Operasi sudah berlangsung beberapa jam dan membuat ketiga orang yang menunggunya di luar tampak makin panik karena operasi tak kunjung selesai.
Tak berapa lama, Glow — adik Arvy— pun datang bersama sang suami — Blaze.
"Apa kata Dokter, Mom?" Wajah Glow terlihat khawatir.
"Arvy masih dioperasi," jawab Izzy yang kemudian memeluk Glow.
"Tenanglah, tak akan terjadi apa-apa pada kakak. Dia sangat kuat, Mom.” Glow berusaha menguatkan sang Mommy.
Lalu Blaze melihat ke arah Vanilla.
"Siapa kau?" Hal itu membuat Glow menoleh juga pada Vanilla.
Vanilla tampak kembali merasa bersalah lagi atas hal ini. Kemudian Izzi menceritakan kejadiannya dan apa yang membuat Vanilla berada di sini.
Glow mendekati Vanilla yang tampak masih ketakutan dan gemetar.
"Hei, tak apa-apa. Ini adalah kecelakaan dan takdir. Berdoa saja kakakku baik-baik saja.” Glow memegang tangan Vanilla yang gemetar.
Vanilla melihat ke arah Glow dan meminta maaf padanya dengan menahan tangisnya. Glow tak menyalahkan Vanilla untuk hal ini karena ia tahu bahwa semua adalah takdir yang tak bisa dihindari.
Glow melihat baju Vanilla yang robek.
"Kau juga tertabrak atau jatuh, Vanilla?" Glow mengamati tubuh Vanilla.
"A-aku ..." Ucapan Vanilla menggantung.
"Ada apa? Jika kau terluka juga, seharusnya kau ikut diperiksa karena takut ada cidera yang tak kau ketahui.” Glow melihat beberapa luka lebam di wajah dan tangan Glow serta kakinya.
"Apakah kau terbentur trotoar atau jalanan aspal?"
Vanilla tak kunjung menjawab.
"Hei, ada apa?" tanya Glow lagi dan ia melihat luka-luka dan itu bukanlah luka goresan karena seharusnya jika memang Vanilla terjatuh maka kulitnya akan tergores.
"Apa kau menghindari sesuatu hingga kau berlari ke jalan, Vanilla?" Glow tampaknya bisa mengira apa yang terjadi pada Vanilla karena ia sering menghadapi kasus seperti ini di rumah sakit.
Izzy mendekati Vanilla dan memegang tangannya. "Ada apa? Katakan pada kami.”
Lalu Vanilla menceritakan apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan Izzy cukup terkejut dengan hal itu. Aiden bergerak cepat dengan mengerahkan anak buahnya untuk menangkap teman kerja Vanilla yang mencoba melecehkannya.
Vanilla tak menyangka ia akan dibantu sejauh itu oleh keluarga pria yang mengalami kecelakaan karena dirinya.
Vanilla berterima kasih pada keluarga Wilson karena mereka berhati besar dengan tak mempermasalahkan hal ini dan memberi kesempatan padanya untuk membayar kesalahannya yang sebenarnya itu bukanlah sepenuhnya salah Vanilla.
Glow membelikan baju untuk Vanilla di luar rumah sakit agar wanita itu mengganti bajunya. Izzy bahkan menyuruh Vanilla pulang, tapi wanita itu tak bisa tenang jika Arvy belum keluar dari ruang operasi.
*
*
Hingga akhirnya operasi itu berjalan lancar dan Arvy menderita cidera cukup parah di bagian kepalanya.
Arvy masih dirawat di ruang ICU dan tak boleh dijenguk oleh siapapun dulu sebelum kondisinya stabil.
Dan Vanilla masih belum pergi dari sana sampai keesokan harinya.
Bawah matanya menghitam karena tak tidur semalaman dan Izzy membawakannya makan pagi karena Vanilla tak mau pergi ke mana pun sebelum Arvy sadar.
“Vanilla, pulanglah. Arvy akan kami jaga,” ucap Izzy.
“Tidak, Aunty. Aku akan menjaganya sampai dia sadar. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahkan aku tak peduli lagi dengan pekerjaanku.”
Vanilla masih sangat takut jika tiba-tiba Arvy meninggal dan ia tak akan memaafkan dirinya seumur hidupnya.
“Dia akan sadar, Vanilla. Pulanglah,” ucap Glow.
Vanilla tetap menggeleng dan bersikeras akan menunggu Arvy sampai sadar kembali. Ia bahkan tak mengenal Arvy tapi rasa bersalahnya sangat besar pada pria itu hingga ia ingin menebusnya dengan apa pun.
*
*