"Barusan lo baca puisi atau ngerap?" Tibra mencoba bercanda memecahkan keheningan yang terjadi sebelumnya. "Hehehe, gue nggak bisa baca puisi," balas Sacha grogi. "Eng...kayaknya gue harus pergi sekarang, takut kemaleman di jalan." Sacha beralasan, merasa menyesal karena nekat mengucapkan puisi pada Tibra. "Sacha...," panggil Tibra dengan suara tegas sebelum Sacha menutup panggilan telpon. "Ya?" "Makasih udah ngasih gue puisi." "Eum...yah sama-sama," balas Sacha canggung. Hening kembali melingkupi mereka kemudian. "Gue pergi duluan kalau gitu." Sacha memecah keheningan di antara mereka. "Thankyou for everything Sacha." "Seharusnya gue yang ngomong gitu. Makasih buat segalanya dan juga maaf buat puisi yang jelek tadi." "Itu tadi bagus, dan gue seneng dengernya, lagipula