Pembicaraan Serius

1632 Words
Pagi ini, terlihat keluarga Arkarna sedang menikmati sarapan mereka di ruang makan. Tidak ada obrolan yang berlangsung, hanya terdengar suara sentuhan peralatan makan seperti sendok, garpu yang bertabrakan dengan piring. Sampai akhirnya acara sarapan mereka selesai, Tn. Arkarna terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu kepada keluarganya. "Han, ayah mau berbicara serius sama kamu." Tn. Arkarna bersiap memulai pembicaraannya kepada Hana, anaknya. "Iya ayah? Ada apa?" Hana yang baru selesai menelan kunyahan terakhirnya, menolehkan kepala kearah sang ayah. Tn. Arkarna terlihat ragu untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Hana. Hana tidak mengerti apa yang akan dikatakan ayahnya itu. Akhirnya ia hanya menatap sang ayah sambil menunggu kelanjutan ucapannya. "Kamu ingat Tn. Pranaja?" Tn. Arkarna membuka topik pembicaraan dengan menanyakan kepada Hana tentang identitas Tn. Pranaja, yang merupakan sahabat Tn. Arkarna sejak dulu. Hana tersenyum merespon pertanyaan ayahnya itu. Ia sangat ingat dengan identitas orang yang sedang dibicarakan Tn. Arkarna. Karena selain Tn. Pranaja merupakan sahabat dekat ayahnya, beliau juga merupakan ayah dari kekasih semasa kecilnya, Adnan Pranaja. Hana mulai bertanya - tanya tentang kabar kekasih semasa kecilnya itu. Apakah dia masih ingat dengan janji mereka dulu? Atau mungkin sekarang Adnan juga sedang menunggu dirinya? Sama seperti Hana yang menunggu Adnan hingga kini. "Ingat ayah." Hana menjawab dengan nada lembut. Bagaimana bisa ia melupakan sosok lelaki semasa kecilnya itu? Apalagi melupakan keluarganya. Tn. Arkarna terdiam. Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari Hana. Beliau menatap sang istri yang juga menunggu kelanjutan ucapannya. Sebenarnya Ny. Arkarna juga tahu mengenai inti pembicaraan yang akan dikatakan suaminya itu, tapi ia memilih diam dan membiarkan Tn. Arkarna yang mengatakan semuanya. Ny. Arkarna menganggukkan kepalanya sebagai tanda agar Tn. Arkarna melanjutkan perkataannya. "Ayah ingin menjodohkan kamu dengan anaknya." Akhirnya Tn. Arkarna mengatakan apa yang ingin ia ucapkan kepada Hana. Ada rasa terkejut yang nampak di wajah Hana, tapi segera ia rubah raut terkejut itu dengan binar bahagia. Akhirnya, ia bisa bersatu kembali dengan kekasih semasa kecilnya, seperti apa yang dijanjikan Adnan kepada Hana dulu. Hana tak menyangka janji seorang anak kecil bisa menjadi kenyataan ketika ia sudah beranjak dewasa. Sungguh Hana tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya, ia menatap sang ayah dengan raut bahagia. "Adnan, Yah?" Tanya Hana memastikan, karena keluarga Pranaja memiliki dua anak laki - laki. Jadi kemungkinan bisa saja Hana akan di jodohkan dengan kakak Adnan yang bernama Farhan Pranaja. Tn. Arkarna mengangguk mengiyakan, beliau takut jika anaknya itu akan menolak. Meskipun dulu Hana adalah teman semasa kecil Adnan, tapi bukan berarti Hana memiliki rasa terhadap anak Tn. Pranaja itu. Diluar dugaan, Tn. Arkarna malah melihat binar kebahagiaan dikedua mata putrinya itu. Ia takut salah mengira jika anaknya itu bahagia mendengar ucapannya. Sehingga ia bertanya kepada anaknya itu, "Kamu senang?" Hana yang mendapat pertanyaan itu langsung menundukkan kepalanya malu - malu. Ia tak menyangka bahwa ayahnya dapat melihat kebahagiaan yang terpancar di matanya. Memang benar, Hana tidak bisa menyembunyikan apapun dari kedua orang tuanya, terutama Tn. Arkarna. Tn. Arkarna dan Ny. Arkarna tersenyum melihat putrinya yang tampak malu - malu. Mereka akhirnya sadar, jika keputusannya untuk menjodohkan Hana dengan anak Tn. Pranaja memanglah keputusan yang bagus. Terbukti dari Hana yang tersenyum kegirangan mendengar ucapan Tn. Arkarna. "Kalau begitu besok kita akan mendiskusikan masalah perjodohanmu dengan Adnan. Kebetulan Tn. Pranaja mengundang keluarga kita untuk makan malam bersama. Sekaligus membicarakan tentang perjodohan kamu sama Adnan." Tn. Arkarna menjelaskan tentang apa yang akan mereka sekeluarga lakukan keesokan harinya. Apalagi jika melihat Hana yang sepertinya tidak sabar untuk bertemu dengan kekasih masa kecilnya itu. "Iya ayah." Ucap Hana dengan lembut, kemudian ia melanjutkan membereskan piring - piring kotor bekas keluarga kecilnya makan. Lalu membawa piring - piring kotor itu ke wastafel yang ada di dapur dan mencucinya. Tn. Arkarna menatap kagum dengan sosok anaknya itu. Hana tidak pernah sekalipun membantah semua perintah dan ucapan kedua orang tuanya. Apapun permintaan kedua orang tuanya selalu diturutinya. Hana merupakan gadis anggun dengan hati yang lemah lembut. Tidak pernah sedikit pun ia berbicara keras maupun membentak kepada siapa pun. Semarah apa pun Hana, ia akan tetap berbicara lemah lembut untuk menanggapi ucapan orang lain. Selain itu, Hana seusai lulus dari mengejar S1 nya langsung membantu kedua orang tuanya dengan bekerja di salah satu restoran yang cukup terkenal di kota ini. Dia menjadi penampil musik di restoran tersebut, dengan bayaran yang tidak main - main dan mampu membuatnya membeli rumah yang kini ditinggali keluarga kecilnya. Sudah 2 tahun lamanya Hana bekerja disana dan selalu menabung hasil kerjanya untuk kebutuhan - kebutuhan kedepannya. Tn. Arkarna seorang pegawai sipil dengan gaji rutin perbulannya. Biasanya gaji Tn. Arkarna digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari keluarga kecilnya. Sedangkan Ny. Arkarna adalah ibu rumah tangga yang selalu mencintai dan menyayangi keluarga kecilnya. Biasanya Ny. Arkarna dan Hana membagi tugas untuk mengurus rumah mereka. Meskipun rumahnya cukup sederhana, namun keluarga kecil Tn. Arkarna sangat nyaman tinggal disana. "Sayang, Ayah berangkat kerja dulu yah." Tiba - tiba Tn. Arkarna menghampiri Hana yang tengah sibuk mencuci piringnya untuk berpamitan berangkat bekerja. Hana segera menghentikan sejenak pekerjaan mencuci piringnya, lalu menghadap kearah ayahnya itu. Melakukan cipika - cipiki dengan ayahnya sambil bersalaman dengan Tn. Arkarna. Dengan cara inilah keluarga Hana saling berinteraksi dan memperkuat ikatan cinta diantara masing - masing anggota keluarga. "Hati - hati, Yah." Seru Hana pelan sambil mengikuti gerakan tubuh Tn. Arkarna dengan matanya. Tn. Arkarna meninggalkan Hana dan bergantian berpamitan dengan sang istri, sebelum akhirnya keluar rumah dan berangkat bekerja. Setelah melihat ayahnya pergi, Hana melanjutkan aktivitasnya mencuci piring dan membereskan peralatan masak yang sudah digunakan ibunya. Beginilah kehidupan sehari - hari keluarga Hana. Jika ibunya yang memasak, maka Hana yang mencuci piring. Begitu pula sebaliknya, jika Hana yang memasak maka ibunya yang mencuci piring. Tapi terkadang Hana tidak tega jika harus membuat ibunya mencuci piring, sehingga ia sering mengambil alih tugas itu. ___ Di lain tempat, tepatnya di dalam keluarga Tn. Pranaja yang juga sedang menikmati sarapan mereka. Suasana di dalam sarapan itu terdengar cukup sunyi dan dingin. Berbeda dengan keluarga Hana yang selalu diliputi kehangatan dan obrolan kesana - kemari. Sarapan di keluarga Pranaja lebih banyak dilalui dengan keheningan. Terlebih lagi keluarga itu jarang untuk berkumpul sarapan. Hari ini Tn. Pranaja sengaja mengumpulkan keluarganya untuk sarapan bersama, karena ada hal yang ingin diungkapkannya. Di ruang makan terdapat Adnan, Tn. Pranaja dan Ny. Pranaja. Sedangkan kakak Adnan yang bernama Farhan Pranaja sedang tidak ada di negara ini, ia melanjutkan studi S2-nya di Amerika. Sekaligus mencari pekerjaan disana. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang memenuhi ruang makan itu. Sampai akhirnya Tn. Pranaja meletakkan sendok nya dan memandang satu - persatu orang yang ada di ruang makan itu. Beliau berniat mengatakan apa yang ingin diucapkannya sedari tadi. Tn. Pranaja berdehem sejenak sebelum akhirnya berkata, "Ada sesuatu yang ingin papa ucapkan kepada kalian, terutama Adnan." Dengan suara tegas, Tn. Pranaja mengucapkan kalimat itu. Seketika Adnan dan ibunya menghentikan aktivitas makannya, dan beralih menatap kearah Tn. Pranaja. Keduanya terlihat penasaran dengan apa yang akan diucapkan Tn. Pranaja berikutnya. "Papa ingin menjodohkan Adnan." Lanjut Tn. Pranaja sambil menatap tajam anak bungsunya itu. Suara keras tiba - tiba memecahkan kesunyian di meja makan tersebut. "APA?!" Adnan membanting sendok ke atas piringnya sehingga menimbulkan suara yang memecahkan keheningan, diikuti dengan teriakan Adnan yang protes dengan ucapan sang ayah. "Adnan! Yang sopan sama orang tua!" Tegur Ny. Pranaja ketika melihat anaknya yang hendak protes. Sebenarnya Ny. Pranaja juga tidak ingin menjodohkan Adnan. Tapi karena Ny. Pranaja tahu siapa gadis yang akan dijodohkan adalah gadis baik - baik, akhirnya Ny. Pranaja setuju. 'Setidaknya dia lebih baik daripada Talita.' Batin Ny. Pranaja kala itu ketika diberitahu tentang gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya. Ditambah lagi Ny. Pranaja sangat tahu seluk beluk keluarga itu, yang tidak pernah sedikit pun terikat skandal atau pencemaran nama baik. Adnan langsung bungkam ketika diingatkan oleh ibunya. Ia hendak protes, tapi kini disuarakannya dengan sedikit pelan, untuk menghormati kedua orang tuanya. "Papa kan tahu, kalau Adnan sudah ada Talita." Suaranya terdengar memelas ketika mengatakan itu, ia tidak mungkin mengkhianati cinta Talita hanya untuk perjodohan konyol seperti ini. Memangnya ini jaman apa? Masih saja berlaku tentang perjodohan! "Dia gadis yang lebih baik daripada Talita-mu itu." Tn. Pranaja mengutarakan alasan perjodohannya dengan sinis. Ia tak menyangka bahwa anaknya akan membantahnya seperti ini. "Maksud papa apa? Talita tidak baik untuk Adnan? Padahal papa tahu sendiri Talita seperti apa! Kita teman sejak kecil pa. Mana mungkin Adnan salah memilih pasangan Adnan sendiri." Adnan masih tetap berpegang teguh pada pilihannya terhadap Talita. Hubungannya dengan Talita sudah berlangsung lama, bahkan sejak mereka masih kecil. Adnan sering kali bermimpi tentang dirinya yang masih cukup kecil, sedang melamar gadis kecil yang sangat anggun. Tapi sayangnya wajah gadis itu buram diingatan nya. Mungkin karena lamanya hal itu terjadi, sehingga membuat Adnan sedikit lupa dengan sosok gadis di masa kecilnya. Bisa dibilang kekasih masa kecil. Namun Adnan segera menjawab mimpinya sendiri dengan menebak bahwa gadis itu adalah Talita. Karena memang hanya Talita yang selalu menemani masa - masa kecilnya. Tidak mungkin gadis itu orang lain kan? Karena sedari kecil, Adnan selalu bermain dengan Talita. Berangkat dan pulang sekolah pun selalu bersama, seakan tidak bisa dipisahkan. "Iya. Talita tidak cocok untuk kamu. Apalagi attitude-nya yang sangat jauh dari harapan mama dan papa. Tapi berbeda dengan gadis ini, dia begitu lembut dan sopan dengan orang tua." Tn. Pranaja membandingkan Talita dengan gadis pilihannya. Terlebih lagi, Tn. Pranaja tahu jika dulunya Adnan sering bermain dengan gadis ini. "Tahu apa papa tentang Talita?!" Sentak Adnan sambil berdiri dari kursinya. Ia merasa tidak terima jika papanya itu menjelek - jelekkan Talita di depannya. "Papa lebih tau dari yang kamu kira, Adnan!" Perkataan Tn. Pranaja seolah mengandung arti yang cukup dalam ketika mengatakan masalah Talita. Beliau seolah tahu tentang seluk beluk pacar Adnan tersebut. Bahu Adnan terlihat naik turun akibat menahan amarahnya sendiri. Tanpa menjawab perkataan papanya lagi, ia segera berlalu menuju kamarnya dan bersiap untuk mengunjungi pemotretan yang akan ia lakukan pagi ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD