Bab 43. (Kedatangan Malaikat Putih)

1128 Words
Matahari akhirnya benar-benar tenggelam ditelan oleh kegelapan malam. Hingga membuat langit tak seterang tadi. Walaupun Bulan purnama masih terlihat menghiasi langit. Sebagai ratu malam, penguasa semesta kegelapan. Tampak di dalam pondok kayu itu di dalam ruang tamu, setelah mereka makan malam. Para pemenang kuis yang tersisa, dikejutkan oleh kehadiran SMS dari Malaikat Hitam. Yang memberitahukan tentang kematian 2 anggota mereka. "Kami tengah berduka, 2 anggota kami telah mati. Maka malam ini, kami tidak akan mencabut nyawa kalian ...," isi SMS itu. Yang dibaca di ponsel mereka masing-masing, kecuali Noval. Yang memang sejak awal, nomor telepon selulernya tak ada di tangan mereka. Yang tentu saja hanya memiliki nomor seluler dari Ayu Puspita. "Apakah kita harus mempercayai mereka?" ucap Andi, dengan pandangan yang menerawang jauh. Seakan sedang melihat masa depan saja. "Percaya atau tidak percaya. Lebih baik kita tidur saja. Dan lebih baik kita tidur dalam satu kamar saja, agar keselamatan kita lebih terjaga," ucap Tino, lalu menguap. Pertanda dirinya benar-benar mengantuk. "Ya, lebih baik kita tidur di dalam kamar besar yang aku tempati. Kita tidak bisa memaksakan diri untuk terjaga terus," ucap Noval, seakan meminta persetujuan kepada semuanya. Semua mata pun memandang ke arah Noval, atas perkataannya itu. Yang membuat mahasiswa tampan itu merasa kikuk. "Ya, mereka juga pasti kelelahan. Sama seperti kita. Lebih baik sekarang kita tidur," sambung Andro. Lalu bangkit dan melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang ia tempati selama ini. Dengan tak mempedulikan hal apa pun lagi. Tampak langkah Andro pun lalu diikuti oleh Noval dan yang lainnya. Untuk menuju ke dalam kamar yang biasa ditempati oleh Noval, Andro, Andi dan Aryo secara bersama untuk tidur. Setelah mereka semua berada di dalam kamar besar itu. Mereka pun tertidur semua. Tanpa menyadari, jika di antara mereka ada seorang penyusup, dari 7 Malaikat Kematian. Yaitu Malaikat Putih. Yang sangat rapih di dalam penyamarannya. Hingga saat ini, mereka pun belum menyadarinya sama sekali. Tentang siapa sebenarnya sang penyusup itu. *** Noval tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya. Perasaan dirinya baru saja terlelap. Dirinya terbangun karena mendengar langkah kaki di dalam ruang tamu pondok kayu itu. Yang terdengar mondar-mandir di ruang tamu pondok kayu itu. Dengan sangat jelas sekali. Mahasiswa tampan itu langsung saja melihat ke arah sekeliling kamar terang itu. Di mana temannya termasuk Andro yang ada di sampingnya. Masih terlelap dengan pulas nya. Seolah tak terpengaruh sama sekali dengan langkah kaki yang terdengar begitu jelas dari ruang tamu itu. "Semuanya sedang tertidur. Lalu siapa yang mondar-mandir di rumah tamu. Seakan sengaja, agar ada yang keluar dari dalam kamar itu," ujar Noval di benaknya, dengan penuh selidik. "Jangan-jangan itu, anggota dari 7 Malaikat Kematian?" tebak Noval di dalam hatinya. "Lebih baik aku tertidur saja," Noval pun memejamkan sepasang matanya kembali. Noval berusaha untuk tertidur kembali. Akan tetapi dirinya tak mampu sama sekali. Suara langkah kaki itu, semakin terdengar jelas dan keras di sepasang telinganya. Seakan sengaja melakukan hal itu. Agar Noval keluar, untuk menemui dirinya. "Lebih baik aku bangunkan Andro. Untuk melihat siapa yang ada di ruang tamu itu," Noval pun menggoyangkan tubuh Andro yang ada di samping kanannya. "Ndro, bangun ...," kata Noval dengan suara lirih. Agar yang lainnya, tak terganggu dengan suaranya. Akan tetapi sahabatnya itu tetap saja terdiam. Walaupun dirinya sudah menggoncang-goncang kan tubuhnya dengan keras. Andro seperti tak bernyawa saja. Hingga tak terbangun walaupun sudah diperlakukan seperti itu. Hingga membuat Noval semakin kebingungan saja. "Aneh?" Noval lalu memeriksa lubang hidung Andro, untuk memastikan jika sahabatnya itu masih hidup. Ada udara dari sepasang lubang hidung sahabatnya. Yang memastikan jika Andro masih hidup. "Andro baik-baik saja. Tetapi kenapa tak terbangun. Atau jangan-jangan ia terkena obat bius? Lebih baik aku periksa Tomy," Noval lalu berbalik arah. Untuk memeriksa Tomy, yang ternyata masih bernapas pula. Ia lalu membangunkan Tomy dengan cara menggoyangkan tubuhnya. "Tom, bangun," kata Noval, di telinga Tomy dengan sedikit keras. Akan tetapi hasilnya tetap saja sama dengan apa yang terjadi dengan Andro. Tomy tak terbangun sama sekali. Seakan orang yang terkena obat bius saja. "Ini benar-benar aneh. Kenapa hanya aku yang terjaga?" tanya Noval di dalam hatinya. Semakin kebingungan dengan apa yang terjadi. Noval terus berusaha untuk memejamkan matanya. Akan tetapi sayangnya. Tak bisa sama sekali. Hingga tetiba saja. Langkah kaki yang mondar-mandir di ruang tamu pondok kayu itu menghilang begitu saja. Sehingga suasana pun menjadi benar-benar sepi, seperti sediakala. "Sepertinya orang itu sudah pergi. Suara langkah sudah tak terdengar lagi," ucap Noval di dalam hatinya. "Tapi aku menjadi penasaran. Apa benar tadi ada orang di ruang tamu. Atau hanya halusinasi ku saja. Pasti ada jejak sepatu, jika itu mereka," Noval lalu membuka matanya, bangkit dan membuka pintu kamar itu. Lalu melangkahkan kakinya menuju ke ruang tamu yang ada di pondok kayu itu. Setibanya di ruang tamu pondok kayu itu. Mahasiswa itu lalu memeriksa lantai ruang tamu itu. Untuk mencari jejak langkah kaki, sosok dari langkah kaki yang sedari tadi. Mondar-mandir di ruang tamu. Akan tetapi dirinya tak menemukan jejak kaki setapak pun. Yang membuat dirinya bingung. Semua temannya tak ada yang terjaga. Siapa lagi, jika bukan anggota dari 7 Malaikat Kematian. Begitu yang ada di dalam pikirannya. "Apa aku benar-benar sedang berhalusinasi?" tanya Noval di dalam hatinya, dengan penuh kebingungannya. Sambil berjalan ke pintu utama pondok kayu itu. Untuk memeriksa, apakah pintu itu masih terkunci atau tidak. Dan Ternyata tidak. Yang membuat Noval semakin kebingungan saja. "Bisa gila aku memikirkan hal ini. Lebih baik aku kembali tidur," kata Noval masih di dalam hatinya. Baru saja dirinya ingin berbalik arah. Tiba-tiba ada suara yang berkata kepada dirinya, dari arah belakang. "Apakah kau mencari aku?" tanya suara itu, yang ternyata Malaikat Putih yang diduga sudah mati. Deg! Jantung Noval pun berdegup dengan begitu kencangnya, mendengar suara dari orang yang tak dikenalnya sama sekali secara tiba-tiba. Yang muncul bagai hantu saja. Noval pun bergegas berbalik arah, dan langsung saja melihat sosok dari Malaikat Putih. "Siapa kau!?" tanya Noval, sengaja berteriak. Agar teman-temannya bangun. Dan hal itu pun disadari oleh Malaikat Putih. "Jangan berteriak seperti itu. Takkan ada yang mampu mendengar suaramu. Dan tenang saja, aku ke sini bukan untuk membunuhmu dan teman-temanmu. Karena aku bukan bagian dari mereka," tutur Malaikat Putih dengan dinginnya. "Lalu tujuanmu apa, ke sini?" tanya Noval, penuh selidik. Sembari berniat pergi dari hadapan Malaikat Putih. Namun semua itu sia-sia saja. Dirinya tak mampu menggerakkan tubuhnya sama sekali. Sepasang kaki seakan terpaku di Bumi. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku?" tanya Noval di dalam benaknya. Benar-benar tak tahu, dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Pikiran, hati dan jiwanya. Benar-benar kalut dengan apa yang sedang ia alami. Hingga ia pun tak tahu. Apa yang sedang terjadi dengan dirinya adalah sebuah kenyataan, fatamorgana nya saja atau hanya mimpinya saja. Hingga dirinya pun benar-benar bingung. Akan tetapi yang pasti, apa yang sedang ia alami. Benar-benar membuat dirinya ketakutan setengah mati. Walaupun berusaha ia sembunyikan dari Malaikat Putih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD