Reina oh Reina. Bagaimana bisa gadis itu bersikap jutek padanya? Apakah kesalahannya karena menolak perasaan cintanya di masa lalu begitu besar sampai sulit dimaafkan. Rian yang tampak melamun di kamarnya meski laptop di depan mata, terus memikirkan cara apa yang bisa ia lakukan supaya gadis itu sungguh-sungguh memaafkannya. Jujur saja ia tak percaya dengan kata maaf yang diberikan. Itulah mengapa ia terus kepikiran ketika Reina menganggapnya tak pernah kenal. Terdengar ketukan di pintu kamar. Sosok sang kakak —Putri, kembali muncul sambil tersenyum. "Boleh masuk?" tanya Putri meminta izin. "Hem!" jawab Rian santai. Matanya masih menatap ke layar laptop meski sebenarnya pikirannya terus melanglang buana. "Lagi ngapain?" tanya Putri yang memilih duduk di tepi ranjang. "Biasa,