematian. Untuk memberi misterinya bagi mereka semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD