Dejavu

1251 Words

“Thanks, Sya,” ujar Pak Damar “Sip. Jingga, see you.” “Terima kasih, ya, Dok.” “Kak—ehem, saya antar Asya ke bawah, mungkin akan lebih lama kembali sekalian mau ke apotek,” ujar Pak Damar, dia menyelimutiku dan membuat aku berbaring senyaman mungkin. Aku sudah lebih baik sekarang, aku tak begitu mengingat jelas kejadian tadi. Saat sadar aku sudah berada di kamarku, Pak Damar menangkup wajahku dan terus memanggil namaku. Tak lama datang seorang wanita yang aku tebak seorang dokter. Dokter Asya—teman Pak Damar—memeriksa keadaanku, katanya denyutku masih tinggi, jadi dia meresepkan obat tidur untukku, khawatir aku kumat lagi di malam hari. Panic attack, itu yang aku dengar saat Dokter Asya menjelaskan hal itu pada Pak Damar. Hal yang mendasarinya bisa jadi kecemasan berlebihan, trauma at

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD