Bagian 3 : Rumah Sakit

1132 Words
Operasi berjalan dengan lancar, membuat Ayara maupun Bima bernapas lega. Bima benar-benar mengucapkan terimakasih kepada Arion karena sudah menangani operasi Ibunya dengan begitu baik. Sekarang Ibu mereka sudah di pindahkan ke ruang rawat dan Ayara tengah menemani Ibunya di ruangan ini. Sementara Bima baru saja keluar karena ada pasien yang harus ia tangani, tanggung jawabnya sebagai Dokter juga tak bisa di abaikan begitu saja meski dia ingin sekali berada di samping Ibunya. “Assalamualaikum..” Suara wanita terdengar memasuki ruangan di mana Ayara dan Ibunya berada. Wanita yang begitu anggun baru saja masuk dengan bingkisan yang berupa buah-buahan di tangannya. Ayara tersenyum melihat kedatangan wanita tersebut, “Waalaikum salam, Tante sama siapa ke sini?” tanya Ayara setelah mengetahui yang masuk ke dalam ruangan ini adalah Tante Tika, teman Ibunya. “Sama anak Tante, tapi dia nunggu di luar,” balas Tika sambil menyimpan buah-buahan yang tadi ia bawa di atas meja. “Bunda kamu sudah mendingan?” tanya Tika. “Pasca operasi, kondisinya sudah mendingan. Bunda butuh istirahat aja, Tan.” “Syukur kalau begitu, Tante waktu itu panik banget waktu Bunda kamu ngeluh sakit sampe akhirnya pingsan.” “Makasih Tante udah bawa Bunda ke rumah sakit, kalau enggak ada Tante saat itu, Ayara enggak tahu lagi gimana kondisi Bunda,” ucap Ayara dengan begitu tulus. Tika tersenyum kemudian mengelus rambut Ayara dengan penuh kasih sayang, wanita itu mengenal baik keluarga Ayara karena Ibunya Ayara adalah teman masa sekolahnya dulu. Ia juga sangat mengenal gadis yang berada di hadapannya ini, gadis kecil yang sekarang sudah beranjak dewasa, dalam hatinya ia selalu berharap Ayara akan menjadi pendamping anaknya, kelak. ***   “Bunda, boleh minta sesuatu sama kamu?” tanya Sarah kepada anak perempuannya. Beberapa hari setelah operasi kondisi kesehatannya berangsur membaik dan sekarang ia sudah pulang ke rumah, meski masih tetap harus menjaga kesehatannya dan tidak boleh sampai kelelahan. “Apa Bun? Ayara bakal lakuin apa yang Bunda mau,” balas Ayara tersenyum. “Bunda mau kamu menikah sama anak dari teman Bunda, Tante Tika.” Perkataan Ibunya itu membuat Ayara terdiam. Menikah? Kenapa permintaan Ibunya ini begitu sulit bagi Ayara? Tapi ia tak ingin melihat Ibunya kecewa, meski ia tahu harus mengorbankan dirinya sendiri. “Kenapa enggak Kak Bima, Bun?” tanya Ayara pelan setelah tadi dia terdiam cukup lama. “Kamu aneh aja, anak Tante Tika kan laki-laki masa sama Kakak kamu.” “Maksud aku, kenapa enggak Kak Bima dulu yang menikah. Ayara masih kuliah, Bun.” Ayara menatap Ibunya dengan penuh harapan, semoga Ibunya mengerti apa yang ia rasakan. “Jadi kamu enggak mau mengabulkan permintaan, Bunda?” Ayara merasa tak enak hati, dia tak ingin membuat Ibunya bersedih,  meski berat hati Ayara pun mengangguk tersenyum, menyetujui permintaan Ibunya. Sarah tersenyum lebar melihat hal tersebut, semua demi kebaikan anaknya, ia ingin Ayara hidup bersama laki-laki yang baik dan begitu juga dengan Tika yang berharap anaknya bisa bersama dengan Ayara. Mereka berdua memang sudah berjanji jika memiliki anak dan berbeda jenis kelamin maka mereka akan menjodohkan anak mereka agar persahabatan yang selama ini mereka jalin menjadi sebuah ikatan keluarga. Sementara Ayara masih memikirkan semua itu, menikah di umur yang saat ini masih menginjak 20 tahun, benar-benar keluar dari target ia sendiri tapi ia tak mungkin menolaknya, Ayara berharap calon suaminya nanti adalah yang terbaik dan bisa menjadi imamnya kelak.   *** “Maksud Mama, aku harus menikah dengan gadis pilihan Mama?” Arion menatap Ibunya tak percaya. Saat ini mereka tengah berada di ruang tengah setelah Arion sampai di rumah, Kartika –Ibunya itu meminta dia untuk bicara empat mata dan Arion begitu terkejut saat Ibunya mengatakan bahwa beliau sudah menjodohkan dirinya dengan anak dari temannya semasa dulu dan yang membuat Arion lagi-lagi terkejut gadis pilihan Ibunya itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. “Iya, kamu mau kan, Bang?” Sorot mata dari Ibunya begitu dipenuhi dengan harapan, tapi Arion masih ragu karena ia baru saja membatalkan pernikahannya yang sudah ia rencanakan bersama dengan kekasihnya. Meski hubungan ini belum di ketahui oleh Ibu dan juga adik kembarnya. “Sebelumnya Arion minta maaf, Ma. Arion bukan ingin menolak permintaan Mama tapi Arion harus jujur kalau selama ini Arion juga sedang merencanakan pernikahan dengan kekasih Arion, kami sudah berpacaran selama dua tahun tapi semua rencana itu gagal dan Arion masih belum yakin dengan perjodohan ini.” Penjelasan Arion membuat Kartika terkejut. Ia sama sekali tak mengetahui tentang ini karena yang ia tahu anaknya itu tak memiliki kekasih, selama ini Arion tak pernah mengenalkan kekasihnya kepada dia. “Kamu enggak pernah cerita kalau kamu punya pacar, kamu anggap Mama ini apa? Sampe hal seperti ini kamu tutupi dari orangtua kamu sendiri,” ucap Kartika dengan nada yang terkesan marah, ia kecewa karena Arion menutupi hubungannya dengan kekasihnya selama dua tahun ini. “Maaf Ma, Arion enggak bermaksud buat menutupi semua ini dari Mama. Cuma Vena memang selalu sibuk dan setiap kali Arion mau kenalin ke Mama, selalu aja ada hal yang bikin rencana itu batal.” “Jadi namanya Vena? Terus kenapa pernikahan kalian bisa gagal?” “Dia selingkuh, Ma.” “Bahkan setelah dua tahun pacaran, dia masih selingkuh. Mama yakin dia bukan gadis yang baik.” Arion terdiam, mungkin benar apa yang di katakan oleh Ibunya karena jika Vena gadis baik maka gadis itu tak akan mungkin selingkuh darinya bahkan sampai memiliki anak dari laki-laki lain, mengingat hal itu Arion kembali di buat kesal tetapi dia merasa beruntung karena kebusukan mantan kekasihnya itu bisa di ketahui dengan cepat bahkan sebelum mereka resmi menjadi suami istri. “Kenapa Mama mau Arion nikah sama gadis itu? tanya Arion akhirnya.   “Karena ini sudah menjadi janji Mama dan teman Mama, mewujudkan hubungan pertemanan menjadi sebuah hubungan keluarga besar dan dengan menikahkan anak-anak menjadi piliha kami berdua.” “Kalau itu memang keinginan Mama, Arion akan turuti,” putus Arion, membuat Kartika tersenyum lebar karena sebentar lagi apa yang dia harapkan akan segera terwujud menjadi sebuah kenyataan. “Mungkin ini memang takdir, di saat Tuhan menjauhkan kamu dari orang yang menurutn-Nya tak baik untukmu, Tuhan dengan cepat mengirim orang lain yang baik untukmu dan Mama sangat bahagia karena kamu sudah menyetujui permintaan Mama ini, semua demi kebaikan kamu. Mama mau kamu menikah dengan gadis baik-baik.” Kartika menatap anaknya dengan penuh kelembutan, semua memang atas perjodohan tetapi ia berharap Arion dan calon istrinya kelak bisa saling jatuh cinta, karena ia yakin ini sudah rencana dari Tuhan. Arion beranjak dari sofa setelah pembicaraan empat mata itu selesai. Ia memilih untuk pergi ke kamarnya. Di dalam kamar, ia kembali merenung memikirkan semua yang terjadi. Menikah dengan perempuan yang sama sekali tak ia kenali sebelumnya.  Apakah pernikahan ini akan berjalan lancar, dia hanya berharap pilihan Ibunya itu tepat karena ia tak ingin rencana pernikahannya gagal kembali di tengah jalan. Arion tak ingin mengulang kesalahan yang sama. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD