Tenggelam

1712 Words
*Peringatan. 18+* - berikut mengandung konten dewasa, seperti perkelahian, kata-kata kasar, s*x, alkohol dan sebagainya. Pembaca diharap bijak- ------------ Sekembalinya dari taman hiburan, Oliver menarik Baekie dengan kasar, lalu mendorong Baekie hingga terguling di tempat tidur. "b******k! Kau kenal laki-laki lain selain Aku?" Oliver menggeram, Plak! Oliver melayangkan tangannya, Baekie terpental, telinganya terasa berdenging akibat tamparan keras dari Oliver yang membabi buta. "Dari semua laki-laki mengapa harus Dia!" Oliver serasa terbakar. Emosinya yang tidak stabil, dan temperament kasarnya muncul kembali. "Chris hanya mengantarku pulang! Aku tidak..." Oliver mencekik Baekie dengan tangannya, membuat Baekie tak dapat bicara. "Jangan pernah sebut namanya di depanku! Kau milikku, hanya milikku! jika sekali lagi Kau terlihat bersamanya, Aku akan membunuh mu!". Oliver melepaskan tangannya dari leher Baekie, menarik nafas kesal lalu menendang kursi di depannya. Baekie perlahan duduk, hampir menangis, memegang pipinya yang panas karena tamparan Oliver. Setelah beberapa menit, amarah Oliver mulai mereda, perlahan dia menatap Baekie yang terduduk di belakangnya. Gadis itu tampak meneteskan sebutir air mata, mengalir melewati pipinya yang panas dan memerah. Sekuat tenaga Baekie menahan isakannya. Tangannya dengan cepat menghapus air mata yang tumpah tersebut. Untuk kesekian kalinya, Oliver menyakiti Baekie. "Bakiee..." Oliver berjongkok di depan Baekie yang terduduk di tempat tidur. "Sayang, maafkan Aku. Maafkan Aku hmm," Oliver memeluk Baekie, menciumi wajah Baekie yang panas, mengecup bibir Baekie beberapa kali. "Maafkan Aku, Kau tau Aku tak bisa menahan emosi, A-Aku..." Oliver terdiam sejenak, rasa penyesalan merasuk dalam dirinya. "Aku hanya takut kau pergi dariku, jangan pernah temui laki-laki lain lagi. Aku akan bersikap baik, tapi jika kau menemui laki-laki lain, Aku akan menggila, Kau tau kan? sejak awal Aku memang tidak waras." Baekie hanya diam, memalingkan wajahnya dari Oliver. Karena tidak digubris, Oliver hampir meledak lagi, namun dengan sekuat tenaga dia menahannya. "Baekie, lihat Aku, Hei Aku minta maaf, Kau dengar?" Oliver menangkupkan tangannya ke wajah Baekie. "Aku mau istirahat." Baekie melepaskan tangan Oliver dari wajahnya, Lalu berbaring membelakangi Oliver. "Baekie..." Oliver ikut berbaring sambil memeluk Baekie dari belakang. "Aku mencintaimu." Oliver mengecup pundak Baekie, dan mengeratkan pelukannya. Baekie hanya diam, perlahan air matanya mulai mengalir. Entah bagaimana tapi dari awal Baekielah yang mencintai Oliver, seperti orang bodoh dia menerima semua perlakuan Oliver dan masih terus saja mencintainya. laki-laki jahat dan kasar ini, Kenapa dia harus mencintai orang yang seperti ini? bagaimanapun dipikirkan, kenyataannya Baekie sudah tenggelam. tak ada cara untuk kembali kepermukaan, hatinya tak bisa membenci Oliver. Tak ada tempat untuk kebencian itu, karena semuanya telah penuh dengan cinta dan kebodohan yang buta. Mendengar Baekie terisak, Oliver menarik Baekie, membalik tubuh Baekie agar melihat ke arahnya. "Hei, jangan menangis," Oliver memeluk Baekie erat, menyembunyikan kepala Gadis itu di dadanya yang keras. Perlahan Baekie mulai tenang, merasakan wangi tubuh Oliver, merasakan nafas hangat Oliver di kepalanya. Beberapa kali Oliver mengecup kepala Baekie dan mengelusnya lembut, saat seperti ini benar benar yang terindah bagi Baekie. Merasakan sisi lembut Oliver yang langka dan tertutup oleh sikapnya yang kasar. "Tak bisakah kau terus bersikap lembut seperti ini? kau membuatku takut." Baekie bicara dengan suara yang bergetar akibat tangisnya. Oliver melepaskan pelukannya lalu menangkupkan tangannya ke wajah Baekie. "Maafkan Aku, Aku akan berusaha, Aku hanya tak suka Kau berdekatan dengan laki-laki lain, terlebih Chris. Aku tak ingin dia menyentuh milikku!" "Oliver, tenanglah... Aku selalu milikmu, Aku tak kan kemana-mana." "Aku tau, makanya Aku tak ingin orang lain menyentuhmu." Oliver mengusap air mata Baekie lalu menciumi mata Baekie bergantian. Sangat lembut dan hangat. Oliver menatap Baekie selama hampir satu menit, lalu menyelipkan rambut kebelakang telinga Baekie "Kau lelah? Mau istirahat?" tanya Oliver, suara rendahnya yang berat, kini semakin lembut. Baekie mengangguk, mereka berbaring berhadapan hingga Baekie bisa melihat pantulan dirinya di mata Oliver. Perlahan Oliver menyentuh paha Baekie, meraba naik dengan lembut hingga memasuki gaun Baekie dan berhenti di area sensitif Baekie. "Apa boleh? sebelum istirahat?" Oliver mengelus area sensitif Baekie, Baekie menatap Oliver sejenak, lalu perlahan mengangguk. Bagaimanapun Oliver tak bisa ditolak. Baekie bahkan menginginkan Oliver setiap hari. Begitu pula Oliver yang tak ingin melepaskan dirinya dari gadis yang dicintainya itu. Baekie menutup mata saat tangan Oliver mengelus area sensitifnya dengan perlahan. Bibir Oliver memangut bibir Baekie, semakin dalam bersamaan dengan permainan tangannya yang semakin intens. "Eumm..." Baekie mendesah kecil ketika Oliver menyelipkan tangan ke balik celana dalamnya, memasukkan dua jarinya dengan pelan dan lembut, sementara ibu jari Oliver bermain di bagian atas area sensitif Baekie. "Ah, Baekie..." Oliver ikut mengerang ketika Baekie menjilati lehernya, memangut dadanya. Kini Baekie sudah mulai melakukan timbal balik membuat Oliver makin merasakan kenikmatan. Sensasi bibir Baekie yang menjelajahi leher dan dadanya serta menjilati n****e dengan lembut, membuat Oliver semakin menggila. "Baekie, bagaimana Aku bisa melepaskanmu jika Kau senikmat ini?" Oliver memeluk Baekie erat. Mengarahkan tubuh mungil Baekie ke atasnya, tubuh Baekie yang ringan kini duduk di perut Oliver, masih mengenakan Gaun. Sambil duduk, perlahan Baekie membuka gaunnya, membuka semua yang melekat pada tubuhnya, kini Baekie yang naked sepenuhnya duduk menatap Oliver seolah menunggu Oliver untuk menyantapnya. Perlahan Oliver meremas p******a Baekie, menarik Baekie agar mendekat, kini p******a Baekie tepat berada di mulut Oliver. Dengan intens Oliver menjilati dan dan mengisap p******a tersebut, menggigit kecil sambil meremas buah kenyal itu. "Ah, Oliver." Baekie menikmati kuluman di payudaranya sambil menggoyang goyang kan pinggulnya, tak sabar ingin dimasuki Oliver. Oliver kemudian agak menaikkan pinggul Baekie, memasukkan dirinya yang telah mengeras, mendorong jauh memasuki l**************n Baekie. "Ah, ah," Baekie dipompa dari bawah sementara payudaranya masih dikulum kuat oleh Oliver. Baekie kemudian duduk, menggoyangkan dirinya sambil meremas payudaranya. "Baekie, dari mana kau belajar ini? Ah... nikmat sekali." Oliver yang mendapat serangan dari Baekie, semakin menegang. "Ahh... Ahh... Oliver, Ahh." Baekie menggila, seperti bukan dirinya yang biasa. Oliver makin bersemangat dan balas menggerakkan dirinya dengan cepat. Menyeimbangkan gerakan Baekie. Begitulah malam itu berlangsung, erangan dan desahan Baekie, Kecupan b*******h dari Oliver, permainan itu tak berakhir hingga mereka benar-benar lelah. *** Edward menggeleng-gelengkan kepalanya sesuai dentuman musik. Dia berjalan sempoyongan setengah mabuk. Menarik-narik Nancy yang sejak tadi tak bergerak dari tempatnya duduk. Nancy menepis tangan Edward dan mendorongny berkali-kali, namun seperti boomerang, Edward tak lelah kembali lagi. "Nancy, ayo menari denganku. Dengar? musiknya bagus. Nanana, Nanana." Edward menggerak-gerakkan tangan Nancy. "Lepas! b******k, sudah kubilang jangan ganggu Aku! Kau tidak mengerti perkataan manusia? dasar si bodoh ini." Nancy sekali lagi menepis tangan Edward. "Sttt... jangan berteriak, urat-uratmu bisa tertarik, dan Kau akan menua lebih cepat, hahaha hahaha." "Manusia menyebalkan!" Nancy mendorong Edward. Edward terhuyung lalu menabrak seseorang di belakangnya. Dengan senyum konyol dia berbalik, lalu melambaikan tangan. "Hai, mau menari denganku?" senyum Edward langsung sirna, tatkala melihat siapa orang tersebut. "Sorry, tidak." Orang itu menatap Edward sambil menyeringai, Edward menurunkan tangannya, lalu mundur beberapa langkah. "Chris!" Nancy berlonjak gembira, Chris laki-laki dengan stelan kemeja putih, celana hitam, yang baru saja membuat Edward bungkam tersebut, tersenyum ke arah Nancy. "Nancy, kau bersama dia?" Chris menunjuk Edward. "Tidak, buat apa aku bersama orang bodoh ini?" Nancy terlihat kesal. Edward meminum segelas bir lagi, lalu berniat pergi. Namun Chris menghadangnya. "Dimana Tuan Mudamu? kenapa saat Kau sendiri begini, malah bertemu denganku? wah, bahaya sekali." Chris mengibaskan tangannya ke bahu Edward. Lalu memperbaiki dasi Edward yang berantakan, mengencangkannya hingga hampir mencekik leher Edward. "A-aku tidak tahu dia dimana, dan Aku tidak punya urusan denganmu, minggir!" Edward gugup, jelas sekali terlihat raut ketakutan di wajahnya. Chris terkekeh, sembari menghidupkan sebatang rokok, menghembuskan asap rokok tersebut ke wajah Edward, hingga Edward terbatuk. "Apa dia bermain dengan teman yang lain?" Chris makin mendekat. "Menurutmu, apa yang akan dia lakukan, jika Aku menghabisimu malam ini?" Edward pucat, keringat dingin meluncur dari pelipisnya. "J-jangan ganggu Aku." Suara Edward bergetar. "Hahaha, Aku rasa dia tidak akan melakukan apa-apa. Karena... sekarang dia lebih mementingkan wanita di rumahnya itu." "Maksudnya pelayan itu? Ah mendengar tentangnya saja membuatku naik darah." Nancy meminum bir langsung dari botolnya karena kesal. "Edward, sepertinya temanmu akan diambil darimu, apa yang akan kau lakukan? membiarkannya? atau... menyingkirkannya?" Chris tersenyum santai, sementara Edward tak bisa membuka mulutnya sama sekali. "Aku akan menyingkirkannya, pelayan sialan itu. Aku pasti akan menyingkirkannya." Ucap Nancy, lalu kembali minum, menghabiskan hampir satu botol bir. "Itu yang kusuka darimu, Nancy. Aku suka kejujuranmu. Aku melihat banyak orang munafik di luar sana. Mereka memasang wajah tanpa dosa, tapi melakukan hal kotor." Chris menatap Edward, dengan senyum mengintimidasi. Edward kemudian mendorong Chris, lalu kabur meninggalkan club, dengan perasaan kesal dan takut bercampur menjadi satu. "Ck, ck, ck, Oliver dan sahabatnya, sama-sama pengecut. Apa mereka saling berbagi kepribadian?" Chris menghela nafas, lalu berbalik. "Sayang, mau kemana? tak mau temani Aku?" Nancy membuat wajah cemberut. Chris mendekati Nancy, lalu mengecup bibir Nancy lembut. "Lain kali." Ucapnya sambil tersenyum, Chris berjalan ringan sambil menyalakan sebatang rokok lagi. "Aku penasaran, apa harus kubuat permainan yang lebih seru?" Gumamnya. *** Baekie berdiri di tengah-tengah kebun Anyelir. Menciumi bunga indah itu satu persatu, tersenyum seakan tak ada beban di hidupnya. Yah, selain perlakuan Oliver yang tak menentu, memang tak ada beban lain di benak Baekie. Bahkan dia hampir tak bisa mengingat siapa keluarganya. Bagaimana dia bisa berada di cengkraman Oliver yang terkadang kejam namun terkadang lembut itu. Baekie hampir tak memikirkan apapun, kecuali Oliver laki-laki kasar pengidap penyakit aneh yang sangat dicintainya. Perlahan sebuah dekapan merengkuhnya dari belakang, kecupan ringan dengan lembut mendarat di pipi kanannya. "Kau sudah selesai memperhatikan bunga? sekarang bisakah kau memperhatikan aku?" Suara berat laki-laki itu membuat Baekie tersenyum, Baekie berbalik lalu menatap laki-laki tersebut, cahaya matahari terpantul diantara wajah dan rambutnya, ketampanan yang tak bisa diungkapkan terpampang indah di depan Baekie. "Oliver, sudah lama pulang?" "Cukup lama, dan kau tidak juga memperhatikan." "Pfftt... Kau kesal?" "Berhenti tersenyum seperti itu, Kau membuatku ingin melumatmu" Oliver mengalihkan pandangannya sedikit kesal. secara tiba-tiba Baekie menangkupkan tangannya ke wajah Oliver, lalu memangut bibir Oliver lembut. Oliver terdiam merasakan kemanisan itu menyelimuti bibirnya, beberapa detik kemudian Baekie melepaskan pengutannya. "Masih kesal?" "Kau sekarang sudah mulai nakal." Oliver menyentuh hidung Baekie gemas, Baekie tersenyum lalu menyembunyikan dirinya ke dalam dekapan Oliver. Panggilan telepon menghentikan kemesraan mereka, dengan enggan Oliver melepaskan pelukannya, lalu merogoh gawai di kantong jaketnya. Tampak nomer tak dikenal. Oliver berpikir sejenak, lalu mengangkat panggilan tersebut. "Siapa ini?" "Kebun Anyelir kalian cukup indah, Kau tau apa yang lebih indah? Baekie. Bagaimana rasanya memeluk wanita indah itu?" TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD