Bab 73. (Nyaris Saja Mati)

1121 Words
Malam masih menaungi rumah Mario, yang tiba-tiba saja terbangun. Karena dirinya merasa ada tamu tak diundang yang memasuki rumahnya. Dirinya langsung saja bangkit dari tidurnya, tanpa mempedulikan Warno dan Warmo yang masih tertidur dengan begitu lelapnya, di peraduannya. Mario tak ingin mengganggu mereka tidur. Yang bisa saja mengganggu rencana dirinya. Untuk menangkap tamu yang masuk ke rumahnya, berdasarkan filing nya itu. "Siapa lagi yang datang? Apa itu utusan dari Malaikat Hitam. Setelah membaca dan melihat foto yang aku kirim, jika Warno dan Warmo sudah mati, aku racun?' tanya Mario di dalam hatinya, sambil membuka pintu kamarnya. Dengan penuh penasarannya. "Lebih baik aku ke balkon. Agar aku dapat melihat siapa yang datang," Mario pun menutup pintu kamarnya secara perlahan-lahan. Lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah balkon rumahnya. Untuk menyelidiki, siapa yang sudah berani menyusup ke dalam rumahnya. Tak memerlukan waktu lama, Mario pun tiba di balkon itu. Dirinya langsung saja melihat sesosok bayangan hitam, yang berdiri membelakangi dirinya. Di depan pintu gerbang rumah besarnya yang tertutup. Dengan penuh keangkuhannya. Mario pun begitu terkejut. Ketika mengetahui, jika sosok bayangan itu adalah Malaikat Hitam, dengan kostum lengkap. Yang sudah membantai anjing penjaganya dengan sabit hitamnya. Dengan begitu sadisnya. Tanpa perasaan sama sekali. "Bagaimana bisa ia datang secepat ini ke rumahku. Padahal ia tak tahu sama sekali rumahku ini?" tanya Mario di dalam hatinya, dengan penuh kebingungannya. Terhadap kehadiran Malaikat Hitam, yang hadir seperti hantu di rumahnya. Karena Mario tahu, jika Malaikat Hitam sedang berada di Kepulauan Kematian. Jadi mana mungkin bisa datang ke rumahnya secepat ini. "Mario turun kau! Aku datang untuk menghukum mu!" kata Malaikat Hitam, dengan suara yang terdengar jelas di telinga Mario. Padahal Malaikat Hitam hanya bicara biasa saja. Bukannya sedang berteriak. "Peduli setan bagaimana ia datangnya. Tapi yang pasti, berani datang ke rumahku. Ia sudah siap mati. Akan ku jadikan ia makanan ikan-ikan piranha ku karena sudah berani membunuh anjing kesayanganku," ujar Mario di dalam hatinya, dengan penuh kegeramannya. Mario lalu turun dengan menggunakan pohon jambu air yang tumbuh di depan balkon rumahnya. Saat berada di ketinggian 2 meter, Mario pun melompat dari pohon jambu itu. Dengan begitu mantapnya. Setibanya di tanah ia pun lalu berlari menuju Malaikat Hitam yang berada 1 meter di depan pintu gerbang rumahnya, yang tertutup dan menjulang tinggi. Mario lalu menghentikan langkahnya 1,5 meter di belakang Malaikat Hitam. "Dari mana kau tahu rumahku. Dan berani sekali kau membunuh anjing kesayanganku!" ujar Mario dengan penuh kegeramannya terhadap Malaikat Hitam, yang tetap saja membelakangi dirinya. Seakan tak mempedulikan Mario, yang sudah sangat geram terhadap dirinya. "Di mana kau berada, tentu aku dapat melacak keberadaan mu. Walaupun kau itu hanyalah Malaikat Biru Cadangan. Tentang anjing itu, jika ia tak menyerang ku. Mana mungkin aku membunuhnya," jawab Malaikat Hitam dengan nada yang sangat dingin. Seakan tak merasa bersalah sama sekali, setelah membunuh anjing piaraan Mario, dengan begitu kejamnya. "Kalau kau tak berniat jahat. Pasti anjing ku tak akan menyerang mu!" ujar Mario, dengan penuh amarahnya terhadap Malaikat Hitam. "Jangan merasa superior, karena ini rumahmu. Kau tetap lemah, Malaikat Biru cadangan ...," ejek Malaikat Hitam kepada Mario, lalu tertawa dengan penuh keangkuhannya. "Kita buktikan saja ...," Mario lalu mendesis, untuk memanggil sepuluh ular berbisanya. "Aku ingin kau mati di sini. Dan akan ku jadikan makanan ikan piranha ku," lanjut Mario, lalu tertawa. Yang tak dihiraukan oleh Malaikat Hitam sama sekali. Yang akhirnya membalikan tubuhnya. "Daripada kita hanya saling berbicara. Lebih baik kita tentukan siapa yang kuat di antara kita. Dan biar adil, aku tak akan menggunakan s*****a," Malaikat Hitam pun lalu membuang sabit bergagang hitam miliknya begitu saja di tempat itu. "Jangan menyesal, kalau itu keputusanmu," kata Mario, bersiap menyerang Malaikat Hitam, dengan seringainya. Agar dapat membunuh Malaikat Hitam dengan cepat. "Tak ada kata menyesal di dalam kamus hidupku ....," Malaikat Hitam pun lalu menyerang Mario dengan penuh agresifnya. Diserang dengan penuh nafsu, tentu saja Mario tak tinggal diam. Dirinya pun menahan semua serangan dari musuhnya, dengan seluruh kemampuan yang ada. Duel sengit pun terus terjadi di antara mereka berdua. Walaupun Malaikat Hitam menggunakan kostum yang begitu merepotkan. Akan tetapi ternyata gerakannya lebih lincah dan bertenaga daripada Mario. Yang memiliki kemampuan bela diri di atas Marco. "s**l! Dia begitu kuat, aku mengeroyoknya dengan Marco pun. Belum tentu dia dapat dikalahkan," kata Mario di dalam hatinya. Sambil melihat ke arah ular-ular berbisa yang sudah datang ke arahnya. Mario pun akhirnya terkena pukulan dari Malaikat Hitam. Hingga dirinya pun terhuyung beberapa langkah ke belakang. "Para Cantik ku, habisi mereka," perintah Mario kepada ular-ular berbisa yang ada di sekitar tempat itu. Mendengar perintah dari majikannya. Sepuluh ular berbisa itu pun segera menerjang Malaikat Hitam dari segala arah, untuk memberikan gigitan beracun kepada Malaikat Hitam. Akan tetapi baru saja menyentuh tubuh berkostum malaikat hitam itu. Ular-ular berbisa itu pun mati begitu saja. Tanpa diketahui sebabnya yang pasti. Melihat akan hal itu. Mario terkejut bukan main. Dirinya tak habis pikir, kenapa sepuluh ular berbisa kesayangannya mati begitu saja. Tanpa sebab yang ia ketahui sama sekali. "Kenapa ular-ular itu mati begitu saja?" tanya Mario dengan penuh keheranannya. Seakan tak percaya dengan kejadian yang ia lihatnya. "Kau memiliki mainan apalagi, Malaikat Biru cadangan?" ejek Malaikat Hitam, yang membuat Mario semakin geram saja terhadap Malaikat Hitam. "Kau benar-benar sudah membunuh semua piaraan ku!" teriak Mario, lalu kembali menyerang Malaikat Hitam dengan penuh nafsunya. "Lalu kenapa, kau pun akan segera aku bunuh ...," sahut Malaikat Hitam, sambil menerima serangan membabi buta dari Mario. Mario yang sudah kalap, terus menyerang lawannya dengan membabi-buta. Yang dilayani oleh Malaikat Hitam dengan begitu santainya. "Kenapa ia berbeda dengan yang aku kenal selama ini? Jangan-jangan benar apa yang sempat dikatakan oleh Merah. Jika Malaikat Hitam ada dua. Bukan memiliki kepribadian ganda. Mungkin sama seperti aku dan Mario. Dan ini adalah, Malaikat Hitam yang kuat," spekulasi pun berkembang liar di benak Mario, sambil terus menyerang Malaikat Hitam yang akhirnya dapat mencekiknya. Hingga membuat Mario sulit untuk bernapas, seketika itu juga. "Pada akhirnya, kau pun akan mati ...," ujar Malaikat Hitam, kepada Mario yang kesulitan bernapas. Dan menggunakan kedua tangannya, untuk melepaskan tangan kiri Malaikat Hitam, yang mencekik lehernya dengan begitu kuatnya. Akan tetapi semuanya sia-sia saja. Cekikan dari Malaikat Hitam semakin kuat saja. Yang membuat Mario pasrah dengan kematiannya. Namun saat Mario sudah pasrah dengan kematiannya. Tiba-tiba saja terdengarlah suara Warno dan Warmo yang memanggil dirinya dengan begitu kerasnya. Yang membuat Mario merasakan sedang terjadi gempa bumi saja. "s**l! Kali ini aku gagal membunuhnya," ujar Malaikat Hitam di dalam hatinya dengan penuh kekesalannya. Malaikat Hitam pun lalu berubah menjadi asap hitam, yang menghilang tertiup oleh angin malam. Sedangkan Mario terlihat langsung jatuh ke tanah dengan begitu kerasnya. Bruk! Mario seakan sudah tak berdaya sama sekali. Dengan pandangan yang begitu gelap. Hanya terdengar suara Warno dan Warmo yang terus memanggil-manggil namanya dengan begitu kerasnya di benaknya.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD