CEPOL LAGI

1081 Words
Akhirnya makan malam selesai Rusdi dan Gita kembali ke rumah. Apa’ berpesan mereka membaca Al Qur’an di ruang tengah dan dapur agar gangguan sirna. Apa’, Amah dan Ambu sepakat akan menggelar pengajian di rumah itu juga memanggil kiai untuk mengusir gangguan di rumah tersebut. Gita sengaja menunggu Rusdi masuk bersama setelah Rusdi selesai memarkir mobil miliknya dan menguncinya di garasi rumah mereka. Rusdi masuk lebih dulu, seperti kebiasaannya dia langsung mengucap salam walau rumah kosong, selalu seperti itu yang orang tuanya ajarkan. “Assalamu’alaykum,” Rusdi membuka pintu sambil mengucap salam kencang. Dan benar Rusdi mencium bau kotoran manusia dari ruang tengah. “Masih bau,” bisik Rusdi. “Bisa bayangin bagaimana tadi kan, ini mah sudah enggak ada seberapa nya,” jawab Gita. Rusdi melihat memang ada dua kipas angin besar di dapur. Segera Rusdi menyalakannya dan juga menyemprot dengan parfum ruangan yang sudah hampir habis. Rupanya Gita memang tadi menyemprot sebanyak-banyaknya “Ayo kita ambil wudhu dan kita baca Alquran di sini saja,” ajak Rusdi. Gita setuju setelah membereskan barang bawaannya Gita bersiap membaca Al Qur’an. Gita juga mengirim pesan pada Apa’, Amah, Ambu dan Diah bahwa rumah masih bau kotoran manusia hanya tak semenyengat tadi siang. Mereka berdua membaca ayat-ayat Al Qur’an sebisa yang mereka mampu. Malam itu bau lambat laun berkurang sehingga Rusdi dan Gita sedikit tenang. Mereka pun mencoba untuk tidur. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Tapi besok harinya hal aneh lagi-lagi terjadi. Saat hendak ke kamar mandi Gita kembali menemukan gulungan rambut sebesar konde tergeletak di lantai kamar mandi. Gita yakin sesuatu yang enggak benar pasti sudah terjadi. Seketika Gita menjerit ketakutan. Rusdi pun langsung lah bergegas menghampiri Gita di kamar mandi dengan panik. “Kenapa kamu teriak-teriak Yank?” “Itu, ada cepol rambut lagi,” tunjuk Gita. “Itu rambut kamu bukan?” “Bukan. Aku juga belum keramas kok A’. Dan lagi enggak mungkin rambut ku tiba-tiba rontok sebanyak itu dan rapi tergulung. Rambut rontok tentu akan terburai,” ucap Gita dengan terisak ketakutan. “Semalam saat kita bersih-bersih sebelum tidur rambut ini enggak ada,” jelas Gita. Rusdi juga ingat semalam mereka berbarengan membersihkan diri sehabis berperang dan tak ada cepol konde itu. Kalau Gita bilang tak mungkin rambutnya rontok sebanyak itu, apalagi rambutnya kan? Dan Rusdi juga sependapat dengan Gita, kalau rambut rontok tak akan berbentuk cepol yang rapi. Tapi siapa yang meletakkan di kamar mandi mereka, sedang hanya mereka berdua penghuni rumah ini. Gita mau memegang gulungan rambut itu, pas dia mau mengambil seketika Rusdi dan langsung menepis tangannya. “Jangan, jangan kamu pegang lagi Yank. Biarin saja di situ dulu,” larang Rusdi dan langsung berbalik badan membuat Gita bingung. Rupanya suaminya mengambil HP dan memfoto gulungan rambut tersebut dari beberapa sudut. Setelah itu Rusdi membuang gulungan rambut tersebut menggunakan sapu ijuk dan dia langsung membakarnya di tempat sampah di luar halaman rumah. Rusdi dan Gita langsung bersiap shalat Subuh lalu melaporkan semua hal itu pada Apa’ dan Amah serta Ambu. Tentu saja para orang tua langsung minta selamatan rumah disegerakan karena sejak masuk rumah itu mereka belum mengadakan pengajian sebagai adat kebiasaan kalau orang pindah ke rumah baru. Rusdi dan Gita pun setuju dan akan mengadakannya lusa sehabis maghrib. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Hari ini Rusdi dan Gita tidak ke kantor mereka mempersiapkan rumah untuk diadakan pengajian selain pembersihan rumah dari hal-hal gaib yang mengganggu. Rusdi dan Gita mendatangkan seorang Ustaz, terus juga ada aki Juned dan seorang yang di rekomendasikan mampu membuang hal buruk dalam rumah kenalan Ambu. Tiga orang ini akan saling tunjang mengusir hal buruk dari rumah baru Rusdi dan Gita. Pak Ustad Zidan dan Ibu Maesaroh sudah bicara dengan aki atau kakek Juned. Mereka memang melihat di rumah itu banyak penunggu lama dan ada tamu baru yang harus mereka minta untuk pindah atau keluar dari rumah itu. Rusdi mengundang beberapa temannya, empat teman SMA yang akrab dengannya. Ada dua orang teman S1 yang di Jakarta yang ternyata sama-sama asli Cirebon, juga ada satu orang teman S2 nya di Jogja yang asli Cirebon. Jadi dia mengundang tiga teman kuliah dan empat teman SMA Pengajian berjalan lancar Ustad Zidan, bu Mae dan aki Juned membersihkan rumah dari semua pengganggu sesudah pengajian. Rusdi dan Gita serta semua keluarga tentu berharap semuanya akan berjalan normal seperti rumah tinggal pada umumnya. Tak akan lagi ada gangguan. Sampai malam mereka masih ngobrol, Gita ngobrol dengan keluarga sedang Rusdi ngobrol bersama teman-temannya. Aki Juned, Pak Ustad bu Maesaroh sudah kembali. “Semoga saja semua aman,” harap Apa’ dan Amah. Akhirnya hampir tengah malam baru semua pulang. Untungnya besok hari Sabtu sehingga Rusdi dan Gita tidak kerja. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Assalamu’alaykum. Kenapa Yank?” tanya Rusdi. Istrinya tadi pamit pulang lebih dulu. Hari ini tiga hari dari pengajian atau hari Senin. “Pulang sekarang juga. A’a harus pulang sekarang juga,” jawab Gita panik tanpa menjawab salam dari suaminya. “Memang ada apa?” tanya Rusdi. “Pokoknya pulang sekarang juga!” bentak Gita. Rusdi panik mendengar teriakan Gita. Dia pun langsung berlari. Diah melihat kepanikan kakaknya jadi curiga. Dia segera menghubungi Amah. “Andai aku bisa terbang aku akan langsung sampai di depanmu,” kata Rusdi sambil mengemudi. Dia ngebut tapi tetap berhati-hati karena tak ingin celaka di jalan raya. Nanti kalau celaka dia malah tak sampai pulang ke rumah. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Tiba di rumah Rusdi kaget melihat ada cepol di ruang tamunya, persis seperti menyambut siapa pun yang ingin masuk rumah. Seakan memberitahu kalau dia tak mempan dengan pengusiran di hari Jumat malam kemarin. “Loh kok bisa ada ginian lagi Sayank?” Rusdi spontan berucap seperti itu karena kaget. Tak ada niat menyalahkan Gita, tapi Gita langsung menjerit dan mengajaknya bertengkar. “Kamu pikir aku yang nyuruh dia datang? Aku pulang barang itu sudah ada di sini. Lalu kamu nyalahin aku?” bentak Gita histeris. “Lho Sayank, Aku tuh nggak bentak kamu loh, aku juga enggak nuduh kamu yang bawa. Aku hanya tanya koq bisa ada lagi setelah kita bikin pengajian,” Rusdi masih lembut bicara dengan Gita, Rusdi merasa Gita sedang PMS mengingat tadi Gita izin pulang cepat karena tak bawa pembalut dan dia mendadak dapat tamu bulanan di luar jadwal rutinnya. Tapi tetap saja Rusdi bingung mengapa Gita jadi histeris. Padahal biasanya kalau dia PMS tak pernah segarang ini. Mendengar penyangkalan dari Rusdi, Gita tambah ngamuk menjerit-jerit. Saat itu datang Amah dan Ambu serta Diah dari kantor dan rumah. Apa’ belum tiba karena sedang meeting di kantornya. Terakhir Gita sadar sudah di kamarnya. Ternyata dia baru bangun dari pingsan sehabis histeris tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD