The Nightmare Begins

2612 Words
Raynald tampak asyik membaca majalah otomotif. Sesekali tangannya meraih segelas jus apel di hadapannya dan meneguknya pelan. Suara bel membuyarkan konsentrasinya. Salah satu asisten rumahtangga yang sudah bekerja lima tahun di rumah Raynald berjalan ke arah pintu dan tergogoh –gopoh. Sosok terdekat Raynald yang kadang seperti seorang kakak, teman terbaik dan ayah melangkah mendekat padanya. Mata Raynald berbinar menyambut kedatangan adik ayahnya yang jarak usianya cukup jauh dari ayahnya. “Om, tumben dateng, emang lagi nggak sibuk?” Raynald tersenyum lebar menatap laki-laki berusia 28 tahun itu. Giandra duduk di sebelah Raynald dengan santainya. “Buat keponakan tersayang mah, om selalu punya waktu.” Balas Giandra dengans senyumnya. “Mau minum apa om?” Raynald membereskan tumpukan majalah di depannya. “Santai aja, ntar om ambil sendiri.” Jawab Giandra santai. “Ada perlu apa nih om? Biasanya om Gian baru bisa main ama Ray kalau akhir pekan.” Giandra tersenyum sekali lagi, “dua hari lagi kamu ulangtahun kan? Berhubung mama papamu lagi di luar negeri, om pingin ngrayain ulangtahun kamu di sini.” Raynald menganga dan ekspresi wajahnya terlihat begitu riang, “beneran om? Sumpah? Nggak lagi bercanda kan?” Raynald memastikan sekali lagi. “Om serius lah.” “Om kalau boleh request, gimana kalau di night club aja. Please ya...” Raynald menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. “No no no.. Om nggak akan ngasih izin kamu ke night club. Kamu baru mau 17 Ray. Kita adain ultah di rumah ini aja. Om janji ultahmu bakal spektakuler.” Raynald memasang tampang cemberut, “yah om.. zaman gini ngadain pesta di rumah? Temen-temen Ray rata-rata kalau ngadain party di club om.” “Gampang kok. Kita dekor aja halaman samping rumah jadi night club. Yang jelas pestanya harus tetap sesuai aturan. Tidak boleh ada miras untuk anak di bawah umur. Kalian kan masih anak-anak SMA.” Sekali lagi Raynald menekuk wajahnya. Sepertinya omnya bisa membaca apa yang ada di pikirannya. Di benaknya party tanpa miras itu tak seru. “Dan satu lagi, kamu boleh mengundang guru kamu yang masih muda itu, Keyra Aprilia. Pastikan dia datang.” Tegas Giandra. Raynald memekik senang tanpa tahu Giandra memiliki maksud tertentu di balik usulannya pada keponakannya untuk mengundang Keyra. “Yes, ultahku nanti bakal jadi ultah paling spesial. Makasih banyak ya om.” Raynald menyeringai. “Tunggu tunggu.. bukannya om Gian nggak akur ama Bu Keyra ya? Sejak om Gian berencana mau bangun perumahan di kawasan panti asuhan Matahari, Bu Keyra nyerang om Gian habis-habisan di medsos.” Raynald memicingkan matanya. “Ya memang. Karena itu om pingin kamu ngundang dia biar om bisa baikan ama dia dan perusahaan om kembali baik namanya.” Giandra mencoba setenang mungkin menjelaskan. Raynald mengangguk, ia bisa menerima alasan Giandra. “Oya kalau di depan teman-temanmu panggil kakak aja, jangan om. Om kan masih muda.” Tawa Raynald meledak, “om mah pingin tebar pesona di depan teman-teman cewek Ray ya?” Giandra terkekeh, “om lebih suka wanita dewasa lah Ray. Ya udah kamu belajar aja yang bener. Ntar biar asisten om aja yang ngurus segala sesuatunya.” Raynald mengangkat ibu jarinya, “beres om. Sekali lagi makasih kakak Gian.” Raynald tertawa sekali lagi. Giandra mengacak rambut ponakannya dan ikut tertawa. ****** Hari yang dinantikan Raynald tiba juga. Berkat keuletan dan kekreatifan Danar dan asisten Giandra yang lain, halaman samping rumah Raynald sudah disulap sedemikian rupa mirip suasana night club. Irama musik hiphop menambah semarak malam ulangtahun cowok yang dikenal playboy itu, namun mendadak taubat begitu jatuh cinta pada gurunya sendiri, Keyra. Lampu yang berkelap-kelip di atas lantai dansa seakan menghipnotis siapapun untuk ikut bergabung dan menari bersama. Semua teman sekelas Raynald diundang tanpa kecuali termasuk Ghaza pentolan organisasi Rohis yang anti party. Tapi malam ini dia datang untuk menghormati undangan Raynald. Lagipula pestanya diadakan di rumah. Ketika tiba di area pesta, Ghaza terkejut mendapati suasana pesta lebih bisa dikatakan mirip night club dibanding pesta ala rumahan. Meski dia belum pernah mendatangi night club, tapi dia bisa membayangkan suasananya karena pernah melihatnya dari adegan di film atau drama televisi. Ghaza mengamati aneka gelas berisi minuman berwarna-warni di hadapannya. Dia ragu untuk mengambilnya. Raynald mengamati kegelisahan Ghaza. Ia mendekat ke arah cewek berhijab itu. “Minum aja Gha. Ini cuma minuman bersoda dan sirup. Gue jamin di sini nggak ada minuman keras.” Mata Raynald menyisir ke ujung hijab Ghaza sampai ujung kaki yang berkaos kaki dan bersepatu model selop, satu hal yang tak pernah ia lihat dari Ghaza. Dia lebih sering mengenakan sepatu kets. Sejak menyukai guru Biologinya itu, Raynald jadi lebih senang memerhatikan cewek-cewek berhijab. “Beneran bukan minuman keras?” Ghaza masih saja ragu mengambilnya sementara tenggorokannya sudah meminta untuk disiram air. Rasanya begitu haus. Raynald tertawa, “bukan, demi Allah. Kalau ada minuman kerasnya, gue nggak mungkin ngundang lo dan Bu Keyra. Ini cuma suasananya aja yang dibikin kayak night club, tapi makanannya halal semua.” “Lo itu selalu berpikiran buruk ama kita. Sebrengsek-brengseknya kita nggak mungkin lah menjebloskan temen sendiri buat minum alkohol,” Erlan mendatangi Ghaza dan Raynald sambil meneguk segelas minuman bersoda. “Minum itu baiknya sambil duduk, bukan sambil berdiri apalagi berjalan.” Tukas Ghaza sedikit sewot. Erlan menyeringai, “iya ustadzah. Lo dikit-dikit ngatur.” “Emang ada haditsnya kok. Jangan kalian minum sambil berdiri. Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan. Hadits Riwayat Muslim.” Ucap Ghaza penuh penekanan. Erlan meletakkan gelasnya di meja yang tersaji aneka minuman di atasnya. “Jadi nggak pingin minum lagi.” Seloroh Erlan sambil melirik Ghaza. “Lo dibilangin malah gitu. Ada penjelasan ilmiahnya juga kenapa minum itu nggak baik sambil berdiri. Minum sambil duduk itu lebih aman dan sehat karena makanan dan minuman itu akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan. Kalau minum sambil berdiri akan menyebabkan cairan jatuh dengan keras ke dinding usus. Jika dilakukan terus-menerus akan membahayakan dinding usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung.” Pungkas Ghaza diakhiri senyum. Erlan tersenyum sinis, “sekarang selain ustadzah lo merangkap dokter ya?” “Erlan, harusnya berterimakasih ama Ghaza karena udah diingetin.” Raynald menyenggol bahu Erlan. Erlan dan Ghaza saling melirik. Ghaza membuang muka dengan sewot. Raynald memusatkan perhatiannya pada Keyra yang baru saja datang dengan mengenakan dress muslimah panjang berwarna ungu tua dipadu khimar warna ungu pastel. Raynald begitu terpesona akan kecantikan alami Keyra meski tanpa polesan berlebih. “Masya Allah, bidadari surga.” Raynald begitu terpukau menatap Keyra dari kejauhan. “Wah ibu cantik banget.” Kaisha menyambut kedatangan guru kesayangannya dengan senyum merekah. “Kamu juga cantik Kai. Ibu pangling lihat kamu pakai dress. Cantik banget.” Keyra tersipu. Kedua tangannya membentangkan ujung roknya. Rambutnya tetap ditata seperti biasa. Diberi wax dan terlihat spike. Dia mau mengenakan dress demi menghadiri ulangtahun sahabat baiknya yang memang mengharuskan tamu undangan perempuan untuk mengenakan dress. “Cantik apanya, masih kayak cowok kok.” Fadel terkekeh. Kaisha meninju lengan Fadel, “sirik aja lo.” “Bu makasih banyak ya sudah berkenan hadir di ulangtahun saya.” Raynald tersenyum ramah. Matanya tak lepas mengagumi kecantikan Keyra. “Sama-sama Ray, makasih udah ngundang ibu. Ibu nggak bisa kasih apa-apa, cuma bisa kasih ini.” Keyra menyerahkan satu kotak kecil berbalut kertas kado polos dan pita kecil. Raynald menerima kado itu dengan suka cita, “makasih banyak Bu. Hadiah dari ibu pasti bakal Ray simpan.” “Digunakan juga Ray.” Keyra tersenyum. Raynald mengangguk, “iya udah pasti Bu. Oya ibu jangan sungkan untuk makan dan minum ya, semua makanan dan minumannya halal Bu, jadi nggak usah khawatir.” Keyra tersenyum sekali lagi dan mengangguk pelan. Dentuman musik terdengar sedikit memekakan telinga terutama untuk Keyra yang tidak terbiasa mendengar hingar bingar musik. Segala makanan enak tersaji di pesta ulangtahun Raynald, namun Keyra merasa kurang berselera. Pada saat ia berdiri mengamati murid-muridnya yang menari dengan riangnya, Giandra mendekat ke arahnya. “Terimakasih udah mau datang ke pesta keponakanku Keyra.” Keyra menoleh Giandra dan sedikit terhenyak. Ia tak menyangka kalau Raynald adalah keponakan dari Giandra. Keyra memaksakan bibirnya untuk tersenyum. “Kakak....” Tiba-tiba seorang gadis cantik mengenakan dress cukup seksi dengan belahan d**a agak rendah memeluk Giandra. Keyra memerhatikan gadis tak asing itu. Tentu saja wajahnya terlihat familiar. Dia Derra Azalia, artis muda yang sedang naik daun karena sejumlah film box office yang ia bintangi. Dia adalah adik Giandra, anak bungsu dari bapak Angkasa, owner perusahaan Angkasa Jaya. “Akhirnya kamu dateng juga. Kirain sibuk syuting ampe lupa ama ultah keponakan.” Balas Giandra dengan mengulas senyum. “Mana mungkin aku lupa ama ultah ponakan yang paling gila dan ngangenin.” Derra melirik Keyra. Giandra mengikuti arah tatapan Derra. “Ini Keyra, guru Raynald.” Sahut Giandra. “Udah tahu. Dia kan sekarang udah kayak seleb. Wara-wiri nongol di situs berita online, medsos dan televisi.” Derra menatap Keyra dengan tatapan tak suka. Sejak awal Keyra menentang kakaknya, Derra sudah begitu membencinya. “Kak Derra.” Raynald melambaikan tangan pada gadis yang seharusnya dia panggil tante, tapi karena selisih umurnya hanya dua tahun di atas Raynald, cowok ganteng itu lebih suka memanggilnya kakak. Derra berjalan ke arah Raynald. Semua tatapan mata tertuju padanya. Beberapa minta foto bersama. “Maafkan adikku jika nggak bisa bersikap sopan.” Ucap Giandra dengan nada bersahabat. Keyra merasakan sesuatu yang janggal. Tak biasanya Giandra bersikap ramah padanya. Sesaat kemudian Danar membawakan satu nampan berisi dua gelas. Giandra mengambilnya satu. “Ayo Keyra diminum. Ini cuma sirup kok. Aku udah minta Raynald untuk nggak nyediain alkohol di pesta ini.” Keyra agak ragu. Tapi karena ia merasa haus, ia ambil segelas. Keyra melirik kursi kosong di pojok kanan. Ia menghampiri kursi itu dan duduk. Diminumnya air itu hingga habis saking hausnya. Beberapa saat kemudian Keyra merasa pusing. Pusing yang teramat. Bahkan ada rasa aneh yang ia sendiri tak tahu apa yang telah terjadi padanya. Giandra segera mendekat. “Keyra ada apa?” “Anter aku pulang...Pusing banget rasanya..” Keyra memijit pelipisnya. Giandra tersenyum melihat tubuh Keyra mulai bereaksi. Giandra menuntun gadis berperawakan mungil itu keluar dari area pesta. Mereka berjalan menuju area parkir. Giandra membuka pintu mobil dan menuntun Keyra untuk duduk. Sepanjang jalan Keyra merasa tak karuan. Bukan hanya kepalanya yang pusing, badannya juga merasa gerah dan panas. Giandra tersenyum. Ini mungkin cara yang licik, tapi dia tak punya pilihan lain untuk membungkam Keyra agar tidak terus-menerus menyerangnya. Dia yakin setelah ini, Keyra tak akan punya pilihan lain. Giandra membawa Keyra ke apartemennya. Keyra berjalan sempoyongan. Untungnya badan mungil Keyra tidak begitu menyusahkan Giandra saat dia memapah dan menjaga keseimbangan tubuh Keyra agar tak oleng. Giandra membawa masuk Keyra ke dalam apartemennya dan menghempaskan tubuh mungil Keyra ke ranjang. Keyra bahkan tak tahu dia berada di mana. Dia tak bisa mengontrol pikirannya. Pusing di kepalanya semakin menjadi dan tiba-tiba dia merasa begitu gerah hingga ingin melepas baju yang ia kenakan. Ada dorongan seksual yang begitu kuat yang tiba-tiba menguasai pikirannya yang sudah setengah sadar. Dia mendambakan sentuhan di seluruh tubuhnya. Giandra tak mau melewatkan moment yang sudah dia nantikan ini. Dia sengaja memesan obat perangsang wanita yang bisa dicampurkan ke dalam minuman beralkohol. Jantung Keyra berdebar tak karuan. Dia begitu gelisah dengan dorongan seksual yang seolah meledak-ledak. Perpaduan wine dan obat perangsang itu membuatnya hilang kendali atas dirinya. Dia seperti hilang kesadaran. Giandra menyiapkan video recorder yang ia letakkan di atas meja dan tepat membidik Keyra. Giandra mendekat ke arah Keyra. Peluh bercucuran dari dahinya. Keyra merasakan panas dingin menahan gairahnya sendiri. Giandra menyentuh pipi Keyra dan dengan sigap membuka kerudung yang Keyra kenakan. Keyra tak mampu melawan karena dia sudah berada di bawah kendali minuman beralkohol dan obat perangsang yang diteteskan ke dalamnya. Giandra cukup takjub melihat rambut panjang Keyra yang tergerai begitu indah. Giandra membuka resleting di punggung Keyra dan melorotkan dress panjang itu hingga menyisakan underwear di tubuh Keyra. Lagi-lagi Giandra terpesona menatap tubuh yang hampir polos itu. Rupanya tubuh yang selama ini selalu dibalut pakaian panjang itu terlihat begitu seksi dan menggairahkan. Meski buah dadanya tak besar, tapi di mata Giandra ukurannya begitu pas dengan badan Keyra yang meski mungil tapi punya keunikan tersendiri yang membuatnya langsung menegang. Sebenarnya Giandra pun merasakan kegugupan yang luar biasa, terlebih saat Keyra menyentuh dadanya dan seakan meminta Giandra untuk melepaskan bajunya. Giandra membuka kancing kemejanya dan sekarang ia sudah topless. Napas Keyra terdengar memberat. Giandra di balik nama besarnya sebagai seorang direktur utama perusahaan ternama dan di usia yang sebenarnya sudah matang, belum sekalipun dia menyentuh perempuan apalagi melihat wanita tanpa baju seperti apa yang ada di hadapannya sekarang. Dia pernah memiliki pacar namun hubungan keduanya berakhir karena sang mantan menikah dengan orang lain. Selama berpacaran dengan sang mantan, tidak ada kontak fisik yang berarti. Sang mantan bukan tipe perempuan yang mau sembarang disentuh. Karena rasa trauma yang cukup hebat, sejak itu dia menjadi begitu dingin pada perempuan, skeptis pada cinta dan selalu berusaha memagari hatinya dengan terali besi agar tak mudah dimasuki nama perempuan. Dia seolah tak ingin memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk jatuh cinta lagi. Keyra mengalungkan tangannya di leher Giandra. Dia sudah meracau tak jelas. Sementara libidonya terus memborbardir pertahanannya. Dia sudah tak sadar dan tak bisa mengontrol sikapnya. Giandra membaringkan tubuh Keyra dan dia mulai mencium leher Keyra membuat Keyra sedikit mendesah. Kecupan Giandra naik ke atas dan beralih mencium bibir Keyra. Ciuman pertama untuk keduanya namun dua insan itu mampu melakukannya seolah sudah berpengalaman sebelumnya. Ciuman mereka semakin dalam dan liar. Keyra yang sudah dikuasai gairah yang meledak-ledak dan Giandra yang juga jadi terangsang karena sikap agresif Keyra membuat masing-masing lupa daratan dan hanya menginginkan sebuah keintiman yang panas. Giandra kembali menelusuri leher Keyra dan tangannya memberanikan diri meremas d**a gadis yang kemarin membuatnya begitu marah namun malam ini meredam keangkuhannya dengan gejolak gairah yang menyala-nyala. Keyra merasakan rasa sakit di kepala sudah tak sanggup lagi ia tahan. Dia terdiam dan benar-benar tak sadarkan diri seperti orang pingsan. Giandra agak kaget juga merasakan cengkeraman tangan Keyra di punggungnya sudah mengendur. Ditatapnya wajah Keyra yang tampak seperti bayi tanpa dosa. Keyra terlelap. Ia bisa merasakan hembusan napas Keyra yang menggetarkan gendang telinganya. Keyra terlihat seperti orang tidur. Giandra memposisikan diri duduk di sebelah Keyra. Ia mencoba menstabilkan deru napasnya dan menahan gairahnya. Ia tak akan melakukan apapun pada perempuan dalam kondisi tertidur. Satu hal yang penting, ia sudah merekam moment panas mereka barusan. Giandra melirik Keyra sekali lagi. Betapa ia ingin menuntaskan hasratnya. Tubuh indah Keyra seakan menggoda dan membangkitkan sisi liarnya. Namun Giandra buru-buru mengerjap. Dia tak akan membiarkan dirinya hanyut lebih jauh pada pesona Keyra. Bagaimanapun juga dia memiliki visi yang lebih penting, yaitu membalaskan dendam dan sakit hatinya pada Keyra. Giandra menatap Keyra sekali lagi. Dia merutuki dirinya sendiri karena begitu sulit untuk menolak godaan menggiurkan di hadapannya. Ini pertama kali untuknya melalui moment sedemikian panas dengan perempuan. Giandra menyerah. Diciumnya leher itu sekali lagi dan ia tinggalkan jejak kiss mark di sana. ****** Mata Keyra mengerjap. Dikuceknya kedua matanya perlahan. Betapa terkejutnya dirinya mendapati dirinya berada di ruangan asing dan yang lebih mencengangkan adalah dia tidur hanya menggunakan underwear dengan selimut menutup tubuhnya sampai ke d**a. Keyra mencoba mengingat kejadian semalam. Ingatannya hanya sampai sebatas dia minum sesuatu di pesta ulangtahun Raynald dan setelah itu ia merasa pusing. Ia tak dapat mengingat apa-apa lagi setelahnya. Rasanya Keyra ingin menjerit sekencang-kencangnya hingga akhirnya ia menemukan secarik kertas di sebelahnya. Ia baca tulisan di kertas itu. Terimakasih untuk semalam. Tonton ini jika kamu ingin tahu apa yang terjadi semalam. Mata Keyra kembali melirik benda lain di sebelahnya. Sebuah CD dan laptop. Dia ingin sekali mengetahui apa yang terjadi semalam. Perasaanya begitu kalut dan cemas. Sudut matanya sudah berkaca. Dia menangis sesenggukan dan tangannya gemetar memegang CD itu saat mencoba menyetelnya.... *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD