11

714 Words
Emilia berulang kali menghubungi nomor Gerald, suaminya. Emilia mencoba untuk tidak selalu marah pada lelaki itu. Baru saja, ia bertanya pada Festi tentang keberadaan Gerald. Tapi, Festi juga tidak tahu. Bahkan ponsel Gerald pun tak aktif sejak keluar dari kantor. "b******k! Kamu mau main -main sama aku, Ge?" umpat Emilia penuh emosi. Emilia sudah berada di rumah. Ia tak kembali lagi ke lokasi pemotretan. Emilia memilih pulang dan beristirahat. Tubuhnya terlalu lelah bekerja. Tapi, pekerjaannya saat ini adalah impian dan cita -cita nya sejak kecil. Andai saja, ia tidak salah pergaulan, mungkin ia masih perawan hinggaa kini. Tapi, ia tidak bisa mendapatka Gerald dengan mudah. "Awas saja kamu, Ge! Aku laporkan semua ini pada Kakek! Biar semua kekayaan kamu ini dicabut oleh Kakek," ucap Emilia kesal. Emilia harus mencari cara agar ia bisa terlihat hamil dan melahirkan agar bsa megambil alih semua kekayaan keluarga Gerald. "Kenapa aku yang harus jadi tumbal!" umapt Emilia dengan emosi menyala. - Di Apartemen milik Gerald - Pukul 17.30 Tangan kekar Gerald masih melingkar nyaman di depan perut Kirana. Gadis itu sedang lelap dalam tidur. Siang ini ia harus melayani Gerald satu ronde lebih banyak dari kemarin. Gerld sendiri semakin merasa nyaman bersama Kirana. Wajahnya semakin ditenggelamkan ke dalam leher Kirana yang mulus. Aroma gadis kampung itu sangat tidak kampungan, bahan Kirana memiliki selera yang bagus dalam memilih parfum walau dengan harga standar yang ramah kantongnya. Kirana merasakan embusan napas Gerald yang beraroma mint itu menyerbu kulit pundaknya. Rasanya sangat menggetarkan tubuhnya. Merinding sekali. Kirana tak punya pilihan lain selain mau menuruti semua keinginan Gerald. Ancaman Gerald cukup mematikan bagi Kirana. Jika Kirana hamil, maka Gerald akan memenuhi semua kebutuhan Kirana dan bertanggung jawab penuh atas anak itu asal, Kirana memang menuruti apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan sesuai keinginan Gerald. Kirana tak sanggup memindahkan tangan Gerald yang terus memegang erat perut Kirana. Sesekali lelaki itu mengusap pelan perut Kirana seperti sedang menggoda. "Kamu masih tidur, Kirana," bisik Gerald dengan suara lembut di dekat telinga Kirana. Kirana hanya menggeleng pelan. Ternyata Gerald sudah bangun. Bisa jadi Gerald sudah bangun sebelum Kirana terbangun tadi. Jangan -jangan, Gerald tahu jeleknya Kirana saat tidur? Atau pas tidur tadi ngorok? Oh ... Ini tidak bisa dibiarkan. Tangan Gerald semakin lembut mengusap perut Kirana. Seolah perut rata itu sudah tertanam benihnya. "Ada yang ingin aku bicaraan padamu, Kirana. Ini soal kita," ucap Gerald dengan mantap. Kirana langsung berbalik dan menatap Gerald dengan lekat. Tubuh mereka masih polos di bawah selimut tebal. "Soal kita?" tanya Kirana bingung. "Ya, Soal kita. Mulai sekarang, apartemen ini bisa kamu tempati. Dengan catatan, tidak ada orang yang boleh masuk ke tempat ini, kecuali saya," titah Gerald dengan mata tajam memperingatkan Kirana. "Saya malah seperti menjadi tawanan anda, Pak," ucap Kirana sedikit keberatan. "Kamu keberatan?" tanya Gerald pada Kirana. Kirana menunduk dan mengemnbuskan napasnya perlahan. Susahnya menjadi orang miskin. Harus menuruti semua keinginan bosnya. Kenapa Kirana harus terlahir miskin. Hidupnya serasa diinjak -injak sejak dulu. Seperti manusia yang tiak memiliki harga diri. "Hei ... Kamu keberatan dengan tawaran saya, Kirana?" tanya Gerald mengangkat dagu Kirana. Kini kedua mata mereka saling bertatapan. "Sa -saya ta -takut, Pak," jawab Kirana terbata. "Takut? Takut dengan siapa? Saya akan menjamin hidup kamu, saya juga yang akan memastikan keselamatan kamu," jelas Gerald pada Kirana dengan suara mantap. "Bu Emilia? Dia pasti akan marah jika melihat saya bersama Bapak seperti ini," ucap Kirana lirih. Gerald menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum. Baru kali ini, Kirana melihat Gerald tersenyum. Senyum yang ramah dan terlihat sangat manis sekali. Senyum yang mampu menggetarkan hati Kirana. "Emilia?" ucap Gerald mengulang sambil tertawa keras. Kirana malah dibuat semakin bingung. Kenapa Gerald malah tertawa? Memang ada hal yang lucu? "Kamu cemburu?" tuduh Gerald pada Kirana. Kali ini Kirana menggelengkan kepalanya dengan pasti. "Kamu cemburu kan?" tuduh Gerald lagi. Gerald malah terlihat semakin lucu. Lelaki itu memiliki dua sisi yang bertolak belakang. "Kirana gak cemburu, Pak. Kirana serius, Kirana gak mau ada masalah dengan Bu Emilia. Kirana tidak pernah menyukai Bapak, dan ini terjadi karena suatu kesalahan yang tidak disengaja," ucap Kirana menjelaskan. Mendengar jawaban Kirana, Gerald langsung terdiam. Ia pikir Kirana menyukainya. Permainan Kirana tadi sudah membuat hati Gerald luluh. Ia begitu mengagumi Kirana bukan hanya tubuhnya saja. Tapi juga kecantikannya. Itu akan ters bertambah seiring keduanya saling mengenal satu sama lain.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD