Hilang Fokus

1624 Words
Selama pemotretan berlangsung, Adnan tidak bisa fokus sepenuhnya. Pikirannya melayang-layang tentang perjodohan yang telah dikatakan kedua orang tuanya ketika sarapan tadi. Ia bertanya-tanya darimana ide perjodohan di zaman modern seperti ini. Adnan merasa kebebasannya telah dibatasi oleh kedua orang tuanya. Padahal kedua orang tuanya tahu bahwa Adnan sudah memiliki pacar yaitu Talita. Hanya saja kedua orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan Talita. Talita adalah teman sedari kecil, wajar jika Adnan bisa menaruh hati kepada Talita. Apalagi mereka selalu bermain bersama, sehingga Adnan tahu kepribadian Talita. Sedangkan kedua orang tuanya hanya bisa berburuk sangka pada pacarnya itu, dan mengatakan bahwa Talita memiliki perilaku yang buruk. Padahal Adnan lah yang mengerti dengan benar tentang sosok Talita, bukan orang tuanya. "Sayang, kamu kenapa? Sedari tadi gak fokus." Tiba-tiba Talita datang untuk menegur Adnan yang sedari tadi selalu salah dalam berpose di depan kamera. Ia seperti kembali ke zaman dimana ia baru mengenal dunia model. Benar - benar seperti pendatang baru. Seketika Adnan mengalihkan perhatiannya dari kamera yang sedari tadi menyorotinya, kearah Talita. Ia nampak tersenyum menenangkan kearah pacarnya itu, agar Talita tidak mengkhawatirkannya. "Gapapa, sayang. Hanya kepikiran masalah di rumah." Ucap Adnan lembut, tanpa berniat menjelaskan permasalahan itu secara lengkap. Ia tak ingin Talita menjadi kepikiran akibat kabar tentang perjodohannya. Talita menatap Adnan dengan tatapan curiga, ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Pasti ada sesuatu yang terjadi di dalam keluarga Adnan. Tapi apa? Tidak bisakah pacarnya itu berterus terang kepadanya? Mungkin Adnan sedang tidak ingin membicarakan hal itu dengan Talita, akhirnya ia memilih untuk diam dan membiarkan Adnan sibuk dengan pikirannya sendiri. Talita tidak mau terlalu mencampuri urusan Adnan dan keluarganya. "Sayang, kalau kamu ada masalah cerita sama aku. Aku siap kok dengerin apa yang kamu ceritakan. Aku kan pacar kamu." Ketika Talita mengucapkan itu dia menampakkan senyum manisnya kepada Adnan, ia berusaha menjadi sosok pacar yang baik untuk Adnan. "Makasih, sayang." Adnan membalas senyum Talita, sambil meletakkan sebelah tangannya ke atas puncak kepala Talita, lalu ia mengusapnya dengan lembut rambut kekasihnya itu. Adnan berusaha menunjukkan kepada Talita betapa dia mencintainya. Talita memejamkan matanya menikmati setiap usapan dari tangan Adnan. Ia dapat merasakan betapa Adnan mencintainya dengan sepenuh hati, melalui setiap sentuhan telapak tangan Adnan. Talita sudah cukup lama mengenal Adnan. Pertemanan mereka dimulai sejak Talita pindah di sebelah rumah Adnan ketika mereka kecil dulu. Karena terlalu sering bermain bersama, akhirnya ketika Talita dan Adnan memutuskan untuk bekerja sebagai model, Adnan menyatakan perasaannya kepada sahabat kecilnya itu. Tentu saja, Talita menerimanya dengan senang hati karena memang sejak pertemuan pertama mereka, dia sudah menyukai Adnan. Talita merasa bahwa Adnan telah ditakdirkan untuk menjadi miliknya. Hingga saat ini hubungan mereka tetap berjalan, bahkan bisa dibilang sangat harmonis. Talita dan Adnan telah membuat janji sehidup semati. Adnan juga berencana untuk melamar Talita ketika dia benar-benar berada di puncak karirnya. Dan ketika saat itu tiba, Adnan yang sudah berniat melamar Talita, harus menelan pil pahit karena perjodohan dari kedua orang tuanya. Seperti kebanyakan cerita lainnya, perjodohan Adnan dan gadis itu didasari karena kedua orang tua mereka saling bersahabat. Mereka menggunakan embel-embel persahabatan dalam menjodohkan anak-anaknya, berharap dengan cara seperti itu persahabatan mereka tidak akan pernah putus. "Tuh kan ngelamun lagi. Kamu kenapa sih, sayang?" Talita mulai kesal karena Adnan kembali melamun dan menghiraukannya. Seketika Adnan kembali tersadar dari lamunannya dan menatap dengan rasa bersalah arah Talita. "Maaf, sayang." Adnan mengucapkan kata maaf nya dengan ekspresi penuh rasa bersalah, ia tak ingin pacarnya itu marah terhadapnya. Bukannya memaafkan Adnan, Talita malah membuang muka kearah lain dan berpaling dari tatapan Adnan. Akibat kekesalannya ia menjadi enggan untuk menatap wajah kekasihnya itu. Memangnya apa salahnya menceritakan masalah keluarga dengan pacar sendiri? Padahal Talita selalu menceritakan tentang keluarganya kepada Adnan. Tapi sebaliknya, jika terjadi sesuatu di keluarga Adnan, kekasihnya itu tidak pernah menceritakan masalah itu kepada dirinya. "Mikirin apa?" Sekali lagi Talita mencoba bertanya tentang masalah yang sedang dipikirkan Adnan. Adnan terdiam sesaat. Ia mencoba menerka - nerka reaksi Talita ketika ia benar-benar menceritakan apa yang sedang ia pikirkan. Pasti kekasihnya itu akan sedih dan marah dengan apa yang telah diputuskan oleh kedua orang tuanya. Padahal perjodohan ini bukan lah keinginan Adnan. Lebih baik Adnan menyembunyikan tentang perjodohan ini dari Talita. Karena bagaimanapun juga ia tak ingin melihat pacarnya itu sedih dan putus asa. Apalagi dia sudah berjanji untuk menikahi Talita dalam waktu dekat. Sepertinya Adnan harus mencari cara agar perjodohan ini dibatalkan. Kalau bisa, secepatnya dibatalkan! "Enggak ada kok, sayang." Adnan berusaha menenangkan Talita agar tidak terlalu khawatir dengan apa yang telah terjadi di dalam keluarga Adnan. "Benar?" Talita yang sebelumnya membuang muka, kini kembali berbalik menatap sang kekasih. Ia berusaha mencari pembenaran dari ucapan Adnan tersebut. Dan ucapan Talita itu segera dijawab dengan anggukan kepala oleh Adnan. Ia tak ingin Talita curiga. Perjodohan ini akan menjadi sumber kesedihan Talita nantinya, jika diketahui oleh pacarnya itu. Adnan tak tahu harus melakukan apa ketika hal itu benar-benar terjadi. Untuk saat ini, Adnan ingin tahu siapa gadis yang ingin dijodohkan dengannya. Ia berharap selera ayahnya itu tidak kampungan. Bahkan beliau berkata bahwa gadis itu lebih baik daripada talita, kekasihnya. Secantik apa sih dia... ___ Sementara itu di lain tempat. Tepatnya restoran ternama bintang 5 di ibukota. Terlihat seorang gadis cantik nan manis sedang menggunakan gaun panjang semata kaki berwarna putih bersih, sepatu heels setinggi 10 cm. Ia sedang sibuk dengan permainan piano. Postur tubuhnya terlihat anggun ketika duduk di atas kursi empuk di depan piano. Bahkan tarian jari jemarinya terlihat lincah dan mampu membuat nada-nada indah keluar dari tuts - tuts piano yang ia tekan. Suara gemuruh tepuk tangan terdengar mengiringi permainan piano gadis itu, tanda bahwa permainannya telah selesai. Ia segera beranjak dari duduknya dan menghadap kearah pengunjung restoran. Kemudian dengan anggun ia sedikit menundukkan tubuhnya sebagai ucapan terima kasih karena telah menonton permainan pianonya pada malam hari ini. Senyum manis terukir di bibirnya ketika tubuhnya kembali berdiri tegak sambil menatap kearah pengunjung. Ia begitu menikmati suara gemuruh dan sorakan kekaguman dari para pengunjung yang melihatnya. Hari ini restorannya sedang mengadakan acara perayaan kerjasama yang di dilakukannya bersama salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Dan ternyata perusahaan itu adalah milik Tn. pranaja, ayah dari Adnan sekaligus calon mertuanya. Ya, gadis ini adalah Hana Arkarna, anak dari keluarga Arkarna. Keluarga sederhana yang telah menjadi sahabat keluarga Pranaja sejak dulu. Itulah mengapa Tn. Arkarna dan Tn. Pranaja berencana menjodohkan kedua putra dan putrinya. Hana dengan anggun turun dari panggung kecil tempat ia bermain piano. Ia menghampiri Tn. Pranaja yang telah menunggunya selesai bermain piano. Di sana juga terdapat ayah Hana yang juga berdiri di samping Tn. Pranaja. Ia bangga melihat penampilan Hana yang begitu memukau pada malam hari ini. "Penampilan kamu hebat sekali, Hana." Puji Tn. Pranaja kepada Hana ketika gadis itu telah sampai dihadapan nya. Ia juga tak henti-hentinya bertepuk tangan atas penampilan memukau Hana malam ini. "Terima kasih, Om." Suara lembut dan halus Hana menanggapi ucapan calon mertuanya itu. Ia sedikit tersipu ketika mendengar pujian dari beliau. "Sudah cantik, baik, sopan, pintar main musik lagi. Kamu benar-benar gadis impian banyak pria. Adnan bodoh jika menolak gadis seperti kamu ini, Hana." Lagi-lagi pujian dilontarkan Tn. Pranaja kepada Hana karena kagum akan kepribadian gadis itu. "Kamu ini terlalu melebih-lebihkan Pranaja. Hana masih perlu banyak belajar." Tn. Arkarna mencoba menghentikan pujian dari Tn. Pranaja terhadap Hana. Ia tak ingin anaknya itu menjadi besar kepala akibat pujian yang terus-menerus berdatangan kepadanya. Meskipun beliau tahu bahwa apa yang dikatakan Pranaja, memang benar adanya. "Tidak usah merendah. Kamu harus lebih percaya diri lagi. Karena kepercayaan diri lah yang akan membawamu sukses di kemudian hari." Tn. Pranaja sedikit tidak senang karena Tn. Arkarna yang seolah merendahkan anaknya sendiri. Padahal kemampuan Hana benar-benar mampu menghipnotis setiap orang. Tn. Arkarna hanya bisa tersenyum maklum. Ia tahu bahwa sahabatnya ini tidak akan bisa dibantah. Dan akhirnya ia memilih untuk menyetujui apa yang dikatakan Tn. Pranaja tanpa sedikit pun berniat untuk protes. Sekali-kali membahagiakan teman sendiri. "Saya tidak sabar untuk menjadikan mu menantu saya, Hana. Takutnya nanti kamu malah diambil sama orang lain." Tn. Pranaja sedikit bercanda ketika mengatakan itu. Ia berusaha mengajak Hana untuk lebih rileks lagi ketika bersamanya. Karena sedari tadi dia melihat bahwa wajah gadis itu sedikit gugup dan kaku. Apakah wajah Tn. Pranaja semenakutkan itu? "Sabarlah sedikit, Pranaja. Putriku saja belum bertemu dengan putramu, bagaimana bisa langsung mengadakan pernikahan." Tn. Arkarna mencoba membuat Tn. Pranaja sedikit bersabar tentang identitas menantu yang akan disandang Hana nanti, ketika telah menikah dengan Adnan. Padahal Hana dan Adnan perlu perkenalan terlebih dahulu sebelum menginjak ke jenjang pernikahan. "Mereka sudah bertemu, ketika mereka masih kanak - kanak. Apa salahnya jika langsung menikah?" Tn. Pranaja menyalahkan ucapan Tn. Arkarna yang menurutnya tidak benar. Karena Hana dan Adnan pernah menjalani masa - masa indah bersama, ketika mereka kecil. Meskipun hanya beberapa bulan saja, tapi Tn. Pranaja merasa bahwa Adnan kecil telah menyukai Hana sejak lama. Tapi karena kedatangan Talita, dan kepindahan keluarga Arkarna. Sehingga membuat Adnan sedikit melupakan saat - saat bersama Hana dulu. Padahal semasa kecil, Hana dan Adnan tidak dapat dipisahkan. Ibaratnya seperti perangko yang sekali tempel tidak dapat di lepas lagi. "Itu sudah lalu Pranaja. Siapa tahu anakmu sudah melupakan anakku. Jadi kita perlu membuat mereka melakukan pendekatan terlebih dahulu, sebelum benar - benar melangkah ke tahap selanjutnya." Tn. Arkarna berusaha memberikan pengertian yang lebih dalam kepada Tn. Pranaja, agar dapat dimengerti dengan cepat. "Tapi kapan, Arkarna? Adnan keburu tua dan menjadi perjaka tua di kemudian harinya." Lagi - lagi Tn. Pranaja tidak terima atas apa yang dikatakan Tn. Arkarna tadi. Meskipun diantara Hana dan Adnan tidak ada perasaan cinta, tapi bukan berarti cinta itu tidak akan tumbuh. Itulah mengapa dibutuhkan usaha keduanya untuk memupuk rasa cinta itu. 'Cinta itu bisa dipupuk sejak dini. Jika tidak, ia akan digantikan oleh cinta yang lain, yang bahkan bisa saja lebih baik dari dirimu.'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD