KETIGA

1034 Words
Suamiku adalah seorang karyawan di sebuah instansi pemerintaham, sedangkan saat ini aku sedang resend bekerja karena memang aku ingin fokus pada pernikahanku. Apa hubungannya ? Dinas tempatku bekerja tidak mengijinkan aku sering ijin untuk mengurus pernikahan, sementara jika aku menunggu suami jelas tidak mungkin karena dia kost dan pulang satu minggu sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk resend dan memilih fokus pada pernikahanku. "Kamu serius mau menikah dengan Dimas ?" Tanya ibuku. "Lah kenapa ibu tanya seperti itu ?" "Ya gak mau perkenalan dulu ? Bukannya kalian baru saling kenal ? Belum tau sifat kelebihan dan kekurangan masing-masing." "Bissmillah ya buk, niat baik dari mas Dimas harus diterima dengan baik juga buk. Jika semua diberi kelancaran pasti dia jodoh yang baik untukku." Aku tau kenapa ibuku menghawatirkan pernikahanku dengan suamiku, pasalnya perkenalan kami betul-betul singkat, perkenalan kami adalah diujung waktuku patah hati saat mantan kekasihku kuketahui kepergok selingkuh bersama seorang LC di aplikasi dating berlogo lebah. Betapa hancur hatiku saat itu mengetahui percakapan mantan kekasihku tentang obrolan vulgar bersama seorang wanita pemandu karaoke, belum sempat aku hapus aplikasinya pasca putus Dimas meminta pertemanan padaku, lalu aku yang masih dalam masa galau menerima perkenalannya dan kemudian kami berbincang sampai malam dan merencanakan untuk bertemu dan taaruf. ***** "Sayang aku tersesat nih." Begitulah isi pesan dari Bayu. "Kamu memang lagi dimana sayang ? Kok tumben sampai tersesat ?" Balasku. "Kamu lagi apa sayang ? Sibuk enggak ?" "Enggak sayang, aku lagi di kantor ini. Lagi free karena kerjaan udah pada kelar." "Aku disini." Katanya sambil mengirimkan foto tempat kerjaku. Aku tersenyum sumringah melihat foto yang dia kirimkan. Aku langsung beranjak dari meja dan menuju tempat dia menungguku. Dia langsung tersenyum melihatku menghampiri dirinya. "Kok ga bilang mau kesini ?" "Kalau bilang namanya bukan surprise sayang." "Ihh kamu bikin aku ga bisa ngomong apa-apa lagi." "Bisa keluar ?" "Bisa, tunggu aku ya, aku pamit dulu sama teman-teman." "Iya sayang." Begitulah Bayu, dia selalu memberikan aku surprise tanpa aku minta, kejutan-kejutan kecil yang dia berikan membuatku merasa dihargai sebagai seorang wanita. Tiba-tiba datang menemuiku ditempat kerja, mengirimiku bunga, dan memberikan aku hadiah-hadiah kecil sehingga aku semakin terbuai dalam cinta terlarang ini. "Kemarin bilangnya gak bisa ketemu ?" "Aku kan udah bilang soal ketemu itu biar aku aja yang atur, kamu tau kan dia itu protektiv sama aku, salah-salah bisa ketahuan kita sayang, kamu mau emang kita ketahuan nanti ?" "Enggak yaank." "Makanya, kalau ada waktu pasti aku sempetin ketemu kamu, kamu sekarang adalah prioritas aku meskipun aku masih ada dia dan kamu masih ada dia juga, jadi aku gamau kalau sampai kita ketahuan dan putus." "Iya sayang aku ngerti, maafin aku ya ?" "Iya sayang, aku ngerti kamu kangen sama aku, aku juga, maaf ya belum bisa ada disaat kamu butuh." Kuhamburkan diriku kepelukan Bayu, pelukan yang ternyaman bagiku sekarang. Seumur-umur belum pernah aku menghianati pasanganku, jika bukan karena bom yang sudah kusimpan selama bertahun-tahun aku tidak akan berani seperti ini. Berani berbagi peluh dan tubuh kepada dia, lelaki keduaku. ***** "Aku berangkat kerja dulu ya dek." Pamit suamiku. "Iya mas, hati-hati dijalan." Jawabku. "Kamu masih marah padaku ?" "Tidak ." "Percaya padaku, setelah malam itu dia tidak akan menghubungiku lagi, kamu sudah mendengar sendiri kan jika aku tidak akan menceraikanmu ?" "Aku tau." "Tolong jangan seperti ini, aku tau kamu berubah sikap selama ini, kamu tersenyum padaku, melayaniku, tapi tidak dengan hati kamu." "Apakah hatiku penting buat kamu ?" "Jangan bicara seperti itu, aku minta maaf. Aku bisa jelasin semuanya. Kasih aku kesempatan untuk memulai semua dari awal bersama kamu." Sudah seminggu semenjak kejadian malam itu memang aku sedikit menjaga diri dari Dimas, aku hanya mencoba mengatur perasaanku sendiri, aku tidak ingin membuat suasana dingin , aku lebih memilih mengobati lukaku sendiri, tapi aku tidak pernah lupa akan kewajibanku melayani suamiku lahir dan batin. Dan hari ini dia meminta maaf padaku dan berusaha ingin memulai dari awal padaku, setidaknya inilah hal yang paling aku tunggu selama ini. Aku memilih diam karena tidak ingin terlalu menyudutkannya, untuk itulah lebih baik diam dan menunggu dia meminta maaf dan menjelaskan padaku. "Aku tau aku salah, aku kembali menghubunginya dibelakangmu." Kata Dimas saat dia mulai menjelaskan padaku. "Aku hanya penasaran dengan kabarnya, bukan karena aku masih mencintainya." Lanjut Dimas. "Aku meninggalkannya secara tiba-tiba dan aku tau dia pasti terluka, untuk itu aku hanya ingin tau keadaannya dan ingin meminta maaf padanya." Kata Dimas lagi. "Aku bertemu dengannya, sudah tau keadaannya dan aku merasa senang dia tidak kenapa-napa." "Tapi aku yang kenapa-napa mas." Kataku. "Kamu memikirkan perasaan wanita itu dan tidak memikirkan bagaimana perasaanku." Lanjutku. "Oke aku minta maaf jika itu menyakitimu. Aku juga tidak menyangka kalau dia akan bertindak sejauh itu sampai berani menghubungimu, aku ..." "Dia juga bahkan memngubungiku." "Apa ?" "Kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu ?" "Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud kamu." "Dia spam komentar di semua akun media sosialku, dia bahkan berkata kotor padaku dan dia juga menceritakan tentang ....... " Bibirku sungguh tak mampu berucap. Rasanya berat untuk mengatakan hal itu . "Kenapa ? Dia bicara apa padamu ?" Tanya mas Dimas. "Lupakan saja, kamu segeralah berangkat, ini sudah siang mas." "Bicaralah dulu, aku ingin tau dia bicara apa saja padamu." "Dia bilang soal hubungan kalian berdua yang sudah seperti suami istri, bahkan kalian tinggal bersama dalam satu atap tanpa ikatan." Akhirnya aku beranikan diri bicara padanya. Aku berusaha sekuat tenaga menahan air mata agar tidak keluar dari mataku, aku tidak ingin memperlihatkan padanya seberapa banyak rasa kekecewaanku. Aku melihat wajah mas Dimas membulatkan matanya tertegun melihatku. Aku tau mungkin saat ini dia malu atau mungkin kecewa karena Rosa membuka semuanya padaku. Tapi yang jelas aku memilih untuk diam dan tidak mau lebih banyak berbicara. "Aku akan jelasin semua nanti malam." Katanya. "Tidak perlu, aku bahkan sudah memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf padaku." "Aku berangkat kerja dulu, kamu dirumah baik-baik ya." "Iya mas, hati-hati." Tak lupa kucium tangannya sebelum dia berangkat. "Dek... " Mas Dimas tiba-tiba menarik tanganku yang hendak pergi masuk ke dalam rumah. "Ya mas ?" Tanyaku. "Aku minta maaf, beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri. Aku yakin kamu bisa membawaku menjadi seorang suami yang baik untuk kamu dan ayah yang baik untuk anak-anak kita nanti. Aku mohon."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD