Bab 5. (Menunggu Sesuatu Yang Tak Pasti)

1125 Words
      Mobil yang dikendarai oleh Ayu lalu melaju meninggalkan rumah Andro, dengan kecepatan tinggi. Untuk menuju tempat yang sudah ditetapkan oleh penyelenggara kuis aneh itu. Suatu tempat yang tak pernah dikunjungi oleh Noval dan Andro selama ini.   Akan tetapi mereka tetap saja nekat. Karena rasa penasaran mereka sebagai anak muda yang teramat tinggi. Dengan kuis aneh, yang tak jelas itu. Yang bisa saja hanya kerjaan orang-orang aneh saja. Sebagai pancingan, untuk melakukan niat jahat mereka. Di dalam perjalanan itu. Mereka bertiga terus saling terdiam. Seakan tak ada ada topik yang pantas mereka bicarakan sama sekali. Seolah mereka bertiga orang, yang tak saling mengenal satu dengan lainnya. Hanya ada suara musik dari tape di dalam mobil itu, yang merupakan lagu pop kesukaan Ayu.  Tetap terdiam, bermain dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga akhirnya Noval pun bersuara. Untuk menghentikan keheningan di antara mereka bertiga. "Ayu, kamu sebelumnya sudah pernah ke daerah Merak?" tanya Noval basi-basi, demi menghancurkan kebisuan di antara mereka bertiga. "Belum pernah," jawab Ayu dengan penuh kejujurannya. Yang membuat Noval terkejut bukan main. Karena berani-beraninya Ayu mengantarkan mereka ke tempat yang belun pernah ia datangi sama sekaki. "Apa nanti kita engga nyasar?" khawatir Noval pun berkata, dengan nada lirih. "Engga, kan pakai aplikasi peta online," sahut Ayu, tetap fokus pada menyetirnya. Yang telah memasuki tol Jakarta-Merak. "Tapi bukannya peta online itu, sering membuat orang nyasar?" ujar Noval dengan penuh kekhawatirannya. Baru saja Ayu ingin berkata. Andro pun sudah berkata terlebih dahulu. "Sudah, jangan banyak bertanya lagi. Serahkan semuanya pada Ayu Puspita. Dijamin kita engga nyasar," ucap Andro, sambil bermain game di ponselnya. Yang membuat Ayu tertawa ringan. Tanpa merespon perkataan sepupunya itu. Noval pun terdiam. Dirinya lalu mengambil ponselnya. Dan langsung saja membaca berita online di smartphonenya. Tak ingin bicara kembali. Hingga tak ada pembicaraan di antara mereka kembali. Yang fokus dengan kegiatan mereka masing-masing, dan jalan pikiran mereka sendiri-sendiri. Terus melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Jakarta menuju Merak. Hingga tak terasa mereka sudah tiba di Merak, pada jam 2 siang.  Namun mereka tiba di pinggiran kota, yang tak mereka kenal sama sekali. Ayu lalu menghentikan laju mobilnya, pada tempat yang telah diberitahu lewat WA. Yang ada pada ponselnya. "Sampai juga. Ini tempat yang dimaksud oleh penyelenggara kuis itu," ucap Ayu, dengan melirik ke arah kiri-kanan jalannya. Yang masih berupa hutan yang cukup jauh dari pemukiman dan aktifitas warga. Yang membuat Ayu, merasa aneh. Dengan jalan yang terlihat sepi. Seperti jalan antar desa saja. Yang jarang dilalui oleh kendaraan umum. "Tapi apa benar, ini tempatnya?" tanya Noval dengan penuh keheranannya. "Aku juga engga tahu. Tapi ya, memang di sini tempatnya. Sesuai dengan map online," tutur Ayu, dengan nada pasrah. Andro dan Noval lalu keluar dari dalam mobil itu, lalu berdiri di samping pintu sopir mobil Ayu. Seakan mereka enggan untuk berpisah saja.       "Yu, sekarang kamu pulang ya. Dan tolong bilangin sama ayah dan ibuku. Kalau aku tidak akan pulang selama beberapa hari," ujar Andro kepada Ayu, seakan ia sedang memberi perintah. Bila Ayu harus mengatakan hal itu, saat dirinya tiba di rumah orang tuanya Andro nanti.        "Iya ..., aku sudah tahu," sahut Ayu datar, lalu tersenyum manis kepada dua pemuda tampan itu.       Setelah mengucapkan akan hal itu. Ayu lalu meninggalkan mereka berdua, dengan mengendarai mobilnya. Meninggalkan Noval dan Andro di pinggir jalan, yang tak mereka kenal sama sekali. Karena baru pertama kali mereka berada di tempat itu. Kebingungan pun segera menerpa mereka. Ketika mobil yang dikendarai oleh Ayu. Sudah benar-benar menghilang dari penglihatan mereka berdua.       "Dro, masa kita disuruh menunggu di tempat seperti ini sih? Bukannya di tempat yang ramai. Untuk menjemput kita ke Merak. Dan bukannya Merak itu pelabuhan penyebrangan, jadi apakah mungkin ada speedboat di sana?" tanya Noval kepada Andro dengan penuh selidik.  Andro tampak keberatan dengan tas ranselnya, yang entah berisi dengan apa dalamnya, selain berisi pakaiannya yang sudah ia kemas, sejak malam tadi. Andro lalu melepaskan tas ranselnya. Lalu meletakkannya di rerumputan hijau yang tumbuh di pinggir jalan antar desa itu. Dirinya pun lalu berjongkok di samping tas ranselnya.       "Aku tidak tahu Val, baru kali ini aku ke tempat ini. Jadi aku tidak tahu banyak tentang hal itu. Lebih baik kita ikuti saja aturan main mereka itu" timpal Andro, sok diplomatis dan bijaksana. Padahal dirinya pun sebenarnya sedang dilanda oleh kebingungan. Dirinya merasa heran dengan dirinya sendiri. Bisa-bisanya menjadi begitu tertarik, untuk ikut ke pulau yang tak kenal ia sama sekali.       "Ya, sudah. Terserah Kamu sajalah ...," jawab Noval dengan sedikit kesal, karena menanti janji yang seakan tak pasti. Dari panatia kuis itu. Noval pun ikut berjongkok di samping Andro. Di mana di belakang mereka ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Hingga mereka pun terlindungi oleh teriknya Matahari di langit. Akan tetapi, jika malam. Pastinya tempat itu seram sekali. Tanpa adanya kendaraan apalagi orang yang lalu-lalang di tempat itu. Terus menunggu dan terus menunggu di pinggir jalan itu. Bersama dengan Matahari yang meninggi di langit tanpa batas. Dengan kesabaran yang mereka paksakan. ***       Waktu pun terus berjalan, melewati batas kesabaran Andro dan Noval sebagai seorang pemuda. Yang ingin semuanya cepat dalam segala hal. Tak ingin menunggu terlalu lama seperti ini. Kesal dan jenuh, sudah memenuhi benak mereka berdua sejak dari tadi. Menunggu dan terus menunggu. Hingga mereka pun sudah menghabiskan sebotol besar air mineral dalam kemasan besar. Akan tetapi sosok yang ingin menjemput mereka belum terlihat batang hidungnya sama sekali. "Jangan-jangan kita hanya dikerjai saja oleh mereka," spekulasi Noval pun berkata. " jangan berpikir yang bukan-bukan, pasti mereka akan menjemput kita di sini," sahut Andro dengan penuh keyakinannya. "Apa kamu engga mengirimnya pesan kepada penyelenggara kuis itu?" tanya Noval, dengan penuh selidik. "Sudah. Tapi engga aktif," sahut Andro, lalu memakan snack yang ada di genggamannya. "Ini aneh, seakan kita engga diberi kepastian," kata Noval, yang tak dihiraukan oleh Andro yang lebih memilih untuk menikmati snack nya. Daripada harus merespon perkataan sahabatnya. Noval terdiam. Tak ingin berbincang dengan Andro kembali. Hingga tampaklah dari kejauhan jalan itu. Sebuah mobil ELF, yang menuju ke arah mereka dengan kecepatan rendah. Seakan sedang mencari sesuatu di pinggir jalan desa itu.  Terlihat mobil ELF itu lalu berhenti tepat di hadapan Noval dan Andro. Tanpa pemberitahuan sama sekali lewat pesan. Jika mereka adalah penyelenggara kuis. Yang akan menjemput mereka berdua. Tampak dari dalam mobil ELF berkapasitas 18 seat itu, keluarlah dua orang lelaki dewasa, dengan penuh kegagahannya.  Satu orang berwajah berewokan dan satu lagi klimis dan berwajah oriental. Yang tak dapat dipastikan pribumi atau bukan oleh Andro dan Noval. Yang saling tatap satu sama lainnya.  Andro langsung saja menghentikan aktifitas memakan snack nya itu. Yang segera ia taruh ke dalam tas ranselnya. Sedangkan botol air mineral besar, ia biarkan saja tergeletak begitu saja di tempat itu. "Apakah mereka berdua itu, adalah penyelenggara kuis aneh itu?" tanya Noval di dalam hatinya. Dengan penuh selidik terhadap mereka berdua. Bersama angin yang menerpa wajah tampannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD