Bab 22

1085 Words

Angin berhembus lumayan kencang sore itu. Tapi gadis berambut panjang sepunggung sangat enggan beranjak dari balkon kamarnya. Pemandangan indah yang dapat dilihatnya dari balkon membuatnya tidak mau masuk ke kamar. Dia masih betah di sini, meskipun hembusan angin menerbangkan helai-helai surai golden brown miliknya. "Sayang, udah dong angin-anginannya. Nanti sakit perut lho." Vian hanya menoleh sekilas pada sang mommy yang menegurnya. Mommy sedang merapikan kamar Vian yang seperti kapal pecah. Boneka-bonekanya bergelimpangan di sana-sini. Pun buku-buku n****+ yang baru dibeli beberapa hari yang lalu. Semua terkapar mengenaskan di lantai. "Bentar lagi ya, Mom?" Gillian menggeleng pelan. Memungut boneka terakhir yang terkapar di lantai, meletakkannya di tempat tidur Vian. Gill menyusul p

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD