Bab 05. Dekati Secara Perlahan

1013 Words
Helena menatap makanan yang tersaji di depannya dengan tatapan datar. Dia tidak mau memakan ini. Dia mau pulang ke rumahnya dan menjalani kehidupannya yang normal kembali, tanpa adanya Justin di sampingnya. “Kenapa tidak makan? Kau tidak mau?” tanya Justin datar, melihat makan Helena yang tidak tersentuh sama sekali. Helena menggeleng, dia memang tidak mau makan, dia ingin keluar dari rumah ini. Walau rumah Justin sangat besar sekali, tapi bagi dirinya percuma saja kalau rumah besar, kalau dirinya merasa tidak nyaman berada di sini. “Aku mau pulang! Aku mohon … biarkan aku pulang.” Mohonnya menatap Justin dengan tatapan sendunya. Justin yang mendengar itu menggeleng, dia tidak akan mengantarkan Helena pulang. Ini rumah Helena sekarang. “Tidak! Ini rumahmu sekarang, dan kau tidak akan kemanapun. Kau tidak bisa melihat kalau aku mencintai dirimu?” tanyan Justin, dia memang sangat mencintai Helena. Membayangkan Helena tidak ada di sampingnya. Membuat napasnya seolah berhenti. Helena menggeleng. “Ini bukan rumahku. Ini rumahmu. Dan aku tidak bisa tinggal di sini, aku tidak nyaman di sini. Kalau kau sungguh mencintai diriku, kau tidak seharusnya mengurungku di sini, kau akan mengambil hatiku dengan cara benar,” ucap Helena, berusaha membujuk Justin, agar lelaki itu mengerti dan tidak mengurung dirinya di sini. “Kalau aku tidak mengurungmu, kau akan lari dan tidak mau dekat denganku. Aku tidak mau kau lari,” ucap Justin sendu. Helena yang mendengarnya terdiam, dia tidak tahu harus berbicara apa. Karena melihat tatapan sendu dari Justin, membuat sudut hatinya merasa tidak tega pada lelaki itu. Dia memang setelah pergi dari sini, dia akan pergi dari hidup Justin dan tidak mau bertemu dengan pria itu kembali. Tapi, dia mau pergi kemana? Dia tidak memiliki uang dan rumah yang dikontrak oleh dirinya sudah dihuni oleh orang lain. Sungguh menyedihkan menjadi orang miskin seperti dirinya. Yang tidak bisa berbuat apa pun. “Aku tidak akan menjauh darimu. Dan aku hanya tidak mau dikurung, aku akan di tinggal di sini.” Kata Helena, membuat Justin menatap Helena dengan tatapan penuh binarannya. “Sungguh?” tanyanya tidak percaya. Helena mengangguk. “Iya. Aku juga tidak memiliki rumah sekarang, mau menyewa rumah kembali, aku tidak memiliki uang. Jadi, karena di sini gratis. Aku akan tinggal di sini,” jawab Helena, lumayan di sini bisa tinggal gratis dan makan gratis. Makanan di rumah ini juga enak-enak. Dia yang hanya bisa makan enak-enak sebulan sekali. Sekarang setiap hari dirinya akan makan enak, dan tidak perlu takut, dengan uang yang dikeluarkan olehnya. “Tapi, aku mau minta satu hal. Aku tidak mau sekamar denganmu!” kata Helena, memberikan syarat pada Justin. Justin mengangguk, tentu saja dia akan menyangupinya. Di rumahnya ini banyak kamar yang kosong. Dia akan memberikan kamar untuk Helena. Dan sekarang juga dia akan menyuruh orang untuk membersihkan kamar untuk Helena. “Kalian bersihkan kamar nomor dua di dalam rumah ini,” perintah Justin diangguki oleh para pelayan. “Aku sudah memberikan dirimu kamar. Dan kau tidak perlu bekerja di salon. Kau boleh membantuku di sini, saat aku bekerja dan memeriksa berkas. Asal jangan bekerja di salon lagi!” Justin tidak mau Helena bekerja di salon, yang banyak sekali p****************g ke sana, dan bisa melakukan apa saja pada Helena. Helena mengangguk. Baiklah. Dia tidak aakn bekerja di salon, kapan lagi dirinya bisa santai seperti ini? Tak bekerja tapi masih bisa makan. Dan mana tinggal di rumah besar lagi. “Baik. Aku tidak akan bekerja. Dan jangan memaksaku untuk melakukan sesuatu denganku. Dekati aku dengan cara yang normal,” kata Helena, dia mau pendekatan dengan cara yang normal. Walau seribu kali dirinya melarang Justin untuk mendekatinya, lelaki ini tetap akan mendekati dirinya. Lebih baik dia kasih lampu hijau sekalian, tapi dengan cara normal dan tidak dengan cara memaksa atau menyentuh dirinya sembarangan. Helena tidak mau disentuh dan apalagi dicium oleh lelaki itu. Helena tidak mau kehilangan keperawanannya, dan dia akan hamil anaknya Justin lalu menikah dengan lelaki itu. Tidak bisa! Dirinya ingin hubungan yang terjalin normal. Walau dia masih takut untuk menjalin hubungan dengan pria, masa lalu yang membuat dirinya takut untuk membuka hati, dan membuat dirinya trauma akan itu. Hubungan pernikahan yang tidak ada artinya bagi dirinya. Justin mengangguk, “aku akan mendekati dirimu dengan cara yang normal. Aku tidak akan menyakiti dirimu. Apalagi memaksa dirimu,” katanya meyakinkan Helena. Helena yang mau didekati dan tinggal di sini bersama dirinya saja sudah membuat dia bahagia. Dan untuk perasaan Helena pada dirinya, akan tumbuh secara perlahan. Dia percaya dengan yang namanya cinta datang karena terbiasa. Dan Helena pasti mau menikah dengan dirinya nanti. Siapa yang akan mau menolak pesona Justin. “Kalau begitu, kita belanja keperluanmu sekarang. Di rumah ini belum banyak pakaianmu, sabun apa yang kau pakai, dan apa saja yang kau butuhkan.” Ucap Justin mengajak Helena berbelanja dengan semangatnya. Helena yang mendengarnya tersenyum tipis. Dan mengangguk, dia mana menolak untuk diajak belanja, bukan dirinya yang bayar. Tapi, Justin. Ada orang yang suka rela membayar belanjaannya, dia akan mau diajak belanja setiap saatnya. “Untuk sabun. Apakah aku boleh menggantinya?” tanya Helena, takut Justin akan mengatakan dirinya gadis yang tidak tahu diri. Sudah menumpang tinggal dan malah sekarang minta yang aneh-aneh. Hei! Jangan salahkan Helena, Justin yang memaksa dirinya tinggal di sini. Dan pria itu ntah dimana meletakkan barang-barangnya dari rumah kontrakannya. Dan dia juga tidak berniat untuk bertanya, lagian barang-barangnya di rumah itu tidak ada yang penting. “Kau boleh mengganti apa pun. Dan kau boleh membeli apa pun, aku akan membayarnya dan membelikan apa pun yang kau mau sayang,” kata Justin tersenyum manis pada Helena. Helena mengangguk. “Terima kasih. Dan aku akan mengganti sabun, shampoo, dan yang lainnya. Karena itu kurang harum dan tidak tahan lama.” Ucap Helena, padahal bagi Justin Helena itu sangat harum sekali, apalagi kalau Helena berkeringat bersama dirinya. Justin mengepalkan tangannya, apa yang dipikirkan olehnya sekarang, jangan sampai Helena marah lagi padanya, dan tidak mau tinggal di sini. Justin harus menahan nafsunya dan tidak boleh kelepasan. Dan menarik Helena dicium olehnya dirinya sekarang, dan gadis itu akan ketakutan dan membenci dirinya. Mari dekati secara perlahan. Seperti kata Helena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD