Edgar pikir sia-sia memberikan sedikit kesabarannya yang sudah menipis setipis kulit ari kepada Regar. Pria itu melompat ke arah adiknya, mencengkeram leher kaos Regar. Regar tersenyum mengejek. Bau alkohol menguar dari mulutnya ketika berkata, “Apa dia mengigaukan namaku?” Cengkeraman tangan Edgar di leher Regar mengetat. Beberapa kali Eyrin memang mengigau memanggil-manggil nama Regar, dan ledekan adiknya benar-benar melengkapi alasannya untuk tak perlu merasa harus menahan kemurkaannya. “Apa yang kauinginkan sebenarnya? Eyrin, huh?” “Kau tak pantas bersamanya.” “Dan kau lebih pantas dariku?” sinis Edgar kemudian tertawa mengejek. “Perasaannya padamu tak pernah berubah. Kau masih ingin memaksa merangsek masuk di antara kami?” “Dia bimbang,” tebak Regar telak. “Itu yang terjadi