"Kamu lagi ngapain sih, Sayang?" tanya Ibram saat melihat sang istri berdiri di dekat jendela rumah mereka memegangi tirai berenda berwarna putih transparan seperti sedang mengintip seseorang.
"Itu loh, Sayang, pagi banget mereka udah pindahan," jawab Niswa, jemari lentik tangannya masih memegangi tirai jendelanya, sekilas di menatap sang suami lalu kembali menatap keluar jendela seakan yang sedang terjadi di seberang rumahnya begitu menarik perhatian.
"Siapa?" tanya Ibram sambil ikut melihat keluar, memang di rumah yang tepat berseberangan dengan rumah Mereka terlihat aktivitas yang tidak seperti biasa, ada satu truk barang dan sebuah mobil berwarna merah dan orang-orang yang terlihat berlalu-lalang membawa barang.
"Enggak tahu tapi waktu itu aku dengar dari Bu RT sih, rumah itu udah ada yang beli dan hari ini kayaknya mereka pindahan tuh," sahut Niswa, wanita itu tetap menatap keluar, penasaran dengan tetangga baru mereka.
"Oh jadi kita punya tetangga baru, semoga aja deh orangnya baik. Karena kita kan juga harus baik sama tetangga, apalagi mereka tetangga dekat kita," jawab Ibram ringan, laki-laki itu mengecup singkat pipi sang istri yang masih fokus menatap kegiatan di seberang rumah mereka membuat Niswa tersenyum lalu menutup tirai yang sedang ia pegang.
"Ya pastinya mereka orang baiklah Mas, nggak mungkin orang yang punya track record jahat bisa masuk ke komplek perumahan kita," tanya Niswa sambil mengikuti sang suami berjalan ke ruang makan.
"Ya walaupun orang itu nggak punya track rekor jahat kan bukan berarti dia orangnya baik, tapi bagaimanapun kita harus bersikap baik sama mereka apalagi kita penghuni lama, nanti coba deh kamu kenalan sama mereka ya," kata Ibram yang sudah duduk di kursinya, Niswa langsung mengambilkan nasi dan lauk yang sudah ia masak untuk suami tercintanya itu.
"Iya Mas, nanti aku kenalan deh sama mereka," jawab Niswa singkat, wanita itu lalu duduk di kursinya.
Sepasang suami istri itu tersenyum melihat Putra mereka yang baru bangun tidur menuruni anak tangga.
"Selamat pagi Ayah, selamat pagi Bunda," sapa Kama kepada kedua orang tuanya, bocah itu berjalan sambil mengucek matanya dengan satu tangan.
"Selamat pagi, Sayang," jawab Ibram dan Niswa bersamaan.
"Kama mau makan Sekarang atau nanti?" tanya Niswa karena tahu Sang putra baru bangun tidur dan pasti bocah itu belum ingin sarapan sekarang.
"Nanti aja aku mau minum s**u dulu," jawab Kama, Niswa langsung tersenyum dan memberikan segelas s**u hangat yang sudah ia buatkan untuk sang Putra karena memang sudah menjadi kebiasaan Kama untuk minum s**u sebangun tidur, bocah itu baru mau sarapan setelah mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.
"Sayang, kita punya tetangga baru loh, rumah kosong di depan itu sekarang udah ada yang nempatin," ucap Niswa pada Sang putra yang sedang meminum susunya.
"Mereka punya anak kecil kayak aku nggak Bunda?" tanya Kama, Niswa tahu jika Sang putra ingin memiliki teman sebaya karena tetangga kanan dan kiri rumah mereka tidak memiliki anak kecil seperti dirinya.
"Bunda belum tahu. kan, mereka baru pindah. Nanti sepulang sekolah kita kenalan ya sama mereka," kata Niswa dengan penuh semangat, Sang putra langsung menganggukkan kepalanya setuju, Ibram yang tengah menikmati sarapannya hanya tersenyum mendengar perbincangan ibu dan anak yang sangat ia cintai itu.
***
"Kama nggak mau cerita sama Bunda kenapa dihukum sama Miss Ellya?" tanya Niswa pada Sang putra nada bicaranya yang biasanya begitu lembut sekarang terdengar lebih tegas karena saat menjemput putranya dari sekolah tadi Niswa mendapat laporan jika bocah itu dihukum oleh gurunya.
Sebenarnya Niswa sudah mendengar apa yang terjadi dari guru putranya itu tetapi Niswa ingin Sang putra mengakui kesalahannya sendiri.
"Maaf Bunda, tapi tadi aku mukul Bryan," jawab Kama mengakui apa yang sudah ia lakukan, Niswa tersenyum mendengarnya.
"Kenapa kamu sampai pukul Bryan?" tanya Niswa yang sedang fokus menyetir wanita itu hanya sekilas melirik Sang putra yang duduk di sebelahnya.
"Soalnya Bryan, jahilin Putri terus pas aku larang aku malah didorong sama Bryan sampai aku mau jatuh jadi aku pukul tangan Bryan," jelas Kama, Niswa kembali tersenyum mendengar apa yang putranya ceritakan.
"Bunda tahu maksud kamu baik karena kamu membela Putri, Bunda juga bangga karena kamu bisa membela diri kamu sendiri. Tapi bukan berarti Bunda membenarkan kamu memukul Bryan, kamu sudah minta maaf sama dia?" tanya Niswa dan Sang putra langsung menganggukkan kepalanya, "ingat, lain kali nggak boleh memukul teman kecuali untuk membela diri. setelahnya kamu harus bertanggung jawab karena apa yang sudah kamu lakukan."
"Iya Bunda, aku sama Bryan juga sama-sama dihukum sama Miss Ellya," jawab Kama sambil tersenyum seperti senyum yang ada di wajah Niswa sekarang, "Kenapa kita ke sini bunda?"
"Kita beli kue dulu ya, kan kita mau main ke rumah tetangga baru," jawab Niswa yang sudah menghentikan mobilnya di depan sebuah toko kue.
Niswa kembali mengendarai mobilnya Setelah membeli satu loyang bolu dan dua kotak donat, tapi kali ini Kama yang duduk di sebelahnya sibuk menikmati donat yang ia minta.
"Wah pas banget, kita sampai rumah donat kamu habis," kata Niswa sambil menatap Sang putra yang memang sudah menghabiskan donatnya sambil menunggu pintu gerbang rumah mereka terbuka karena remote control yang baru saja Niswa tekan.
"Donatnya enak Bunda, nanti beli lagi ya," kata Kama sambil mengambil tisu untuk mengelap tangannya, Niswa sudah menjalankan mobilnya memasuki pagar rumah mereka.
"Bunda kan memang beli banyak untuk di rumah, tapi kita makanya nanti ya, Sekarang kita ke rumah tetangga baru dulu buat nganterin bolu sama donat yang kita beli untuk mereka," jawab Niswa sambil menatap Sang putra yang sedang meminum air mineral yang tadi mereka beli.
"Iya Bunda, ayo kita ke sana," sahut Kama dengan penuh semangat, mereka menuruni mobil lalu berjalan keluar pagar dan menyeberang jalan hingga sampai ke rumah tetangga baru mereka.
Dengan begitu ramah Niswa mengucap salam, yang di sambut oleh beberapa orang orang yang ada di sana. rumah itu masih ramai dengan beberapa orang menata interior terlihat semua perabotan rumah itu adalah perabotan baru, bukan perabotan lama yang dibawa dari rumah lama mereka.
Seorang wanita cantik menyambut Niswa dengan senyumannya, bisa Niswa perkirakan jika dia adalah sang pemilik rumah.
"Wah, Mbak Niswa? bener kan Ini Mbak Janniswa yang artis itu?" tanya wanita itu memastikan, tapi ekspresinya terlihat sudah yakin dan begitu senang bertemu dengan Niswa.
Wanita itu cantik bertubuh mungil ramping berkulit putih bersih dengan hidung mancung dan bibir yang terlihat penuh dan ranum membuat senyumnya terlihat begitu menawan, saat berdiri di depan Niswa wanita itu terlihat lebih imut karena tinggi badannya juga memang karena usianya lebih muda sepertinya.
"Iya benar," jawab Niswa Sambil tertawa kecil, memang tidak jarang orang masih mengenali dirinya Walaupun dia sudah lama berhenti dari dunia keartisannya.
"Wah, mimpi apa aku semalam bisa ketemu sama Mbak Niswa," ucap wanita itu dengan begitu gembira membuat Niswa semakin tertawa geli.
"Pastinya mimpi indah karena kamu juga pindah ke rumah baru hari ini, aku tinggal di rumah depan itu dan ke sini mau kenalan sama tetangga baru aku," jawab Niswa, seketika wajah wanita yang ada di depannya berbinar mendengar apa yang Niswa katakan.
"Oh, itu rumah Mbak Niswa? aku tuh ngefans sekali sama Mbak Niswa waktu Mbak Niswa masih aktif dulu, tapi aku nggak tahu kalau mbak Niswa tinggal di komplek perumahan ini," kata tetangga baru Niswa itu, "oh iya kenalin nama aku Jihan, aku senang sekali bisa bertetangga sama Mbak Niswa."
Kedua wanita yang sama-sama cantik meski memiliki karakter dan postur yang berbeda itu saling bersalaman untuk mengukuhkan perkenalan mereka.
"Kenalin ini Kama anak semata wayangku, Kama ayo salam sama tante Jihan." Niswa memperkenalkan tetangga barunya itu dengan Sang putra yang sedari tadi berdiri di sebelahnya, Kama langsung menyalami Jihan yang tersenyum manis padanya wanita itu bahkan mengelus gemas pipi bocah tampan itu.
"Tante punya anak, yang masih kecil kayak aku?" tanya Kama dengan polosnya karena memang hal itu yang membuat bocah itu penasaran dari pagi.
"Sayang," tegur Niswa dengan lembut meminta agar Sang putra tidak langsung bertanya seperti itu tetapi Jihan malah tertawa kecil mendengar pertanyaan Kama.
"Tante nggak punya anak kecil seusia kamu, tapi Tante punya anak kecil yang masih kecil," jawab Jihan sambil membuat tanda kecil dengan ibu jari dan jempolnya yang hampir ia satukan, "ayo Tante kenalin."
"Mari Mbak masuk aku kenalin juga sama anak aku," ajak Jihan mengajak tamunya itu untuk memasuki rumahnya karena sedari tadi memang Mereka berdiri di dekat pintu, Niswa langsung memasuki rumah itu tapi sebelumnya ia memberikan buah tangan yang ia bawa pada sang pemilik rumah.
"Seharusnya Mbak Niswa nggak usah repot-repot, tapi terima kasih banyak ya buah tangannya. terima kasih juga buat perkenalannya, Aku beneran Seneng banget bisa kenal sama mbak Niswa," kata Jihan sembari mengajak Niswa memasuki rumahnya.
"Enggak repot kok Jihan, kamu nggak perlu sungkan. Justru aku yang minta maaf karena datang ke sini saat kalian lagi repot begini," kata Niswa yang juga masih terlihat sungkan.
"Aku kali mbak yang minta maaf karena rumahnya belum nyaman, nanti kalau semuanya udah beres Mbak Niswa harus main lagi ke sini ya," sahut Jihan yang berjalan di sebelah Niswa.
"Nah, ini anak Tante," kata Jihan saat mereka sudah sampai di ruang tengah, Niswa dan sang putra tersenyum melihat seorang bayi cantik digendong oleh wanita berseragam biru.
Jihan meletakkan boks berisi bolu dan donat yang tadi Niswa berikan lalu mengambil alih anaknya dari gendongan suster yang mengasuhnya.
"Ini anak aku Mbak, namanya Kalila usianya baru delapan bulan sekarang," kata Jihan sambil memperkenalkan Putri cantiknya kepada Niswa dan Kama.
"Adik bayi, Aku suka adik bayi!" kata Kama dengan begitu gembira, Jihan tersenyum lebar melihat kama begitu antusias sambil memegang tangan Sang Putri.
"kita duduk dulu yuk, Kama boleh main sama Kalila. mari silakan Mbak," ajak Jihan pada kedua tamunya mereka lalu duduk di sofa yang ada di ruang tengah walaupun belum tertata sempurna.
"Sebelumnya Kamu tinggal di mana Jihan?" tanya Niswa pada tetangga barunya itu, Kama terlihat begitu senang menggoda Kalila yang duduk di pangkuan sang ibu.
"Aku tinggal di daerah Jakarta Barat, tadinya masih tinggal di rumah mertua tapi karena kurang nyaman jadi suami aku beliin rumah ini dan aku tinggal di sini walaupun tanpa dia," jelas Jihan spontan kening mulus Niswa mengerut mendengarnya, membuat Jihan tahu jika wanita itu penasaran.
"Suami aku kerjanya di kapal pesiar Mbak, jadi jarang sekali bisa pulang, kemarin dia pulang sekalian ngurus pembelian rumah tapi waktu liburnya nggak cukup sampai aku pindahan jadi dia berangkat duluan," terang Jihan, Niswa membulatkan bibirnya mengerti.
"Jadi kamu tinggal di rumah ini cuma sama Kalila?" tanya Niswa sambil menatap bayi yang sedang tertawa saat Kama mengajaknya bermain cilukba.
"Bertiga sama suster Rini, aku kesusahan kalau jaga Kalila sendirian karena orang tua aku tinggal di kampung," jawab Jihan, lagi-lagi Niswa mengangguk mengerti dalam hatinya mengagumi,
Niswa tidak bisa membayangkan jika dirinya harus tinggal berjauhan dengan sang suami, karena Niswa adalah tipe perempuan bucin yang harus selalu berdekatan dengan suaminya.
Mereka masih mengobrol tentang Kalila dan tumbuh kembangnya saat seorang laki-laki yang sedang membantu membawa barang-barang Jihan berjalan mendekat sambil membawa sesuatu, laki-laki itu berdiri di belakang sofa yang diduduki oleh Jihan dan Niswa.
"Bu ini foto pernikahannya taruh di mana?" tanya laki-laki itu, Jihan terlihat begitu kaget lalu dengan cepat tangannya menampik foto yang sedang laki-laki itu tunjukkan seolah begitu tidak ingin melihatnya.
"Foto yang itu, bawa ke kamar aja," jawab Jihan cepat, Niswa hanya tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada Kama yang sedang menggoda Kalila.